ANALISIS

Catatan Penting untuk Penanggulangan & Mitigasi Bencana di Indonesia

CNN Indonesia
Rabu, 23 Nov 2022 11:02 WIB
Penanggulangan dan mitigasi bencana di Indonesia masih minim, untuk itu literasi pendidikan kebencanaan harus diperkuat lagi di sekolah dan lingkungan keluarga.
Warga melintas di depan rumahnya yang rusak akibat gempa di Desa Cibeureum, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022).
Jakarta, CNN Indonesia --

Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 yang mengguncang Kabupaten Cianjur pada Senin (21/11) setidaknya telah mengakibatkan 268 orang meninggal dunia, seratusan orang hilang, ribuan rumah rusak, hingga fasilitas sosial dan umum rusak parah.

Penanggulangan dan mitigasi bencana selalu menjadi sorotan pascaperistiwa, tak terkecuali dengan gempa Cianjur. Sempat terjadi perbedaan data untuk korban meninggal antara BNPB, Kepolisian dan Pemerintah Daerah.

Pakar Geologi Surono-- lebih sering dipanggil Mbah Rono-- menekankan sistem satu orang, satu komando, dan satu keputusan dalam penanggulangan bencana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, sistem itu harus diterapkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam melakukan pekerjaan. Termasuk di dalamnya mengenai pemberian informasi publik soal korban jiwa.

"One man, one command, one decision, termasuk juga (memberi info) jumlah korban berapa, yang meninggal berapa, jangan simpang siur. Enggak boleh semua bicara," ujar Surono kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/11) malam.

Dalam situasi yang masih diselimuti duka, Surono menginginkan agar tidak semua hal harus ditanyakan dan diungkap. Dia meminta masyarakat saling mengerti dan memahami pekerjaan kemanusiaan pascabencana.

"Saya bukan semua harus diungkap, tidak. Mari kita dalam kondisi duka biarlah yang mengangkut mayat jangan diganggu, yang distribusi jangan diganggu dan lain sebagainya," imbuhnya.

Senada, Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran (Unpad) Yoga Adriana Sendjaja mengatakan perbedaan informasi sebisa mungkin harus dihindari dalam menanggulangi bencana.

"Kalau misalnya ada dobel data kita juga kan tidak inginkan seperti itu, jadi mungkin dari BNPB atau Pemkab Cianjur bisa melakukan koordinasi," kata dia saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Yoga memberikan catatan penting terkait proses awal penanggulangan bencana.

Menurut dia, langkah pertama yang harus dikerjakan adalah melakukan asesmen guna mengetahui kondisi pascagempa di Cianjur. Asesmen penting dilakukan agar bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.

"Kita melakukan asesmen karena kita tahu mereka perlu bantuan, tetapi jangan sampai bantuannya salah target. Bantuan apa yang paling prioritas kita utamakan," imbuhnya.

Yoga menjelaskan dari berbagai asesmen yang telah dilakukan, wilayah terdampak gempa Cianjur masih memerlukan tim medis khususnya dokter spesialis bedah ortopedi dan bedah umum. Kebutuhan tim medis non fisik juga diperlukan untuk menangani trauma penyintas.

"Medis secara fisik maupun medis secara psikologis. Oleh karena itu, tim dokter dari Unpad akan berangkat ke Cianjur," tegasnya.

Mitigasi Bencana di Indonesia Masih Nol

Surono yang merupakan mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini berpendapat mitigasi bencana di Indonesia masih nol. Dia menyamakan mitigasi dengan pendidikan.

"Pendidikan di kita tentang lingkungan di sekitar kita, tentang ancaman di sekitar kita, itu nol. Mitigasi kan masalah pendidikan," kata Surono.

Surono yang sempat mengambil studi geofisika di Prancis menyatakan kurikulum pendidikan sejak dini merupakan kunci untuk bisa mengurangi dampak bencana.

Ia lantas menceritakan pengalamannya mengajar sejumlah anak-anak di Garut tentang kebencanaan pada suatu waktu. Ia mengajar begitu lama berharap orang tua murid menanyakan anaknya mengapa pulang terlambat.

Dia berharap sang anak bisa menjelaskan apa yang diperolehnya dalam pelajaran sebelumnya. Namun, terang dia, hanya sekitar 10 persen orang tua yang menanyakan alasan anaknya terlambat pulang.

"Dan sekolah, masalah bencana kan enggak ada di Indonesia. Padahal hitung berapa triliun rugi karena bencana," tutur dia.

"Apakah kita sudah mendidik? Kita lebih mengatakan bahwa matematika plus Bahasa Inggris sama dengan sukses tanpa harus mengetahui saya berada di mana, apa ancamannya dan bagaimana cara mengantisipasinya," sambungnya.

Baca selanjutnya di sebelah >>

Pentingnya Pendidikan Kebencanaan Kurangi Dampak Bencana

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER