Bagaimana Nasib Jakarta setelah Ditinggal Anies Baswedan?

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2022 17:51 WIB
Jelang masa akhir jabatan Anies Baswedan masih menyisakan sejumlah pekerjaan atau program yang belum terealisasi. Bagaimana nasib Jakarta sepeninggal Anies?
Pekerja menyelesaikan pembangunan jalur sepeda di kawasan Semanggi, Jakarta, Sabtu (24/9/2022) (CNNIndonesia/Adi Ibrahim)

Namun begitu di sisi lain, Nirwono mengapresiasi kinerja Anies selama lima tahun dalam sektor transportasi. Menurut dia Anies sudah cukup baik dalam hal mengintegrasikan transportasi antarmoda di Jakarta.

Oleh karena itu, penerus Anies nantinya harus bisa memperluas cakupan integrasi angkutan massal, seperti MRT yang harus dibuat koridor baru dari Timur ke Barat.

"Harus segera disusun untuk koridor baru MRT Timur-Barat. Dulu Timur Barat sudah direncanakan dari arah Grogol sampai Cawang, itu kemudian sudah ada renana dari Lebak Bulus ke TMII misalnya," ujar Nirwono.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kan perlu pengkajian dan kepastian, sementara kalau di Utara kita berharap sebelum 2024 itu sudah selesai ke arah Kota Tua," paparnya.

Selanjutnya, Nirwono berharap penerus Anies juga dapat memperluas cakupan operasional Bus Transjakarta, bahkan hingga ke kota-kota satelit seperti Depok.

"Perlu ada pelebaran, karena transportasi ini harus jadi ujung tombak warga Bodetabek menuju ke Jakarta," ungkapnya.

Namun, di sisi lain, ia menyoroti soal keberadaan LRT Jakarta yang masih belum optimal. LRT Jakarta saat ini baru beroperasi di rute Kelapa Gading-Rawamangun.

Menurut dia proyek LRT dapat dikatakan gagal karena sepi peminat. Pasalnya, rute tersebut dianggap terlalu pendek hanya sepanjang 5,8 km.

"Ini yang mengkhawatirkan tentang LRT-nya. Rawamangun-Kelapa Gading bisa dikatakan gagal. LRT yang ada di pinggiran itu dari Bekasi kemudian di Cibubur sampai arah Kuningan juga masih tanda tanya besar," ujar dia.

Nirwono turut menyoroti pembangunan jalur sepeda di era kepemimpinan Anies. Ia mengaku mendukung pembangunan jalur sepda.

Namun, kenyataannya masih sedikit pesepeda yang menggunakan jalur tersebut. Oleh sebab itu, menurut Nirwono hal ini menjadi tantangan bagi penerus Anies.

"Yang sudah ada ini tolong dibuktikan dulu, dengan masyarakat yang menggunakan sepeda, untuk jarak dekat aja dulu, enggak usah jauh-jauh," paparnya.

Pesepeda melintasi jalur sepeda yang selesai dibangun di Jalan Lada, kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Berdasarkan informasi Provinsi DKI Jakarta per 7 Agustus 2022, revitalisasi Kota Tua Jakarta telah mencapai 97 persen dan saat ini sedang dalam penyelesaian akhir. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.Pesepeda melintasi jalur sepeda yang selesai dibangun di Jalan Lada, kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Berdasarkan informasi Provinsi DKI Jakarta per 7 Agustus 2022, revitalisasi Kota Tua Jakarta telah mencapai 97 persen dan saat ini sedang dalam penyelesaian akhir. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.

"Ini penting, kalau tidak justru akan jadi bumerang lagi, buat apa buang-buang uang tapi jalur sepeda kosong. Itu PR pertama yang harus dikerjakan," imbuh Nirwono.

Hunian Warga DKI

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna di sisi lain menyoroti masalah penyediaan hunian bagi warga Jakarta pada era Anies lewat program DP 0 Rupiah.

Program DP 0 Rupiah menurut Yayat sejauh ini belum efektif menghadirkan hunian yang terjangkau bagi warga Jakarta. Terlebih saat ini program tersebut justru menyasar ke warga dengan pendapatan di atas Rp7 juta hingga Rp14 juta per bulan.

"Masalah dari penyediaan rumah DP 0 Rupiah ini adalah antara rencana, target dengan realisasi itu masih ada ketimpangan, kesenjangan," kata Yayat.

Yayat mengungkapkan bahwa sebetulnya banyak warga yang berminat dengan salah satu program andalan Anies semasa kampanye pada Pilkada 2017 itu. Namun, mereka tak lolos persyaratan, khususnya ketika pengecekan oleh Bank Indonesia (BI).

"Ternyata kelompok yang jadi sasaran DP 0 Rupiah itu adalah mereka yang rata-rata punya banyak utang piutang dengan perbankan. Misal masih punya cicilan motor, mobil, sehingga target untuk penyediaan DP 0 ini berubah-ubah," jelas dia.

Menurut dia yang jadi tantangan bagi penerus Anies ini nantinya adalah menyelaraskan target DP 0 Rupiah dengan pasar mereka. Ia mewanti-wanti jangan sampai unit yang dibangun sudah terlanjur banyak, namun peminat terbatas.

"Jadi yang harus dipertajam oleh siapapun yang melanjutkan program DP 0 ke depan adalah bagaimana memetakan kembali sebetulnya, siapa yang sebenarnya sanggup dan tidak punya persoalan dengan masalah keuangan untuk memilik rumah," kata Yayat.

(dmi/isn)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER