Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta mengungkapkan mangrove di ibu kota mengalami deforestasi selama delapan tahun ke terakhir.
Berdasarkan catatan Walhi Jakarta, 279 hektare mangrove hilang pada periode 2007-2020. Pada 2007, mangrove di Jakarta mencapai 341,9 ha. Kemudian pada 2013, berkurang jadi 207,29 ha. Tahun 2018 sebanyak 126,13 ha dan 2020 tinggal 63,25 ha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Luas mangrove Jakarta sampai 2020 tidak lebih dari 63,2 ha. Luas tersebut masih lebih kecil daripada luas TPST Bantargebang," kata Walhi lewat unggahan instagramnya, Jumat (28/10).
Dari jumlah yang tersisa itu, kondisi mangrove yang baik hanya 29,9 persen. Sementara sisanya dalam keadaan sedang dan rusak.
"Sebanyak 40,8 persen rusak dan 29,3 persen sedang," ucapnya.
Walhi menyebut kondisi kritis mangrove di Jakarta tidak terlepas dari alih fungsi lahan yang mengorbankan kawasan mangrove.
Pengkampanye Walhi Jakarta Muhammad Aminullah menyebut pihaknya tengah mendalami lebih lanjut penyebab deforestasi mangrove di ibu kota.
"Kita juga masih berjalan analisisnya. Terakhir beberapa blok PIK juga nyerobot kawasan lindung. Mungkin awal tahun selesai analisisnya," kata Aminullah kepada CNNIndonesia.com.
Badan Restorasi Gambur dan Mangrove (BRGM) sebelumnya mengungkapkan luas mangrove di Indonesia mencapai 4.120.263 hektare (ha). Namun, 700.000 ha di antaranya telah mengalami deforestasi.
Deputi Bidang Perencanaan dan Evaluasi BRGM Satyawan Pubdyatmoko menyebut tanaman mangrove yang tersisa pun beberapa di antaranya jarang-jarang.
"Yang rusak 700 ribu ha," kata Satyawan di Kantor BRGM, Jakarta Pusat pada Selasa (19/7).
(yla/wis)