Deret Kesaksian Sopir Ambulans Ungkap Janggal Pembunuhan Brigadir J

CNN Indonesia
Selasa, 08 Nov 2022 07:17 WIB
Sopir ambulans PT Bintang Medika Ahmad Syahrul Ramadhan mengungkap sejumlah kejanggalan saat dirinya mengevakuasi jenazah Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Tiga orang terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Ricky Rizal (kiri), Richard Eliezer (tengah) dan Kuat Ma'ruf (kanan) bersiap menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sopir ambulans PT Bintang Medika Ahmad Syahrul Ramadhan mengungkap sejumlah kejanggalan saat dirinya mengevakuasi jenazah Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J ke Rumah Sakit (RS) Polri.

Hal tersebut disampaikan Syahrul saat bersaksi untuk terdakwa Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal atau Bripka RR dan Kuat Ma'ruf dalam kasus pembunuhan Brigadir J, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (7/11).

Syahrul mengaku heran ketika diarahkan petugas kepolisian untuk membawa jenazah Yosua ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Padahal, seharusnya jenazah langsung dibawa ke kamar jenazah/ruang forensik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pas di RS enggak langsung ke forensik ke kamar jenazah, tapi ke IGD. Saya bertanya, 'pak izin kok IGD dulu, biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, forensik. 'Oh, saya juga enggak tahu mas ikuti perintah aja.' Oh baik," ujar Syahrul di hadapan majelis hakim PN Jakarta Selatan, Senin (7/11).

Mengikuti arahan tersebut, Syahrul langsung menuju IGD yang saat itu kondisinya sedang ramai. Ia kemudian menyerahkan jenazah Yosua yang telah dibawanya dari rumah dinas eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo tersebut.

Setelah ingin pamit pulang, Syahrul ditahan oleh salah seorang petugas yang tak dikenal namanya. Ia pun menuruti arahan tersebut dan menunggu di dekat masjid rumah sakit.

Ketika merasa haus dan lapar hendak mencari makan-minum, ia tidak diperkenankan. Syahrul dibelikan sate dan minum oleh petugas dimaksud.

"Saya bilang sama anggota di RS Pak saya izin pamit, terus katanya 'sebentar dulu ya mas, tunggu dulu.' Saya tunggu di tempat masjid Yang Mulia di samping tembok sampai jam mau subuh," cerita Syahrul.

"Mau subuh saudara nunggu?" tanya hakim menegaskan.

"Iya Yang Mulia. Pas saya mau ke depan, 'sudah mas di sini aja', terus saya bilang pak izin saya haus. Sembari menunggu saya dibelikan air dan sate," jawab dia.

"Kenapa saudara disuruh nunggu sampai subuh?" tanya hakim.

"Enggak tahu," kata Syahrul.

Tidak hanya itu, menurut Syahrul, jenazah Brigadir J juga berlumuran darah dengan wajah tertutup oleh masker berwarna hitam dan mengenakan kaos putih.

"Jenazah sudah di kantong?" tanya hakim.

"Belum. Masih tergeletak berlumuran darah yang mulia," jawab Syahrul.

Syahrul melihat dada kiri Brigadir J bolong akibat luka tembak. Ia juga diminta tolong untuk mengecek nadi Brigadir J, namun, denyut nadi sudah tak bisa dirasakan lagi.

"Saya disuruh oleh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek nadi di leher dan tangan memang tidak ada Yang Mulia," imbuhnya.

Di persidangan Syahrul ditunjukkan potret kondisi jenazah Brigadir J. Potret tersebut tampak seperti apa yang ia saksikan pada saat melakukan evakuasi.

"Wajahnya ditutupi masker?" tanya hakim lagi.

"Iya," jawab Syahrul.

"Warna hitam seperti ini?" tanya hakim

"Iya yang mulia," jawab Syahrul.

Usai memastikan nadi Brigadir J terhenti, Syahrul lalu bergegas mengambil kantong jenazah.

"Saya bilang izin pak sudah tidak ada. Lalu dibilang 'pasti mas?' Pasti pak. Lalu, dicek kembali sama bapak-bapak di lokasi lalu 'ya sudah mas minta tolong dibantu evakuasi', terus saya bilang izin pak saya ambil kantong jenazah," ujarnya.

Sirine Ambulans Dilarang Dibunyikan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER