Sungai Mahakam Disebut Tercemar Mikroplastik

CNN Indonesia
Rabu, 28 Sep 2022 18:40 WIB
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara bersama Mahasiswa Universitas Mulawarman menemukan fakta Sungai Mahakam tercemar berbagai jenis mikroplastik.
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara bersama Mahasiswa Universitas Mulawarman menemukan fakta Sungai Mahakam tercemar berbagai jenis mikroplastik (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Samarinda, CNN Indonesia --

Tim Ekspedisi Sungai Nusantara bersama Mahasiswa Universitas Mulawarman menyatakan Sungai Mahakam tercemar mikroplastik. Temuan itu berdasarkan riset yang rampung pada 24 September lalu.

Riset terhadap kadar air Sungai Mahakam dilakukan di enam lokasi. Mulai dari Muara Sungai Karang Mumus (SKM), pertemuan SKM dengan Sungai Mahakam, kemudian Pangkalan Gerakan Memungut Sehelai Sampah SKM, kawasan pabrik tahu SKM.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketiga daerah ini berada di wilayah Samarinda. Sementara dua lainnya yakni, aliran Sungai Mahakam di Loa Janan serta Kutai Lama masuk Kabupaten Kutai Kartanegara.

"Dari keenam lokasi ini kandungan mikroplastik paling banyak terdapat di Jalan Gajah Mada, Samarinda. Selain berarus kuat, sungainya juga lebar di kawasan ini banyak dijumpai sampah plastik dari pasar, kegiatan pelabuhan dan dari anak-anak Sungai Mahakam," ujar Prigi Arisandi, salah satu peneliti ESN kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (27/9).

Di kawasan Gajah Mada ditemukan 324 partikel mikroplastik dalam 100 liter air. Terbanyak dibanding lokasi lainnya.

Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan di Sungai Mahakam ialah jenis fiber sebesar 71,8 persen sedangkan jenis filamen benang-benang plastik sebesar 23,2 persen.

"Ada pula mikroplastik lain seperti tas, botol minuman, sedotan, dan popok. Semuanya bisa menjadi serpihan karena paparan matahari serta pasang surut sungai," terang Prigi.

Secara umum tim ESN menyimpulkan ada tiga faktor penyebab pencemaran mikroplastik di Sungai Mahakam yakni minimnya pelayanan pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk ke tempat pengumpulan sampah sementara.

Lalu, terbatasnya kesadaran membuang sampah di tempatnya lalu lebih memilih ke sungai. Terakhir, masifnya penggunaan plastik serta turunannya.

"Di Samarinda, pemerintah (pemprov dan pemkot) hanya menangani sampah dari TPS ke TPA, sedangkan persoalan sampah dari rumah ke TPS dilayani oleh pihak ketiga yang sulit divalidasi datanya," kata Prigi.

Prigi menyatakan ulasan serupa juga pernah diteliti oleh Renny Septiana, mahasiswa Prodi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unmul pada 2019.

Riset ini menemukan puluhan ikan gabus dan baung yang ada di Sungai Mahakam kemudian SKM sudah tercemar mikroplastik.

"Setidaknya ada sembilan partikel dalam satu ekor ikan," ungkap Prigi yang pernah mendapat The Goldman Environmental Prize.

Dosen Teknik Lingkungan Unmul, Juli Nurdiana juga ikut menyebut pencemaran mikroplastik di Sungai Mahakam bukan tanpa sebab. Sejumlah hal turut mempengaruhi.

Misalnya, hingga kini Samarinda belum memiliki TPA berkonsep sanitary landfill, sementara TPA Bukit Pinang sudah overload dan yang ada di Sambutan aksesnya sulit.

Lalu persoalan selanjutnya, pengangkutan sampah yang tidak menjangkau semua penduduk Samarinda.

Ketiga, belum tersedianya fasilitas sampah bagi masyarakat, sehingga masih banyak dijumpai sampah yang dibuang ke Sungai Mahakam dan anak sungainya.

"Kami sarankan, sebaiknya mulai dari sekarang ada perbaikan untuk pengelolaan sampah," kata Juli.

(rio/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER