Memori Perjuangan dari Rumah Singgah Sukarno yang Luluh Lantak

CNN Indonesia
Kamis, 23 Feb 2023 15:33 WIB
Rumah singgah di Kota Padang itu juga dijadikan sebagai tempat untuk menghimpun kekuatan oleh Bung Karno melawan Jepang.
Achmad Arif Datuak Madjo Urang beserta istri, anak dan cucu-cucunya di depan rumah bekas kediamannya/ rumah singgah Sukarno yang masih beraap Sirap di Jalan Ahmad Yani pada tahun 60-an Nomor 12 Kota Padang. (Arsip keluarga)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kedatangan tentara Jepang ke Indonesia kerap memantik konflik militer pasukan Belanda. Kondisi perang berdampak langsung terhadap sejumlah tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia, termasuk sosok yang menjadi proklamator RI kelak: Ir Sukarno.

Pada 1942, Sukarno yang berstatus tahanan sipil di Bengkulu dibawa tentara Belanda untuk dipindahkan ke Aceh. Sukarno direncanakan diungsikan ke Kota Cane atau Aceh. Sukarno menyusuri hutan yang lebat dan pohon-pohon yang rapat dengan berjalan kaki bersama Inggit, anaknya Sukarti, dan Riwu pembantunya. (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams, 1965).

Mereka dipandu tentara Belanda menuju pelabuhan di barat Sumatera, Padang. Sukarno direncanakan naik kapal bersama pengungsi sipil lainnya menuju Australia. Namun rencana berubah, sesampainya di Padang, kapal yang akan ditumpanginya sudah luluh lantak dibom Jepang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka ditinggalkan begitu saja oleh tentara Belanda yang sibuk pontang-panting menyelamatkan diri.

Sukarno ditinggalkan di Painan, sebuah kota di Kabupaten Pesisir Selatan. Belanda meninggalkan rombongan Bung Karno karena mendengar tentara Jepang sudah masuk ke Sumbar.

Sukarno kemudian dijemput oleh barisan Hizbul Wathan, yang dikepalai oleh tokoh Muhammadiyah Dahlan Datuk Junjungan yang merupakan ayah dari Prof Alwi Dahlan, mantan Menteri Penerangan. Sukarno lantas dibawa ke sebuah hotel di Muara Padang. Hal itu dikonfirmasi oleh sejarawan Sumatera Barat Hasril Chaniago.

"Mereka dijemput serombongan orang dengan menggunakan gerobak sapi," kata Hasril, Rabu (23/2).

Bung Karno memerintahkan Inggit, Sukarti dan Riwu tetap menetap di sebuah hotel, sedangkan Sukarno pergi ke rumah Waworuntu yang merupakan sahabatnya ketika di Bengkulu. Sang sahabat yang merupakan seorang dokter hewan di Manado yang juga diungsikan ke Bengkulu. Di Padang, sang dokter menyewa sebuah rumah milik Achmad Arif Datuak Majo Urang, tokoh adat di Sumatra Barat. Kelak menjadi rumah singgah Bung Karno.

"Bung Karno tinggal sejak pertengahan Maret 1942," kata Hasril Chaniago.

Tidak hanya sebagai tempat tinggal, rumah itu juga dijadikan sebagai tempat untuk menghimpun kekuatan (Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di Minangkabau/Riau, Ahmad Husein, dkk). Dari rumah itu, Sukarno memulai aktivitasnya kembali sebagai seorang pemimpin perjuangan yang telah bebas dari kungkungan Belanda.

Jejak Perjuangan Bung Karno dari Rumah Singgah

Dalam menghimpun kekuatan, Bung Karno membebaskan sejumlah aktivis Sumbar yang ditahan dan hampir dihukum pancung oleh Jepang, salah satunya yaitu Anwar Sutan Saidi.

Dikutip dari buku Dari Pemberontakan ke Integrasi Karya Audrey Kahin menyebut Sukarno melakukan pendekatan kepada Jepang untuk mengupayakan pembebasan Anwar. Anwar ditangkap pada 3 April 1942, sehari setelah tawanan Kota Cane yaitu Chatib Suleiman dan kawan-kawan tiba di Padang Panjang.

Kemudian, meskipun tokoh-tokoh PNI Baru Sumbar (partai Hatta dan Syahrir) terpecah dua ke dalam kelompok yang mendukung dan menolak bekerja sama dengan Jepang, Anwar St Saidi sebagai kepala Bank nasional dan organisasi-organisasi perdagangan, membantu Sukarno bergiat di jalur ekonomi dalam rangka mengumpulkan dana dan senjata.

Adapun Tamimi Usman membantu Sukarno untuk memimpin kelompok Syahrir yang berbeda opsi untuk menggerakkan kegiatan-kegiatan bawah tanah. Dan Chatib Suleiman dan Leon Salim mengikuti Sukarno dengan jalur perjuangan.

Nasib rumah singgah rata dengan tanah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER