Proses revitalisasi halte Transjakarta Tosari dan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, terus berjalan. Padahal, proyek revitalisasi itu disebut menghalangi monumen 'Selamat Datang' yang ada di dekat lokasi halte.
Pantauan CNNIndonesia.com di lokasi, Jumat (30/9), sejumlah pekerja proyek tampak beraktivitas di dalam struktur proyek halte. Proses yang dikerjakan pun beragam, beberapa pekerja tampak tengah memasang kerangka lantai satu.
Halte ini diproyeksikan bakal memiliki dua lantai. Lantai dua akan disebut skydeck. Rangka bangunan halte sudah mulai terlihat, tulisan 'Bundaran HI' juga telah terpampang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Halte ini tampak cukup tinggi kala bersanding dengan monumen Selamat Datang di Bundaran HI.
Menurut sejumlah warga DKI Jakarta, tinggi halte tersebut dianggap cukup menghalangi pemandangan Monumen 'Selamat Datang' . Salah satunya pegawai swasta bernama Arfi (24) yang mengatakan halte itu terlalu tinggi.
"Kalau dari arah sana ke sini [dari arah HI ke monumen] memang cukup terhalang sih ya. Dari segi estetika memang agak menghalangi monumen HI sih...Ini [tinggi halte] ya memang agak cukup ketinggian kalau menurut saya," ujar Arfi saat dijumpai CNNIndonesia.com.
Di lain sisi, sebagai orang yang menggunakan moda transportasi MRT dan Transjakarta setiap hari, Arfi menilai revitalisasi halte Bundaran HI bisa membuat perjalanan lebih efektif.
Ia mengaku setuju dengan revitalisasi ini. Karena menurutnya, kapasitas pengguna moda transportasi umum yang dapat ditampung menjadi lebih besar.
Selain itu, mahasiswa bernama Latifa (21) juga berpendapat revitalisasi halte ini menghalangi pemandangan monumen Selamat Datang. Kendati demikian, Latifa menekankan pada segi fungsional dari halte tersebut.
"Menghalangi sih udah pasti ya. Cuma balik lagi ini fungsinya untuk memperlancar masyarakat buat bolak-balik (mobilisasi)," kata Latifa.
"Enggak estetik pun juga pasti, dilihatnya pasti enggak enak. Cuma gimana lagi, kalau digunakan untuk transportasi umum. Enggak apa-apa ngalangin karena kayaknya lebih berfungsi," imbuh dia.
Lain halnya dengan pegawai swasta bernama Bejo (27). Menurutnya, mengatakan proyek revitalisasi halte ini tidak menghalangi pemandangan monumen Selamat Datang.
"Menurut saya sih enggak ngalangin ya, karena kalau dari sisi pejalan kaki di pedestrian itu masih kelihatan sih monumennya. Karena kan dari sudut pandang pejalan kaki sebenarnya kelihatan," tutur Bejo.
Lebih lanjut, Bejo berpendapat bahwa kebanyakan pengendara kendaraan bermotor tak terlalu memerhatikan monumen karena lebih fokus pada lalu lintas.
Kritik terhadap proyek revitalisasi Halte Transjakarta Tosari dan Bundaran HI juga sempat datang dari sejarawan JJ Rizal. Ia meminta proyek itu disetop.
Menurut dia, pembangunan dua halte tersebut justru merusak pandangan ke monumen Selamat Datang warisan Presiden pertama RI Sukarno dan Gubernur DKI di masa tersebut, Henk Ngantung.
"Pak Gubernur Anies Baswedan mohon setop pembangunan Halte Transjakarta Tosari-Bundaran HI yang merusak pandangan ke Patung Selamat Datang dan Henk Ngantung Fountain warisan Presiden Soekarno dengan Gubernur Henk Ngantung sebagai poros penanda perubahan ibu kota kolonial ke ibu kota nasional," kata Rizal dalam cuitannya di akun Twitter @JJRizal, Kamis (29/9).
Tim Sidang Pemugaran (TSP) DKI Jakarta pun merespons proyek revitalisasi halte Transjakarta Bundaran HI. TSP DKI mengakui proyek revitalisasi tersebut memang dilaksanakan tak sesuai prosedur cagar budaya.
Ketua TSP Boy Bhirawa menyebut mestinya proyek revitalisasi Halte Bundaran HI melalui sidang di tim tersebut. Alasannya karena bersinggungan dengan monumen Selamat Datang yang berstatus Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).
"Jadi, seharusnya memang semua objek diduga cagar budaya itu melalui Tim Sidang Pemugaran," ujar Boy saat dihubungi, Kamis.
Boy mengatakan status ODCB monumen Selamat Datang itu diajukan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB). Ia menekankan perlakuan terhadapnya harus sama dengan ke cagar budaya meski masih berstatus ODCB.
ODCB, kata Boy, harus dijaga baik fisik maupun visualnya.
Sementara itu, pada 2018 silam, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat merobohkan jembatan penyebarangan orang (JPO) Bundaran HI. JPO itu dianggap menghalangi pemandangan monumen Selamat Datang.
(pop/tsa)