Jakarta, CNN Indonesia --
Puluhan hunian petak non permanen berdiri di ujung Jalan Tongkol, Pademangan, Jakarta Utara. Luas tiap hunian itu tak begitu besar, bertembok kayu dan beratap asbes, tetapi cukup sebagai tempat berlindung dari teriknya panas Jakarta pada Rabu (28/9) lalu.
Lantai hunian cuma dilapisi semen seadanya. Tak ada jendela seperti rumah pada umumya. Hanya ada satu pintu untuk keluar masuk penghuni rumah. Meski demikian aliran udara bisa leluasa bersirkulasi lewat celah-celah dinding rumah yang dibuat dari bambu seadanya.
Ibu-ibu tampak mencuci dan lainnya sibuk bercocok tanam urban farming sederhana dilakukan di depan rumah. Tampak di antaranya tengah berkumpul berbincang-bincang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka adalah warga relokasi dari Kampung Bayam, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di hunian sementara atau selter ini hidup sekitar 50 kepala keluarga (KK).
Rumah mereka di Kampung Bayam telah rata dengan tanah akibat digusur proyek pembangunan Jakarta International Stadium (JIS), proyek ambisius Pemprov DKI Jakarta senilai Rp5,9 triliun.
Kilau megah JIS kontras dengan kondisi warga gusuran Kampung Bayam di selter ini.
Muhammad Furqon (44 tahun), warga Kampung Bayam yang tinggal di selter ini mengaku sudah tiga tahun menunggu kepastian menempati Kampung Susun di kawasan JIS yang tengah dibangun Pemprov DKI. Mereka dijanjikan akan menghuni Kampung Susun yang dibangun Pemprov DKI usai rumahnya tergusur.
Kampung Susun Bayam dibuat khusus Pemprov DKI Jakarta bagi warga Kampung Bayam yang terdampak pembangunan JIS seluas 11,8 hektar. Kampung Susun Bayam terdiri dari tiga blok/gedung yang diperuntukkan bagi 135 kepala keluarga.
"Kita masuk [Selter] pas momen Lebaran tahun 2020. Berarti sudah tiga tahun menunggu," kata Furqon.
Furqon bercerita saat itu 50-an warga sempat bertahan di Kampung Bayam saat berjalannya proyek JIS. Namun, pihak Pemprov DKI meminta warga yang masih bertahan untuk mengosongkan atau pindah secepatnya ke tempat relokasi.
Warga lantas diberikan dua tempat alternatif untuk relokasi, yakni rumah susun (rusun) Nagrak Clincing dan lahan milik Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) di Jalan Tongkol.
Akhirnya 50-an warga bersedia pindah sementara ke selter di Jalan Tongkol karena alasan jarak lebih dekat ke kawasan JIS. Sementara ratusan warga kampung bayam lainnya sudah berpencar.
Namun, selter kala itu belum dibangun dan masih berbentuk tanah kosong dan bekas pembuangan sampah fiber. Akhirnya, warga bergotong royong membersihkan lahan dan membangun selter dengan merogoh kocek sendiri menggunakan bahan seadanya. Bambu, kayu dan bekas reruntuhan rumah mereka yang sudah dihancurkan di JIS digunakan lagi untuk membangun selter.
"Bangun kita patungan. Satu KK ada yang Rp2 juta, Rp3 juta, Rp4 juta. Dibangunnya sendiri juga. Paling kita tambahannya asbes, kan dulu rumahnya kita [di Kampung Bayam] kan dibongkar sendiri. [Bahan dari rumah lama] yang bisa dipakai, pakai buat di sini," kata Furqon.
 Warga eks Kampung Bayam beraktivitas di bantaran jalur kereta api. Jakarta, Selasa. 10 Mei 2022. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono) |
Sebelum digusur, Furqon berprofesi sebagai petani dan peternak yang tergabung dalam Kelompok Agrowisata Edutainment Kampung Bayam Madani di Kampung Bayam. Kelompok ini terdiri 50 KK. Bayam, kacang, kangkung turut ditanam hingga kambing, ikan dan ayam diternak untuk mencari nafkah.
Dulunya, ia mengklaim total hasil panen warga Kampung Bayam mampu mendapatkan dua ribu ikat bayam atau kangkung per hari. Satu ikat harganya mencapai Rp2-3 ribu. Mereka jual ke pasar di sekitar. Belum lagi dari hasil peternakan.
"Saya sebagai petani penanam bayam, kacang. Lahan saya sekitar satu hektare lah di sana. Hitung aja jadi berapa itu penghasilannya. Pak Anies juga sempat bawa juga hasil panen saya. Kalau cerita gitu pengen nangis saya," kata Furqon.
Kondisi Furqon berubah drastis sejak kebun dan rumahnya diratakan tanah untuk proyek JIS. Bersama warga Kampung Bayam, Ia kehilangan sumber mata pencaharian dan ekonomi untuk hidupi keluarga di lahan itu.
Kini, Furqon bekerja serabutan. Ia rela bolak balik Jakarta-Bogor untuk mengelola kebun milik orang lain di kawasan Puncak. Terkadang juga melatih Pramuka di Kwartir Jakarta Pusat.
Padahal, dulu kebutuhan ekonominya sudah tersedia di perkebunan. Hewan ternak yang dulu dimiliki pun sudah banyak dijual memenuhi hidup keluarga di selter.
"Saya kelola kebun di puncak milik orang, penghasilannya tak sebesar dulu pasti karena kan dulu [pendapatannya] di Jakarta," kata dia.
Lebih jauh, Furqon mengatakan warga Kampung Bayam mendapatkan ganti rugi bernama 'dana resume' selama setahun dari Pemprov DKI usai kampung itu digusur. Tiap KK mendapatkan jumlah dana berbeda-beda karena diukur dari penghasilan yang hilang selama setahun. Ada yang mendapatkan Rp30 juta ada pula yang mendapatkan Rp6 juta.
"Itu seperti modal untuk setahun. Resume itu penggantian penghasilan. Itu dicantumkan satu tahun. Tapi kan sudah tiga tahun kita [di selter]. Dua tahunnya lagi enggak tahu dapat atau tidak ini. Perjanjian awal satu tahun," kata Furqon.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merealisasikan janjinya untuk membangun kompleks Kampung Susun Bayam untuk Furqon dan ratusan warga Kampung Bayam yang terdampak pembangunan JIS.
Kampung Susun Bayam berdiri di sisi timur laut JIS. Peletakan bata pertama pembangunan dimulai 7 Mei 2022 lalu. Permukiman seluas 11,8 hektar tersebut sudah rampung pengerjaannya pada September 2022.
Tiap unit hunian memiliki luas 36 meter persegi dengan layout ruangan meliputi dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, ruang keluarga, balkon dan tempat menjemur pakaian.
Dalam seremoni peresmian kemarin, Anies mengatakan pembangunan rusun tersebut telah disiapkan bersamaan dengan proyek JIS. Menurut dia warga Kampung Bayam juga harus menjadi bagian dari kemajuan JIS.
"Kita berniat untuk membangun dengan memberikan perasaan keadilan. Ketika JIS ini dibangun, di sampingnya ada kampung yang pada waktu itu pun sudah direncanakan bahwa warga yang tinggal di sini harus menjadi bagian dari kemajuan dari JIS ini," kata Anies dalam acara peresmian di Rusun Kampung Bayam, Jakarta Utara, Rabu (12/10).
Furqon mengatakan bahwa sebagian besar warga Kampung Bayam sudah terdaftar untuk mendapatkan hunian itu. Namun, Ia mengklaim ada tiga Kepala Keluarga (KK) yang belum terdaftar untuk mendapatkannya.
"Tiga KK belum dapat. Lalu ada bekas warga Kampung Bayam dia sudah pindah sebelum ada penggusuran, tapi dia masuk ke data [menerima], kurang lebih ada sembilan KK," kata Furqon.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta Sarjoko melempar ihwal data calon penghuni Kampung Susun itu ke pihak Wali Kota Jakarta Utara.
"Terkait dengan daftar warga calon penghuni Kampung Susun Bayam, untuk lebih jelasnya silakan dikonfirmasi dengan pihak Wali Kota Jakarta Utara yang melakukan verifikasi," kata Sarjoko kepada CNNIndonesia.com (4/10).
Wakil Wali Kota Jakarta Utara Juaini Yusuf justru melempar ke pihak Dinas Perumahan DKI. Sementara Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana tak menjawab telepon dan pesan singkat hingga berita ini dimuat.
"Soal itu saya belum ada laporan. Karena itu yang atur dari Dinas Perumahan. Saya konfirmasi Ke Dinas dulu," kata Juaini.
Furqon bercerita bahwa Pemprov DKI ikut melibatkan warga Kampung Bayam berpartisipasi merancang desain Kampung Susun sebelum di bangun. Ia kerap hadir dalam rapat-rapat rutin yang digelar oleh Pemprov DKI membahas rancangan bangunan tersebut.
"Kita dilibatkan penuh. Sampai desainnya juga kita beri masukan ke mereka. Jadi kita membantu juga," kata Furqon.
Meski demikian, warga belum menerima kejelasan apakah hunian itu berstatus hak milik alias gratis atau sistem sewa kontrak dari pihak Pemprov DKI Jakarta.
"Tanggal 27 [September] kemarin PP sudah serahkan ke JakPro saya dengar, berarti sudah selesai, tapi belum ada kejelasan status kepemilikan ke kita," kata Furqon.
Furqon lantas menyinggung janji Anies Baswedan yang mengatakan pembangunan kampung susun ini diperuntukkan khusus untuk warga Kampung Bayam. Anies, kata dia, sampai memamerkan kampung susun ini bakal menjadi contoh kehidupan masyarakat petani yang berdampingan dengan stadion kelas dunia JIS.
 Kemegahan Jakarta International Stadium dilihat saat malam hari. (Photo by ADEK BERRY / AFP) |
"Kalau bertemu gubernur kan bilangnya digratisin. Tapi kan di bawahnya ini itu kan JakPro belum ada keputusan sampai sekarang," kata dia.
Senada, Bendahara Koperasi Kampung Bayam Suryono meminta agar warga dapat kejelasan status kepemilikan hunian itu sebelum kampung susun itu diresmikan. Terlebih, progres pembangunannya sudah hampir selesai.
"Jangan sampai kita pindah ke sana tapi status kita belum jelas. Bagaimana kita mengejar untuk dapat jawaban itu. Kita sangat berusaha," kata Suryono.
Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta Sarjoko mengatakan pengelolaan dan jadwal mulai huni warga di Kampung Susun Bayam masih dibahas oleh pihak JakPro.
Sarjoko juga mengakui bahwa pihak Pemprov masih membahas skema terkait status kepemilikan hunian itu. Apakah sistemnya sewa atau nanti digratiskan.
"Ya itu, itu baru akan diselesaikan. Ya itu nanti otoritasnya mengumpulkan skemanya teman-teman JakPro. Apakah format dengan harga yang relatif terjangkau atau skema lain dimintakan mereka" kata Sarjoko saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu 28 September 2022 lalu.
Anies Baswedan mengklaim JIS dibangun tanpa membuat warga Kampung Bayam harus pindah ke lokasi yang jauh. Tapi, justru dibangun Kampung Susun yang lebih nyaman.
"JIS ini salah satu contoh bangunan masa depan dengan prinsip green building. Lalu ia dibangun tanpa membuat warga Kampung Bayam harus pindah ke lokasi yang jauh. Justru dibangunkan rumah baru yang nyaman," kata Anies dalam wawancara khusus dengan CNNIndonesia.com awal Oktober ini.
Karena itu, ia menilai Kampung Susun Bayam ini dapat menjadi percontohan. Ia pun berharap pemimpin Jakarta setelahnya dapat mencontoh hal ini.
"Jadi ini salah satu contoh yang Insya Allah bisa kita dijadikan rujukan dan mudah-mudahan ke depannya yang memimpin Jakarta menggunakan pendekatan itu," kata Anies.