Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut tembakan gas air mata yang dilepaskan dalam tragedi Kanjuruhan dilakukan untuk mencegah penonton turun ke lapangan.
"Tembakan untuk mencegah penonton yang turun ke lapangan bisa dicegah," kata Listyo dalam konferensi pers di Polresta Malang, Kamis (6/10).
Listyo menjelaskan bahwa penonton mulai memasuki lapangan selepas pertandingan antara Arema dengan Persebaya usai. Kekalahan Arema dalam laga itu disebut Listyo memicu tindakan suporter untuk memasuki lapangan pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Reaksi dari suporter atau penonton terkait hasil yang ada sehingga rekan ketahui, muncul beberapa penonton yang masuk ke lapangan," kata dia.
Ramainya penonton yang berupaya masuk ke lapangan itu, kata dia, membuat para anggota kepolisian mulai melakukan tindakan pengamanan. Salah satunya dengan penggunaan tameng pada saat mengamankan kiper Arema FC.
Hanya saja, menurut Listyo, gelombang suporter yang mencoba memasuki lapangan kian tak terbendung. Akibatnya, sejumlah personel kepolisian menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.
"Dengan semakin bertambah penonton ke lapangan, beberapa personel menembakkan gas air mata. Ada 11 personel menembak ke arah tribun Selatan 7, Utara 1, ke lapangan 3," jelasnya.
Tembakan gas air mata itu yang kemudian menimbulkan kepanikan para penonton yang berada di tribun. Mereka yang merasa pedih kemudian berusaha segera meninggalkan arena.
Sementara mereka yang berusaha meninggalkan stadion mengalami kendala ketika akan keluar melalui pintu-pintu yang tersedia.
Diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, terjadi usai kekalahan 2-3 Arema FC versus Persebaya, Sabtu (1/10) malam. Insiden ini menyebabkan setidaknya 131 orang meninggal dunia.
Dalam kasus ini, Polri sudah menetapkan enam orang sebagai tersangka. Mulai dari petinggi PT Liga Indonesia Baru, panitia penyelenggara hingga anggota kepolisian.
(dis/bmw)