Sementara itu, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso melihat dari perspektif yang lain. Ia melihat kunjungan ketujuh eks Kapolri itu justru terjadi usai Listyo melakukan sejumlah instruksi belakangan ini ini.
Misalnya, instruksi Kapolri Listyo agar Korlantas mengedepankan edukasi dan tidak melakukan penindakan tilang manual, sehingga anggota polisi lalu lintas (polantas) tak lagi dibekali dengan buku tilang.
Kemudian instruksi pembuatan SIM diberikan dua kali kesempatan di hari yang sama agar tidak memakan waktu, hingga sentilan-sentilan kepada anggota polisi agar tak bergaya hidup mewah. Rentetan instruksi Listyo itu disampaikan dalam sebulan terakhir ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya ini diskusi terkait Listyo yang menghilangkan budaya, dalam tanda kutip ya, budaya Polri yang lama itu. Nah, apakah ini menjadi satu bahasan, di mana itu budaya lama sejak tujuh kapolri ini ada kan," ujar Sugeng saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Sugeng melanjutkan kemungkinan terdapat lima poin utama dalam pertemuan Listyo dengan para eks Kapolri itu. Pertama, sebagai bentuk keprihatinan para purnawirawan Polri atas situasi dan citra Polri saat ini.
Kedua, inisiatif dan masukan yang diberikan kepada para pejabat Polri aktif untuk menyikapi gejolak di internal saat ini. Ketiga, memberikan dorongan semangat dan keprihatinan atas situasi yang dihadapi tubuh Polri saat ini terutama di bawah gerbong kepemimpinan Listyo.
Keempat, mendorong langkah-langkah konkret Polri dalam menaikan dan mengembalikan kepercayaan masyarakat. Kelima, mendukung Listyo mengimplementasikan arahan dari Presiden Jokowi terkait kultur di Polri.
Namun, Sugeng menilai ada rasa was-was tujuh eks Kapolri itu atas kebijakan Listyo belakangan ini yang seolah berbeda dari "budaya" Polri sebelumnya.
"Ya, ini jadi pertanyaan saya karena di antara mantan Kapolri itu juga ada yang terkenal dengan rekening gendut. Kalau dukungan pasti ya diberikan, mungkin ada diskusi tajam seperti beberapa poin yang saya sebutkan tadi," kata dia.
Sugeng pun mewanti-wanti Listyo bahwa banyaknya kejadian dan kode keras ini sepatutnya menjadi bahan evaluasi dan keteguhan hati Listyo untuk segera mereformasi Polri.
Sebelum masa jabatannya berakhir, Listyo diminta untuk berani memberantas kebobrokan yang ada dalam tubuh Polri. Agenda bersih-bersih itu menurutnya keniscayaan yang harus segera dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
"Pembicaraan soal reformasi Polri ya pasti ada, karena problematika-problematika ini juga sudah lama diwariskan oleh mereka," ujar dia.
Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti juga menilai aksi 'turun gunung' eks Kapolri itu sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian senior dengan junior. Poengky pun menyebut pertemuan itu bukanlah sebuah anomali.
"Sepengetahuan saya, biasanya juga ada pertemuan rutin antara Kapolri dan para purnawirawan Polri (PP Polri) yang dilakukan baik di PP Polri atau di Mabes Polri," kata Poengky.
Poengky meminta agar Kapolri Listyo benar-benar mengimplementasikan wejangan dan hasil diskusi dengan para eks Kapolri tersebut. Ia menilai pertemuan itu tak harus dijadikan beban berat, melainkan sebuah bentuk tugas dan perhatian senior yang perlu diapresiasi dan dipertimbangkan matang-matang.
"Saya yakin dukungan para senior akan semakin menguatkan Kapolri dan seluruh anggota Polri dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Terlebih lagi di saat kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri menurun, maka dukungan para senior ibarat air yang menyejukkan," ujarnya.
(khr/tsa)