Irfan menuturkan Tubagus Angke memiliki nama asli Adimarta. Dia mendapat gelar Wisesa dari putra Prabu Siliwangi, Surya Wisesa. Dengan demikian, dia menyandang nama Adimarta Wisesa.
"Nama Tubagus Angke pas nyampe sini. Kalau dulu namanya Ratu Bagus, sampai ke sini lah baru namanya Tubagus Angke," ujarnya.
"Nama itu diberikan setelah menguasai daerah Angke," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irfan menyebut nama Tubagus Angke kini telah dikenal masyarakat luas, bahkan sampai ke negeri seberang. Peziarah dari Malaysia dan India pun disebut pernah menyambangi makam Tubagus Angke tersebut.
Namun, Irfan mengeluhkan tidak adanya kantong parkir yang cukup untuk menampung kendaraan peziarah. Menurutnya, hal itu berdampak pada minimnya para peziarah yang datang ke makam keramat Tubagus Angke.
"Sebenarnya kalau punya lahan parkir ini udah kayak apa tau. Kalau ada lahan parkir, bohong di sini enggak penuh," kata Irfan.
Lokasi makam keramat Tubagus Angke berada tak jauh dari jalan raya. Sekitar 200 meter dari mulut gang dengan lebar gang kira-kira 1,5 meter, sehingga tak dapat dilalui mobil.
Selain itu, di area makam keramat Tubagus Angke juga tak tersedia lahan parkir yang mumpuni. Beberapa sepeda motor tampak terparkir begitu saja di pinggiran gang.
Sejarawan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Humaidi mengatakan bahwa nama asli dari Tubagus Angke adalah Abdul Malik. Namun, asal usulnya masih misteri. Tubagus Angke disebut merupakan putra dari seseorang bernama Abdurahman.
Kendati demikian, terdapat dua nama Abdurahman yang merujuk sebagai ayahanda dari Tubagus Angke.
"Abdurahman ini kontroversi yang satu merujuk kepada Abdurahman Panjunan Cirebon bin Syekh Datuk Kahfi satu lagi adalah Abdurahman yang Basyaiban," kata Humaidi saat ditemui CNNIndonesia.com, Senin (20/3).
"Tapi dari dua abdurahman itu dua-duanya masih keturunan nabi. Dua-duanya masih marga dari Hadramaut, Yaman," imbuhnya.
Sementara itu, kata dia, Adimarta hanyalah semacam gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa melakukan penyerbuan ke kawasan Sunda Kelapa.
Sama halnya dengan nama Tubagus atau Ratu Bagus. Humaidi mengatakan nama itu merupakan gelar kebangsawanan Kerajaan Banten yang diberikan kepada Abdul Malik.
"Tubagus itu adalah nama gelar kebangsawanan biasanya yang make adalah orang-orang dari Banten. Sebagai orang yang bermukim di kawasan Angke maka disebut sebagai istilah Tubagus Angke," jelasnya.
Ia menyatakan Kampung Angke sudah jauh lebih lama berdiri sebelum Tubagus Angke menjejakkan kaki di kawasan itu.
Pangeran Tubagus Angke merupakan Pangeran Jayakarta II yang mendapat julukan oleh orang Inggris dan Belanda sebagai 'Regent of Jayakarta'. Tubagus Angke menjadi penguasa Jayakarta menggantikan Fatahillah yang telah meninggal dunia.
"Dia adalah Bupati kedua setelah Fatahillah. Jadi sesudah Demak berhasil menguasai Jayakarta kemudian mendirikan suatu kota baru namanya Jayakarta. Fatahillah menjadi Bupati pertama, Fatahillah meninggal digantikan oleh Tubagus Angke," ujar Humaidi.
Usai menjadi penguasa Jayakarta, Tubagus Angke mendirikan berbagai bangunan seperti keraton, masjid, kawasan tempat tinggal yang kemudian menjadi perkampungan.
Menurut Humaidi, kawasan Tambora dan Angke kala itu merupakan kawasan yang memiliki topografi lebih tinggi dibanding daerah lainnya. Oleh sebab itu, kawasan tersebut diperuntukkan sebagai tempat pemakaman.
"Salah satunya adalah pemakaman Tubagus Angke," katanya.
Humaidi pun mengamini bahwa makam Tubagus Angke telah berumur ratusan tahun. Usai mengembuskan napas terakhir, Tubagus Angke langsung disemayamkan di lokasi tersebut.
"Makam Tubagus Angke sudah ada sejak lama. Ketika dia meninggal, dia dimakamkan langsung dimakamkan di situ," tuturnya.
Adapun lokasi tersebut juga merupakan tempat tinggal Tubagus Angke semasa hidupnya. Namun, artefak Jayakarta tak tersisa usai Belanda mengusai kawasan itu dan mendirikan Batavia.
"Ketika Belanda menguasai Jayakarta mendirikan Batavia itu kan Kota Jayakarta hancur sehancur-hancurnya tidak menyisakan apapun, sehingga kita enggak bisa menikmati warisan Jakarta di masa Islam selain dari pada makam Tubagus Angke," ujarnya.
(lna/isn)