Jakarta, CNN Indonesia --
Sebanyak 241 orang tercatat mengalami gagal ginjal akut di Indonesia. Data ini merupakan update dari data dua hari sebelumnya yang berisi 206 kasus.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan dari 241 kasus terkini, sebanyak 133 orang dinyatakan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah kematian itu mencapai 55 persen dari total kasus yang ada. Selain itu, kasus gagal ginjal akut ini pun telah ditemukan di 22 provinsi di Indonesia.
"Sampai sekarang kita sudah mengidentifikasi ada 241 kasus gagal ginjal akut atau AKI [acute kidney injury] di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus," kata Budi dalam konferensi pers, Jumat (21/10).
Budi menyampaikan sejauh ini Kemenkes telah melakukan berbagai penelitian guna mencari penyebab kasus gagal ginjal akut tersebut. Ia mengklaim setidaknya 75 persen penyebab diklaim telah diketahui Kemenkes.
Berikut poin-poin penjelasan Menkes terkait update kasus gagal ginjal akut di Indonesia.
1. Melonjak pada Agustus 2022
Budi mengatakan kasus gagal ginjal akut ini mulai melonjak pada Agustus 2022. Menurut Budi, kasus ini umum terjadi tapi dalam jumlah kecil.
"Ada lonjakan di bulan Agustus naik 36 kasus. Ketika ada kenaikan kita mulai melakukan penelitian, ini penyebabnya apa," ucap Budi.
Selang sebulan, Kemenkes pun melakukan penelitian guna mencari penyebab penyakit itu.
Hasil penelitian pertama menunjukkan gagal ginjal itu banyak menyerang anak usia di bawah lima tahun. Mereka yang menderita pun terus mengalami penurunan kondisi, terutama setelah lima hari dirawat.
[Gambas:Video CNN]
2. Bukan karena Covid-19
Budi menegaskan kasus gagal ginjal akut di Indonesia bukan disebabkan infeksi virus corona atau Covid-19 dan vaksinasi. Hal itu diketahui usai Kemenkes melakukan penelitian pada September lalu.
"Apa ini karena Covid? Ternyata enggak. Apakah karena vaksin? Di bawah lima tahun tidak divaksin," ucapnya.
Setelah dilakukan penelitian, Budi mengatakan gagal ginjal akut juga tidak diakibatkan oleh patogen. Klaim itu disebut Budi baru dipastikan usai Gambia melaporkan kasus serupa yang ternyata disebabkan oleh senyawa kimia.
"Dan senyawa kimianya adalah etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Itu ditemukan," ujarnya.
Lanjut ke sebelah...
3. 15 dari 17 Pasien RSCM Terdeteksi EG dan DEG
Usai menemukan penyebab kasus, Kemenkes memeriksa pasien dengan gejala gagal ginjal akut yang dirawat di RSCM. Dari 17 pasien, 15 orang dinyatakan positif memiliki EG dan DEG di dalam tubuh.
"Dari 17, 15 positif memiliki senyawa tadi EG dan DEG. Itu ada di mereka. Jadi confirm bahwa ini disebabkan oleh senyawa kimia," kata Budi.
Ia lalu menjelaskan dua senyawa itu memang menjadi pemicu rusaknya ginjal seseorang. Apabila EG dan DEG masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan memetabolisme keduanya menjadi asam oksalat yang berbahaya.
Bila senyawa kimia itu masuk ke ginjal, asam oksalat akan berubah menjadi kristal kecil bernama kalsium oksalat yang bisa merusak ginjal.
"Kalau senyawa kimia ini ada, logikanya metabolisme tubuh menghasilkan kalsium oksalat rusak tuh. Dibiopsi oleh teman-teman RSCM (dan) confirm ternyata ginjalnya rusak karena ada kalsium oksalat tadi," bebernya.
4. Terkandung dalam Obat Sirop
Dua senyawa berbahaya EG dan DEG faktanya terkandung dalam obat-obatan berjenis sirop. Hal itu ditemukan Kemenkes usai mendatangi 156 rumah dari total 241 pasien.
"Dari 241, kami sudah datangi 156 rumah. Kami lihat yang namanya EG dan DEG itu merupakan cemaran dari pelarut tambahan yang ada di obat sirop," kata Budi.
Menurut Budi, dua senyawa itu mulanya terkandung dalam polietilen glikol yang biasa digunakan untuk melarutkan obat. Namun bila tidak dilakukan dengan benar, senyawa itu bisa menjadi cemaran hingga menghasilkan polutan seperti EG dan DEG.
"Kalau membuatnya tidak baik ini jadi cemaran. Nah cemaran ini yang mengandung senyawa berbahaya seperti EG dan DEG," papar dia.
5. Larang Peredaran Obat yang Lewati Batas Aman
Budi menyampaikan setelah mengetahui penyebab gagal ginjal akut, Kemenkes mengambil langkah dengan melarang peredaran obat yang melewati aturan batas aman polietilen glikol.
"Jadi kita mengambil kebijakan yang sifatnya konservatif, daripada nanti banyak lagi balita yang masuk rumah sakit dan fatality rate-nya tinggi sekali," jelas Budi.
Meski belum sepenuhnya mengetahui penyebab kasus gagal ginjal akut, tapi setidaknya 75 persen penyebab penyakit itu telah dideteksi. Oleh sebab itu, ia tak ingin obat-obatan yang melebihi batas aman dijual dan diresepkan hingga membahayakan anak.
"Kita tidak berwenang menarik obat tapi kita berwenang melarang apotek untuk menjual," ucapnya.
[Gambas:Video CNN]
Lanjut ke sebelah...
6. Izinkan Obat yang Tak Ada Pelarut
Budi mengatakan Kemenkes akan mulai membolehkan peredaran obat sirop, dengan catatan tidak memiliki kandungan pelarut di dalamnya. Keputusan itu diambil usai Kemenkes berunding dengan pihak farmasi, Ikatan Apoteker Indonesia.
"Yang kami buka adalah yang tidak ada pelarutnya. Nah kami sudah setuju sekarang lagi dikerjakan BPOM, mana yang tidak ada pelarut tambahan," kata Budi.
Ia juga mengatakan Kemenkes tahap berikutnya bakal memantau ketat kandungan polietilen glikol berbahaya dalam obat-obatan.
"Kami pada tahap berikutnya adalah melihat polietilen glikol berbahaya. Kami akan lihat lagi siapa yang bisa membuktikan dia di ambang batas," ucapnya.
7. Larang 102 Obat Sirop Temuan di Rumah Pasien
Kemenkes melarang sementara peredaran 102 obat sirop yang ditemukan di rumah pasien gagal ginjal akut. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi munculnya kasus baru gagal ginjal akut.
"Obat-obat ini akan kita larang untuk diresepkan dan dijual," kata Budi.
Ratusan obat sirop itu disebut ditemukan di 156 rumah pasien, usai Kemenkes mendatangi langsung rumah mereka. Nantinya, daftar 102 obat itu pun bakal terus diperbaharui sesuai dengan temuan Kemenkes, termasuk klarifikasi pihak produsen.
 Infografis Daftar 5 Obat Sirop yang Ditarik BPOM. (CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi) |
8. Datangkan Fomepizole dari Singapura
Pemerintah bakal mendatangkan Fomepizole dari Singapura untuk mengatasi gagal ginjal akut di Indonesia. Budi menyebut Femizol didatangkan karena terbukti ampuh membuat kondisi 10 anak yang dirawat di RSCM membaik dan stabil.
"Sekarang pemerintah Indonesia sedang mendatangkan lebih banyak lagi. Nah pasien-pasien yang ada sekarang karena kita sudah tahu penyebabnya apa, itu bisa diobati. Mudah-mudahan ini nanti bisa menurunkan fatality rate-nya," kata Budi.
9. Belum Tetapkan Status KLB
Kemenkes memutuskan belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) terkait gagal ginjal akut di Indonesia. Budi mengatakan keputusan itu berdasarkan diskusi yang telah dilakukan Kemenkes dan sejumlah pihak.
Meski begitu, Budi tak menjelaskan lebih lanjut mengapa status KLB belum juga ditetapkan.
"Kami sudah diskusi belum masuk status KLB." ujar Budi.