Jakarta, CNN Indonesia --
Masa depan jalur sepeda di Jakarta jadi sorotan setelah alokasi anggaran Rp38 miliar dalam RAPBD 2023 sempat dihapus, kini dimasukkan lagi menjadi hanya Rp7,5 miliar.
Kritik datang dari komunitas sepeda. Mereka menyebut perubahan anggaran itu sebagai langkah mundur.
Kebijakan mengurangi anggaran jalur sepeda disebut menyalahi orientasi pembangunan di Jakarta era Gubernur Anies Baswedan yang berbasis transit jadi berorientasi mobil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pembangunan jalur sepeda di era Anies memang terbilang masif. Hingga 2021 disebut sudah ada 103 kilometer jalur untuk pesepeda. Jumlah ini belum termasuk penambahan jalur sepanjang 2022.
Fungsi jalur sepeda sendiri masih belum maksimal. Jalur ini belum sepenuhnya dikuasai para pengendara sepeda. Kondisi jalur pun tidak seluruhnya mulus.
Pantauan CNNIndonesia.com di beberapa titik di Jakarta yakni di jalan Sudirman, Pejompongan, dan Palmerah terdapat jalur khusus sepeda dengan kontur aspal yang baik dan juga yang kurang baik.
Sepanjang jalan Sudirman dan Pejompongan, jalur itu berkontur sangat baik, sementara tepat di muka stasiun Palmerah, jalur sepeda itu terlihat cukup banyak lubang dan justru digunakan oleh para ojek online untuk menurunkan penumpang.
 Pedagang kopi keliling alias starling jadi salah satu pihak yang mendapat keuntungan dari keberadaan jalur khusus sepeda di Jakarta. (CNN Indonesia/ Bisma Septalisma) |
Tetapi, kesamaan di antara seluruhnya ialah, sangat sedikit pesepeda yang melintas di jalur tersebut. Jalur khusus sepeda seringnya malah dilewati oleh para pemotor yang menghindari macet di jalurnya, maupun ojek online yang tengah mangkal.
Di kawasan SCBD pembatas jalur sepeda juga ada yang rusak. Pembatas itu terangkat seperti habis tertabrak. Sedangkan, di Pejompongan yang menggunakan pembatas berupa cone masih terlihat terawat.
Misdira (23) sebagai penjual kopi keliling alias starling menyebut kehadiran jalur sepeda ini sangat membantu kesehariannya. Jalur sepeda membuat Misdira tidak perlu berhimpit-himpitan dengan kendaraan lainnya kala mengayuh sepeda.
"Membantu banget, kalau belum ada dulu minggir," ujar Misdira kepada CNNIndonesia.com, di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (17/11).
Meski demikian ia tetap belum puas karena jalur sepeda yang ada masih sering dijajah oleh para pemotor.
"Ya kan, salah itu, buat motor yang lewat sini juga harusnya jangan, harus sepeda," katanya.
Roy (24), pekerja yang rutin mengayuh sepeda mengaku cukup kesal dengan motor yang melintas di jalur khusus sepeda. Ia jadi merasa tidak aman setiap mengayuh sepeda.
"Mereka masih sering masuk jalur sepeda. Alasannya 'mumpung lagi enggak ada sepeda atau gimana' tapi kalau semuanya berpikiran gitu nantinya semuanya akan pakai jalur sepeda dan pesepeda jadi merasa enggak nyaman dan aman," kata Roy.
Roy pun berharap jalur khusus sepeda tetap ada di tengah wacana pemotongan anggaran oleh Pemprov DKI Jakarta. Kalau perlu Pemprov menambah lagi jalur sepeda di jalan-jalan lain, khususnya jalanan besar.
Seorang anggota komunitas Bike to Work, Wawa (54) kecewa dengan wacana pemotongan anggaran jalur sepeda pada RAPBD 2023.
"Sangat disayangkan apalagi kalau dihilangkan sebab untuk perawatan kita butuh biaya, kedua ada beberapa jalur yang memang harus dibuatkan jalur sepeda tapi kan belum tersedia," kata Wawa.
Kendati begitu, ia menyebut selama pengurangan anggaran itu tidak mengurangi jalur sepeda, maka itu tidak menjadi masalah.
Jika para pesepeda menyayangkan rencana pemotongan anggaran, tidak demikian dengan para pemotor.
 Jalur sepeda di Jakarta kerap diterobos oleh pengendara motor. (CNN Indonesia/ Adi Maulana) |
Menurut sejumlah pemotor jalur sepeda justru memicu kemacetan. Terlebih jarang juga sepeda yang melintas di sana.
"Masalahnya sepedanya jarang yang lewat, justru makin ke sini ramenya motor ama mobil, apalagi jalur sepeda yang di jalan lain yang pasang cone itu juga menurut saya malah bikin macet juga," ujar driver ojek online berinisial PC.
Menurutnya jalur khusus sepeda tidak terlalu berguna sebab kenyataannya para pesepeda tak jarang melintasi jalur yang bukan jadi milik mereka.
"Tapi kalau tetep mau diadain juga enggak apa-apa, cuma agak lebih disempitin lagi aja," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Yuliantoro (44) yang merupakan pengemudi ojek online. Menurut dia, dibuatnya jalur sepeda itu tidak sesuai dengan peruntukannya. Justru, hanya menjadi lintasan bagi kendaraan lainnya untuk menghindari macet.
"sebenarnya enggak ngaruh ya, kalau macet juga banyak motor mobil yang masuk, enggak sesuai peruntukan soalnya. Enggak ada polisi juga yang jaga," kata dia.
Karena alasan itu, Yuliantoro ingin pembatas pada jalur sepeda dihilangkan.
"Ilangin lah pembatasnya, mendingan ilangin lah. Di Pejompongan aja udah ditabrak-tabrakin," katanya.