ANALISIS

Pamor Anies dan Jalan Redup Elektabilitas NasDem

CNN Indonesia
Jumat, 11 Nov 2022 08:42 WIB
Kehadiran Anies Baswedan yang dideklarasikan sebagai capres dari Partai NasDem tak kunjung mengatrol elektabilitas partai. Sejumlah analisis bermunculan.
Capres NasDem Anies Baswedan dan Ketua Umum Surya Paloh. (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satu bulan lebih kehadiran Anies Baswedan di Partai Nasional Demokrat (NasDem) dinilai belum mampu mendongkrak elektabilitas partai besutan Surya Paloh tersebut. Sejumlah lembaga survei memprediksi tingkat keterpilihan NasDem di Pemilu 2024 mendatang malah turun.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan pamor Anies sebagai salah satu kandidat yang punya elektabilitas tinggi. Hasil survei hampir semua lembaga menempatkan Anies selalu berada di tiga besar bersama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. 

Pada 3 Oktober 2022, Partai NasDem diketahui secara resmi mendeklarasikan Anies sebagai bakal calon presiden (capres).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun usai deklarasi, berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei, elektabilitas Partai NasDem belum menyentuh angka sembilan persen, sebagaimana yang diperoleh pada Pemilu 2019.

Litbang Kompas memasukkan Partai NasDem ke dalam kategori partai papan menengah. Elektabilitas Partai NasDem hanya 4,3 persen, menempati urutan ketujuh di bawah PKS (6,3 persen) dan PKB (5,6 persen).

Hasil itu diperoleh dari survei yang digelar melalui tatap muka pada 24 September sampai 7 Oktober 2022. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi.

Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error penelitian sebesar kurang lebih 2,8 persen.

Sementara Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) memperlihatkan elektabilitas Partai NasDem di angka 5,4 persen, menempati urutan ketujuh. Berada di bawah PKS (6,9 persen) dan Demokrat (5,5) persen.

Survei SMRC dilakukan secara tatap muka pada 3-9 Oktober 2022. Populasi dari survei ini seluruh WNI yang memiliki hak pilih dalam pemilu.

Dari populasi itu dipilih secara random sebanyak 1.220 responden, di mana respons rate sebesar 1.027 atau 84 persen. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar kurang lebih 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasil lebih buruk dipaparkan survei LSI Denny JA yang menyatakan NasDem tidak lolos parlemen dengan perolehan 3,9 persen. Berada di bawah PKB (5,9 persen) dan Demokrat (5,4 persen).

Hasil itu diperoleh dari survei yang dilakukan LSI Denny JA dengan metodologi multistage random sampling terhadap 1.200 responden pada 11-20 September 2022. Survei dilakukan sebelum deklarasi Anies sebagai capres oleh Partai NasDem.

Margin of error dalam survei ini kurang lebih 2,9 persen.

Senada, hasil survei Indekstat juga menyatakan Partai NasDem tidak lolos parlemen dengan elektabilitas 2,1 persen. Berada di bawah PKS (6,2 persen) dan Demokrat (5,2 persen).

Survei diselenggarakan pada 10-19 Oktober 2022 dengan melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai secara tatap muka. Margin of error kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Turun Bukan Faktor Anies

Direktur Eksekutif KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengatakan elektabilitas NasDem dalam sejumlah lembaga survei di atas bukan semata-mata pengaruh Anies yang baru saja 'hadir' satu bulan lebih.

"Saya tidak melihat ini semata-mata pengaruhnya Pak Anies. Kalau mau lihat pengaruhnya Pak Anies ya harus dilihat sebelum deklarasi dan sesudah deklarasi," kata saat dihubungi kemarin, Kamis (10/11).

Menurutnya NasDem selama ini kerap dibandingkan dengan partai besar yang lain seperti PDIP, Golkar dan Gerindra yang kerap menempati tiga besar. 

"Karena ekspektasi terlalu besar. Bahwa ekspektasinya langsung sama dengan Gerindra, Golkar, PDIP, kan beda. Kan di dalam survei biasanya tiga besar itu, bahkan Demokrat itu biasanya hasil surveinya lebih tinggi daripada hasil pemilunya, PDIP juga begitu, sehingga kita harus hati-hati baca hasil survei," ujar Kunto.

Alasan kedua menurut Kunto yaitu pemilu masih lama. Responden, terang dia, belum terlalu fokus pada pemilihan partai politiknya.

"Ini masih jauh dari pemilu sehingga ketika responden ditanya biasanya mereka partai ya seingatnya aja, enggak bener-bener. 'Ntar aja lah nanti kalau urusan partai itu dipikirin serius jika sudah masa kampanye' biasanya kalau ditanya begitu. Jadi, pemilih belum bener-bener fokus pada pemilihan partainya," tutur dia.

Mengacu pada survei yang digelar lembaganya yakni KedaiKOPI, Kunto berujar kecenderungan responden mengubah pilihannya masih sangat besar yaitu di angka 60 persen.

"Jadi, bisa dibilang dari semua angka elektabilitas itu hanya 40 persen yang sudah fix. 60 persennya bisa pindah," kata dia.

Klik untuk selanjutnya

Mesin Partai Belum Bergerak

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER