Ubi yang Bergantung Layu Digerus Pembangunan Tol Cisumdawu
Saban hari penuh harap para pedagang duduk di depan Ubi Cilembu dan Tapai yang tergantung rapi di kiosnya. Satu waktu sigap berlarian menghampiri setiap kendaraan yang mendekati barang dagangannya.
Kadang berubah menjadi senyum, kadang pula menelan kecewa bersamaan dengan kendaraan yang terus melaju tanpa menggubris.
Para pedagang itu terbaris rapih di sisi Jalan Raya Cadas Pangeran, Sumedang, tepat di samping monumen Pangeran Kornel menjabat tangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels.
"Sok mangga, peuyeum, ubi cilembu oge aya (ayo silakan, tapai, ubi Cilembu juga ada)," sapa penjual menyapa para pengendara yang menepi.
Lihat Juga :MUDIK LEBARAN 2023 Rute Pilihan Mudik Jateng, Via Jalur Tradisional Bandung-Cirebon |
Sembari meratapi omzetnya yang kian anjlok, Warnah (58) menjelaskan pendapatannya terus turun usai Tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan (Cisumdawu) seksi III yang menghubungkan Cileunyi hingga Cimalaka beroperasi.
Akibatnya, jumlah pengendara di Jalan Raya Cadas Pangeran terus berkurang. Sejak saat itu, penjualannya anjlok kian harinya.
"Cileunyi sampai Cimalaka kan jalan udah dibuka mulai tanggal 15 Desember sampai sekarang belum ada, masih sepi terus," kata Warnah ketika ditemui CNNIndonesia.com di lokasi, Selasa (21/3).
Ia mengaku hasil penjualannya susut jika dibandingkan dengan sebelum tol tersebut dibuka. Hanya sekitar 10 persen dibandingkan dahulu. Tak hanya itu, stok dagangan yang dijajakannya pun sengaja ia kurangi setidaknya sejak tiga bulan terakhir.
"Kalau dulu kan paling sedikit buka 50 kg satu keranjang. Semenjak Cisumdawu buka, paling 10 kg, 15 kg, satu keranjang ini dibagi tiga, dibagi dua," kata dia.
"Kalau diisi takut enggak laku, enggak bisa dikembaliin kan. Kalau mau dijual kan udah enggak enak dimakan," imbuhnya.
Warnah mengenang masa-masa kejayaannya kala berjualan di sana. Kala itu, setidaknya ia bisa meraup keuntungan sebesar Rp300 ribu per harinya. Sementara, saat penjualan tengah ramai ia mengaku bisa mengantongi hingga Rp1 juta dalam sehari.
"Kalau sekarang mah enggak bisa ditarget. Kadang-kadang nol, sama aja sekarang mah, enggak ada hari Sabtu, hari Minggu, sama aja hari Minggu malah lebih parah," kata Warnah.
Pengakuan serupa juga dituturkan oleh pedagang lainnya, Heni (37) yang telah 13 tahun berjualan di sana.
Heni mengaku hasil penjualannya itu anjlok hingga mencapai 80 persen sejak Tol Cisumdawu Seksi III dibuka.
"Ieu mah pengaruh ti ieu we, pintu tol Sumedang-Cimalaka ti Desember (Ini pengaruh dari pintu Tol Sumedang-Cimalaka sejak Desember)," kata Heni.
Heni mengaku yang biasanya dengan mudah menjual 10 hingga 25 kilogram ubi dan tapai kini, harus rela mengelus dada lantaran kadang pendapatannya nihil.
"Sekarang, dapat 5 kg juga susah, terkadang malah enggak laku sama sekali)," ucap dia.
Seperti diketahui, Tol Cisumdawu merupakan bagian dari pembangunan yang berorientasi salah satunya kemudahan para pemudik di musim lebaran. Tol tersebut terdiri atas enam seksi sepanjang 62,3 KM dengan total investasi mencapai Rp3,2 Triliun.
Dari keenam seksi itu, sebanyak tiga seksi pertama telah dioperasikan, sedangkan seksi empat hingga enam masih dalam proses pembangunan.
Teranyar, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengusulkan 120 km ruas tol yang pembangunannya belum rampung agar dapat digunakan selama musim mudik Lebaran 2023. Di antara beberapa ruas tol yang diusulkan untuk difungsionalkan ialah Tol Cisumdawu seksi 4,5, dan 6.
Salah satu fungsi dari Tol Cisumdawu juga turut mendukung akses masyarakat yang ingin menuju Bandara Kertajati di Majalengka.
Lihat Juga :MUDIK LEBARAN 2023 Rute Pilihan Mudik Jateng, Via Jalur Tradisional Bandung-Cirebon |