Bagus mengatakan jenazah Habib Kuncung sempat tak bisa diangkat usai disalatkan di Masjid Jami At-Taubah. Padahal, saat itu liang lahat telah disiapkan.
"Pas diangkat jenazahnya enggak bisa. Diangkat enggak bisa semua," ucapnya.
Kemudian, saudara Habib Abdullah bin Ja'far Al Haddad, Habib Thoha bin Ja'far melakukan salat dan meminta petunjuk Allah SWT.
"Ternyata ruhnya beliau ngomong 'gue pengen di sini karena gue udah ada omongan sama Habib Abdullah bin Jafar," kata Bagus.
"Akhirnya digalilah di sini pas di kepalanya Habib Abdullah bin Ja'far Al Haddad. Pas digali selesai, akhirnya pas diangkat bisa. Akhirnya beliau masuk ke situ. Itu asal muasal jenazah tidak bisa diangkat karena semacam ada ikatan dari omongan Habib Abdullah bin Ja'far Al Haddad sama Habib Kuncung," sambungnya.
Bagus menyebut gaung nama Habib Kuncung sudah terdengar hingga seluruh penjuru negeri. Makam Habib Kuncung, kata dia, setiap harinya ramai oleh peziarah. Kebanyakan dari mereka berziarah pada malam hari karena merasa lebih khusyuk dalam memanjatkan doa-doa.
"Kemarin peziarah yang pernah saya temuin dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dari Australia, Belanda dan Inggris," katanya.
"Kalau dalam negeri kebanyakan dari Banjarmasin, Kalimantan. Kalau dari Sulawesi ada Ternate, Gorontalo, Palu. Dari Papua juga ada. Yang dari Bali pun ada. Surabaya banyak," imbuhnya.
Usai memanjatkan doa-doa di depan makam, para peziarah umumnya mengambil air dari gentong yang berada di area teras gubah. Gentong itu berjumlah tiga buah dengan ukuran cukup besar.
Mereka tampak sudah menyiapkan botol kosong dari rumah. Beberapa terlihat meminum langsung air tersebut dengan gelas warna-warni yang telah disediakan oleh pihak pengurus makam.
"Gentong ini disiapkan disebutnya sebagai air keberkahan. Air ini berfungsi menurut niat dan hajat kita. Air ini sebagai wasilah karena diyakini mampu menyembuhkan dan hajat hajat lainnya terutama penyakit," terang Bagus.
Bagus berujar banyak pula peziarah yang mengaku-ngaku sebagai keturunan dari Habib Kuncung. Padahal, putra semata wayangnya yakni Habib Muhammad tak dikaruniai seorang anak meski menikah dua kali. Oleh sebab itu, garis keturunan Habib Kuncung pun terhenti.
Masyarakat kala itu mengenal Habib Muhammad dengan sebutan Mat Lapang lantaran cadel. Namun, wafat dan makam Habib Muhammad hingga kini tak diketahui oleh siapapun.
Menurutnya, orang-orang yang mengaku sebagai keturunan Habib Kuncung memiliki maksud dan tujuan yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
"Dijual untuk menyedot jamaah-jamaah, ujung-ujungnya beda ada maksud lain," ujarnya.
Tak hanya masyarakat umum, kata Bagus, banyak juga para politikus yang mendatangi makam Habib Kuncung. Terlebih saat menjelang pemilihan umum seperti pada 2019 lalu.
Hal itu dilakukan lantaran mereka meyakini bahwa makam Habib Kuncung merupakan kunci untuk wilayah DKI Jakarta.
"Pertama, sini merupakan kunci wilayah Jakarta. Kedua, di sini untuk jabatan tuh cepet karena beliau sebagai ahli darkah suka ngebantu siapapun begitu dipanggil beliau datang," katanya.
Mengutip jurnal berjudul 'Analisis Daya Tarik Wisata Religi di Makam Habib Kuncung dan Masjid Jami At Taubah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan' oleh Adinda Shafa Ardiyanti, Habib Kuncung merupakan orang yang memiliki kemampuan melebihi manusia pada umumnya yang tidak bisa di nalar menggunakan logika atau disebut dengan Khariqul a'dah.
Dengan kemampuan itu, orang-orang yang tengah mengalami suatu permasalahan pelik meminta nasihat maupun fatwa. Nasihat tersebut akan diberikan merujuk pada Al Quran dan Hadits.
Seperti misalnya saat kawasan Masjid Jami At-Taubah mengalami kekeringan, masyarakat berbondong-bondong meminta doa kepada Habib Kuncung. Kemudian Habib Kuncung pergi ke dekat kali Ciliwung dengan membawa bambu. Beliau lantas menancapkan bambu tersebut ke dalam dinding Ciliwung hingga kemudian mengeluarkan air.
Menurut Dinas Pariwisata DKI Jakarta (2020), banyak masyarakat yang menziarahi makam Habib Kuncung sekaligus merenungkan cara hidup yang harus dijalani dengan tawadu dan kesalehan yang utuh.
Hakikat dari berziarah adalah mendoakan rahimatullah sebagai bukti kecintaan kepada ulama serta mengingat akan kematian dan munculnya tekad kuat dari dalam hati untuk memperbaiki niat dan ibadah hanya kepada Allah.
Fenomena ziarah makam merupakan tradisi turun-temurun yang sudah berakar kuat di kalangan umat Islam nusantara sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang khususnya para wali atau penyebar agama Islam di tanah nusantara.
(lna/isn)