Warga dan aparat kepolisian setempat mencoba mengecek ke rumah tersebut. Tiga orang dalam satu keluarga ditemukan meninggal dunia. Mereka ialah Ai Maemunah, Ridwan Abdul Muiz, serta Riswandi. Di keluarga itu dua orang lainnya masih bisa diselamatkan dan dilarikan ke rumah sakit. Keduanya adalah Dede Solehudin dan Neng Ayu yang masih berusia lima tahun.
Proses penyelidikan polisi dilakukan untuk mengusut penyebab kematian ketiga korban. Sejumlah barang bukti pun dikumpulkan.
Narasi soal satu keluarga ini meninggal dunia karena keracunan pun beredar di publik. Saat itu kepolisian masih enggan berkomentar. Proses penyelidikan belum rampung, dalih mereka.
Satu pekan berselang, polisi mengungkap hasil penyelidikan. Tepatnya pada 19 Januari, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran memimpin langsung konferensi pers di Polda Metro Jaya.
Pembunuhan berantai. Begitu kata Fadil saat membeberkan hasil penyelidikan kasus kematian satu keluarga di Bekasi.
Ketiga korban tewas meminum racun yang dicampurkan ke dalam kopi. Terungkap, racun tikus dan racun untuk hama atau pestisida menjadi penyebab tewasnya korban.
Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede Solehudin dinyatakan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian satu keluarga itu.
Mereka yang kehilangan nyawa di Bekasi masih memiliki hubungan keluarga dengan Wowon cs. Maemunah adalah istri Wowon, dan dua korban lainnya adalah anak tiri Wowon.
Disebutnya nama Dede pun menjadi hal tak terduga. Musababnya, ia termasuk dalam lima orang yang meminum kopi beracun tersebut. Nyatanya, ia justru bagian dari komplotan tersangka.
"Saya memang sengaja minum setengah aja," ucap Dede dalam pengakuannya, Kamis (2/2).
Polisi menyebut ketiga korban ini dihabisi nyawanya karena mengetahui aksi tindak pidana yang dilakukan oleh Wowon cs.
Namun, pengakuan tersangka Duloh berkata lain. Menurutnya, Maemunah dan dua anaknya harus dihabisi nyawanya karena kerap menagih uang kepada Wowon.
Duloh memastikan Maemunah tak mengetahui soal rentetan kejahatan yang ia lakukan bersama suaminya, Wowon dan Dede.
"Kata Wowon itu bilangnya dia (Maemunah) nagih-nagih melulu duit," beber Duloh, Kamis (2/2).
Pengungkapkan kasus kematian satu keluarga ini menjadi gerbang terbukanya rentetan aksi pembunuhan Wowon cs. Sembilan nyawa disebut melayang di tangan mereka.
Hingga kini belum diketahui secara pasti bagaimana runtutan waktu kematian enam korban lain. Hanya waktu kematian tiga korban di Bekasi yang baru terungkap.
Empat korban tewas ditemukan di wilayah Cianjur. Mereka dikubur dalam tiga lubang yang ada di dalam rumah. Lubang itupun dicor agar tak diketahui orang.
Noneng, Wiwin, Bayu serta Farida. Merekalah yang harus kehilangan nyawanya di tangan Wowon cs dan dikuburkan di Cianjur.
Wiwin merupakan satu dari enam istri Wowon. Sementara Noneng adalah ibu dari Wiwin. Lalu Farida adalah seorang tenaga kerja wanita (TKW).
Persoalan uang dan laki-laki lain menjadi motif Wowon nekat membunuh keduanya. Noneng selalu berkata kepada Wowon, Noneng yang juga bekerja sebagai TKW tak pernah mengirim uang.
Pengakuan Noneng berbeda dengan Wiwin. Ia mengatakan kepada Wowon selalu mengirim uang. Wowon pun dendam.
Dendam Wowon semakin menjadi saat Wiwin kembali ke Indonesia dan membawa laki-laki. Padahal, menurut Wowon, harusnya dia sebagai suamilah yang menjadi tujuan Wiwin untuk pulang.
"Wiwin itu pulang dari Malaysia bawa laki-laki orang Batam, katanya gitu. Seharusnya kalau pulang dari arah mana juga harusnya pulang ke rumah suami, nah dia pulangnya ke rumah mertua saya gitu, aku dicuekin. Nah itu aku merasa dendam," ungkapnya, Kamis (2/2).
Fakta lain terungkap. Duloh sang eksekutor ternyata sempat mengajak Noneng berhubungan badan sebelum membunuhnya.
Ajakan Duloh untuk berhubungan badan muncul saat Noneng menagih uang Rp25 juta kepada dirinya. Ajakan Duloh pun disambut Noneng. Nahas, usai berhubungan badan, nyawa Noneng melayang.
Bayu yang turut menjadi korban, ternyata masih berusia dua tahun. Bahkan, ia adalah anak Wowon dengan istrinya Maemunah, yang tewas di Bekasi.
Hidup Bayu harus berakhir tragis di tangan Duloh lantaran Wowon menganggap anaknya selalu rewel. Kata Wowon, dia malu dengan para tetangga.
"Anak itu rewel sekali, setiap detik, setiap jam, setiap malam, padahal dikasih jajan, nangis terus," ungkap Wowon, Kamis (2/2).
Korban lainnya adalah seorang TKW bernama Siti Fatimah. Dari penyelidikan, Siti bukan tewas di tangan Duloh, sosok yang selalu berperan sebagai eksekutor dalam rangkaian pembunuhan berantai ini.
Nyawa Siti justru melayang di tangan Noneng, mertua Wowon dan juga salah satu korban tewas dalam kasus ini.
Bermula saat Siti menagih janji Wowon soal keuntungan dari hasil penggandaan uang yang dilakukan. Siti lalu diminta pergi ke Mataram, Nusa Tenggara Barat ( NTB) untuk mengambil uang tersebut.
Wowon kemudian juga meminta mertuanya, Noneng untuk mengantar Siti ke Mataram. Ternyata, Wowon tak hanya memberikan perintah mengantar, tapi juga menghabisi nyawa Siti.
"(Yang membunuh Siti) Noneng, karena diperintah oleh Wowon, dia mendorong Siti ke laut di Surabaya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko, Jumat (20/1).
Perintah itu dilakukan Noneng. Siti pun tewas. Jasad Siti kemudian ditemukan oleh warga dan akhirnya dibawa ke kampung halamannya di Garut untuk dimakamkan secara layak.
Halimah korban lain dari serial killer Wowon cs ini. Ia adalah salah satu istri Wowon. Menariknya, ia juga merupakan ibu dari istri Wowon lainnya, Maemunah.
Saat meninggal, Halimah masih berstatus sebagai istri sebagai istri Wowon. Setelah kepergian Halimah, barulah Wowon menikah dengan Maemunah.
Namun, Duloh mengaku Halimah meninggal bukan karena dibunuh. Melainkan, karena sakit rahim yang dideritanya.
Kepolisian telah membongkar makam Halimah di Cililin, Bandung untuk dilakukan proses ekshumasi. Tujuannya untuk mengungkap penyebab kematian Halimah.
Bahkan, nyaris ada korban kesepuluh yang akan dihabisi oleh Wowon cs. Dia adalah Ujang Zaenal Mustofa, tetangga Wowon di Cianjur. Ujang akan dihabisi nyawanya dengan dalih membuang sial setelah Wowon cs menghabisi tiga nyawa di Bekasi.
Upaya pembunuhan terhadap Ujang pun serupa dengan yang mereka lakukan terhadap Maemunah dan dua anaknya. Yakni, mencampurkan racun ke dalam kopi. Ujang pun meminumnya.
Beruntung, Ujang lolos dari maut. Ia hanya sempat menjalani perawatan selama empat hari di rumah sakit.
Pembunuhan berantai bukan satu-satunya kejahatan yang dilakukan oleh Wowon cs. Terungkap, mereka juga melakukan aksi penipuan penggandaan uang dengan kekuatan spiritual terhadap 11 orang TKW yang bekerja di luar negeri.
Bahkan, ditemukan aliran dana hingga Rp1 miliar dalam kasus penipuan oleh Wowon cs ini. Rupanya uang itu berasal dari para TKW yang tiap bulannya rutin mengirimkan dana ke Wowon cs.
Belasan TKW korban penipuan Wowon cs ini adalah Yeni, Farida, Siti Fatimah, Aslem, Entin, Hamidah, Evi, Hanna, Nene, dan Sulastini. Dari belasan orang ini, dua orang telah tewas di tangan Wowon cs, yakni Farida dan Siti Fatimah.
Uang dari para korban ini ditampung dalam sebuah rekening atas nama Dede. Namun, kartu rekening itu dipegang langsung oleh Wowon.
Wowon memiliki cara tersendiri untuk menggaet para korban. Ia memperlihatkan aksi mengubah nominal uang di dalam amplop.
Misalnya, dari yang awalnya Rp5.000, dengan trik yang dikakukan Wowon, uang itu berubah menjadi Rp10.000 ataupun Rp50.000.
Selanjutnya: Tipu daya Aki Banyu
Berbekal keahliannya dalam mendalang, Wowon mampu membuat berbagai karakter suara. Modal inilah yang dimanfaatkan Wowon untuk menciptakan sosok 'Aki Banyu' di tahun 2016.
Sosok ini sangat dipercaya oleh para korban penipuan. Bahkan dua rekan Wowon, Duloh dan Dede juga percaya akan keberadaan sosok 'Aki Banyu' ini. Mereka baru tahu sosok itu adalah fiktif setelah ditangkap pihak kepolisian.
Polisi menyebut aksi penipuan Wowon ini turut dibantu oleh dua orang TKW, yakni Yeni dan Siti Fatimah. Meski membantu, nyatanya keduanya juga menjadi korban tipu daya Wowon. Bahkan, Siti Fatimah harus kehilangan nyawa.
Yeni pun nyaris kehilangan nyawanya. Dua kali Wowon cs berupaya menghabisi nyawa Yeni, dan berujung gagal. Dalam upaya terakhir, Yeni bahkan sudah dalam keadaan terikat kain dan dicekik, namun ia melawan.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyebut aksi penipuan Wowon cs seperti layaknya sistem multi level marketing ( MLM). Alhasil, penipuan ini pun terus menyebar luas hingga berhasil menggaet 11 korban.
"Sistem yang seperti MLM ini sedang kami telusuri betul. Mereka ada downline-downline. Jadi dari Siti misalnya, mengajak temannya lagi supaya mengirim ke Wowon supaya bisa digandakan dan sebagainya," kata dia, Selasa (24/1).
Korban TKW atas nama Hana dan Aslem telah berhasil dimintai keterangan oleh pihak berwajib. Tak pernah mendapat keuntungan, mereka justru harus merugi, bahkan hingga ratusan juta rupiah.
Aslem misalnya, secara rutin mengirim uang kepada Wowon cs selama enam tahun. Ia buntung hingga Rp288 juta akibat aksi penipuan penggandaan uang. Hana juga merugi sekitar Rp75 juta setelah secara rutin mengirim uang selama dua tahun.
Tak hanya kehilangan uang, nyawa para TKW ini nyatanya juga terancam. Wowon cs tak segan membunuh mereka jika terus menagih uang hasil penggandaan uang.
Tak akan berhenti melakukan penipuan dan pembunuhan selama tak tertangkap. Begitu kata Wowon.
Duloh, sang eksekutor pun siap menjalankan perintah Wowon untuk membunuh para korban. Uang Rp500 juta dan kesuksesan menjadi motif Duloh.
Imbalan uang Rp100 juta juga menjadi dasar Dede masih setia membantu Wowon. Beda dengan Duloh, Dede sudah mendapat dan menggunakan uang itu. Untuk mancing, kata dia.
Sosok fiktif Aki Banyu juga menjadi alasan Duloh dan Dede. Mereka tak bisa membantah apa yang sudah diperintahkan Aki Banyu. Meskipun, sosok itu nyatanya adalah Wowon, namun mereka sudah kadung percaya.
Hingga kini, polisi masih mendalami penipuan dan pembunuhan berantai Wowon cs. Pengumpulan berbagai alat bukti terus dilakukan guna mengungkap kasus ini secara terang benderang.