Anies Bicara Demokrasi Melemah saat Wasit Dikuasai, Lawan Disingkirkan

CNN Indonesia
Senin, 02 Jan 2023 14:20 WIB
Usai menonton film dokumenter, Anies menilai ada tiga hal membuat demokrasi mati yaitu kuasai wasit, singkirkan lawan, ganti aturan main.
Eks Gubernur DKI Anies Baswedan akan mencalonkan diri menjadi capres pada Pilpres 2024. (CNNIndonesia/Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mantan Gubernur DKI Jakarta sekaligus bakal calon presiden Partai NasDem, Anies Baswedan membagikan pandangannya usai melihat film dokumenter berjudul The Edge of Democracy (2019) di platform nonton secara daring.

Film dokumenter itu bercerita soal perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden Brasil. The Edge of Democracy (2019) digarap sineas perempuan asal Brasil, Petra Consta.

"Dokumenter ini lalu bercerita tentang upaya penyingkiran terhadapnya melalui pengadilan yang kontroversial atas tuduhan korupsi walau pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukumannya," kata Anies lewat unggahan di akun media sosial Instagramnya, Senin (2/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyaksikan The Edge of Democracy, kata Anies, mengingatkannya pada buku How Democracy Dies yang ditulis Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Ia mengatakan merujuk pada buku itu diketahui setidaknya ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari rakyat.

Pertama, kuasai wasit. Menurut Anies, dengan menguasai wasit berarti mengganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral atau seperti penegak hukum dengan pendukung status quo.

Kedua, singkirkan lawan politik. Anies mengatakan menyingkirkan lawan politik bisa dilakukan dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal.

Ketiga, mengganti aturan main. Eks Mendikbud itu mengatakan cara ketiga mematikan demokrasi itu diyakini dengan mengubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan.

"Pelemahan demokrasi secara perlahan seperti itu dapat sebabkan 'shifting baseline syndrome,' yaitu perubahan secara bertahap dan perlahan hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk," kata Anies.

[Gambas:Instagram]

Anies mengatakan ketika kondisi-kondisi itu dipenuhi dengan praktik yang dipandang tidak normal, namun akan dianggap lumrah karena perburukan demokrasi berlangsung perlahan. Masyarakat pun, sambungnya, tanpa sadar menganggap hal itu sebagai kewajaran baru.

Menurut Anies, The Edge of Democracy mengajarkan demokrasi tak bisa datang begitu saja (taken for granted). Menurut dia, demokrasi tetap harus dirawat.

"Penyimpangan walau hanya kecil namun kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar bila dibiarkan. Pesan pentingnya: bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya," ucap Anies yang juga dikenal sebagai inisiator Indonesia Mengajar itu.

(thr/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER