Kesaksian Aremania: Jatuh dari Tribun, Tak Bisa Melihat, Muka Panas

CNN Indonesia
Kamis, 19 Jan 2023 19:56 WIB
Tiga orang Aremania memberikan kesaksiannya terkait Tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri Surabaya.
Polisi berjaga di ruang sidang saat sidang kasus tragedi Stadion Kanjuruhan Malang di Pengadilan Negeri Surabaya, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Surabaya, CNN Indonesia --

Tiga orang Aremania memberikan kesaksiannya di persidangan Tragedi Kanjuruhan. Mereka menceritakan kronik peristiwa yang mencekam itu.

Yang pertama adalah saksi Eka Sandi. Saat kejadian 1 Oktober 2022 lalu, ia mengaku berangkat menuju Kanjuruhan dengan delapan orang kawannya.

Setibanya di stadion, ia butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke tribune tempat menonton. Karena kondisi lokasi yang sudah penuh sesak, ia pun tertinggal sebagian jalannya pertandingan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya masuk pertandingan skor 0-1, [pertandingan jalan] sudah 28 menit," kata Eka saat menjawab pertanyaan jaksa di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis (19/1).

Singkat cerita usai pertandingan, dari posisinya di Tribune 13, ia melihat pemain Arema FC menghampiri suporter dari pinggir lapangan. Kemudian ada beberapa orang masuk ke lapangan.

Tak lama sejumlah aparat pun mengadang suporter masuk ke lapangan. Mereka mengenakan mengenakan helm, tameng dan berseragam.

"Ada petugas mengurangi [suporter] masuk ke lapangan, agar kembali ke tribun, tapi penonton masih banyak yang turun. Ada yang pakai helm, tameng dan seragam doreng," ucapnya.

Persis setelah itu, dia mengaku melihat petugas berseragam hitam-hitam melakukan penembakan gas air mata (GAM). Tembakan berawal ke lapangan, lalu lintasan lari, hingga sampai ke tribune.

"Penembakan pertama ke lapangan, terus ke arah utara [tribune] tiga atau empat, lalu di tribun tujuh, kemudian ke tribun sembilan, sepuluh. Ke tribune ke 13, saya sudah kena," ceritanya.

Usai tembakan itu, Eka Sandi mengaku mendadak tubuhnya lemas. Wajah dan matanya terasa perih. Ia bahkan sampai terjatuh, ke satu tingkat tribune di bawahnya.

"Saya jatuh dari tribune atas, enggak bisa melihat. Panas muka sama mata, ada efek lemas di tubuh," ungkapnya.

Ia kemudian diselamatkan oleh tiga petugas berseragam coklat. Eka kemudian keluar melalui pintu darurat. Hingga berhasil meninggalkan stadion.

Eka lalu dilarikan teman-temannya ke RS Wava Husada. Tapi tak lama, ia lalu dirujuk ke RS Bhayangkara Hasta Brata.

"Saya masuk ke Batu, RS Hasta Brata sampai tiga hari. Bilangnya [dokter] nafas yang terganggu," ucapnya.

Hal serupa juga dialami Aremania, Estu Aji Kuncoro. Ia mengaku berangkat seorang diri ke stadion.

Singkat cerita, saat tembakan gas air mata ditembakkan, Estu berhasil keluar. Tapi ia merasa efek gas air mata mulai menyerang tubuhnya.

"Pas keluar stadion langsung muntah-muntah. Langsung beli air mineral. Sempat ke RS Hasta Brata. Rawat inap tiga hari dua malam," kata Estu.

Sementara saksi Ahmad Syaifudin mengaku berhasil keluar dari tribune 14. Tetapi saat di luar stadion dia justru terkena gas air mata.

Tembakan itu ia dapat ketika berjalan di dekat pintu utama lobi stadion. Awalnya dia mengira itu petasan, tapi kemudian asap yang keluar membuat perih matanya.

"Saya kira petasan. Tapi terus mata saya perih," ucap Ahmad.

Syaifudin berusaha tetap berlari. Tapi di tugu selamat datang stadion, dia justru terkena tembakan gas air mata kedua kalinya. Matanya makin perih.

"Diantar istri ke rumah sakit untuk menjalani rawat inap tiga hari," pungkasnya.

Seperti diketahui, sidang lanjutan dua terdakwa Tragedi Kanjuruhan kembali digelar di PN Surabaya, Kamis (19/1), dengan agenda pemeriksaan saksi.

Dua terdakwa itu yakni Panpel Arema FC Abdul Haris dan Security Officer Suko Sutrisno. Mereka hadir secara langsung.

(frd/isn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER