Jemari mereka seolah tak berhenti menyobek kopi dan susu kemasan saset yang berjejer di muka sepeda. Air panas saling susul bercucuran dari termos yang menyempil di gerobak mini bagian belakang sepeda.
Mereka adalah para penjual kopi keliling di beberapa sudut Jakarta. Masyarakat lantas secara konsensual memberi sebutan 'starling', yang merupakan kependekan dari Starbucks keliling, kepada para penjaja kopi keliling ini.
Yuda (48), penjual kopi kemasan di bilangan Taman Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, menjelaskan pedagang starling identik berasal dari Madura, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, katanya, sejumlah pedagang di sekitar Menteng, Jakarta Pusat, ada yang berasal dari Jawa Barat, termasuk dirinya yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat.
Apa yang jadi pembedanya?
Yuda menyebut pedagang starling yang berasal dari Madura adalah kerap memajang jejeran botol air kemasan di bagian belakang. Sementara, yang berasal dari Jawa Barat tak berciri tersebut.
Momen lebaran kali ini tak membuat para penjual ini berhenti berkeliling menggowes sepeda berburu pembeli. Masalah klasik terungkap: ekonomi.
"Ongkosnya lagi mahal. Kemarin juga sempat nombok setoran soalnya Desember sampai Januari kemarin lumayan sepi jualan," aku dia, saat ditemui di lokasi jualannya.
Lantaran masalah ongkos itulah, dengan suara bergetar, Yuda bercerita anaknya yang masih berusia 2 tahun menangis sejadinya lantaran keinginannya untuk bertemu langsung dengan sang ayah tak terpenuhi.
"Semalam saya video call, anak yang paling kecil teriak-teriak nangis, pengen lebaran sama saya, ah udah saya matiin aja [sambungan teleponnya], enggak kuat soalnya saya," lirihnya.
Senada, Saprudin (56) memilih ngegowes sepedanya untuk berjualan kopi dan susu kepada warga selepas salat Idulfitri. Trayek jualanya sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI) sampai Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.
Lihat Juga : |
"Mumpung warung-warung pada tutup, lumayan nyari tambahan pas lebaran," ujar dia.
Di hari raya lebaran 2023, pria asal Pamekasan, Jawa Timur, itu mulai berjualan sejak pukul 05.30 WIB. Hingga pukul 10.00 WIB ia setidaknya sudah menjual puluhan gelas kopi dan susu.
Sebelumnya, kenaikan tiket sejumlah moda transportasi memang sudah diumumkan jauh-jauh hari, termasuk tiket bus ekonomi dan non-ekonomi.
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengaku ada kenaikan hingga 35 persen untuk tiket bus antar kota antar provinsi (AKAP).
"Kami bus ini kan diberikan kelonggaran sesuai pasar. Kami akan menaikkan kurang lebih di 25-35 persen lah," ujar dia, Kamis (15/3), dikutip dari detikcom.
Untuk yang ekonomi, operator bus bisa menggunakan aturan tarif batas atas (TBA) yang diizinkan pada periode tertentu.
"Tarif batas atas disiapkan untuk hari-hari besar atau periode liburan. Kita siapkan tarif batas atas, dan dengan adanya tarif batas atas, tak ada lagi kebijakan tuslah," timpal Sekretaris Direktorat Jenderal Darat Kementerian Perhubungan Amirulloh, Kamis (16/3).
Lalu kenapa harga tiket selalu naik tinggi saat momen lebaran?
Kurnia mengatakan harga tiket bus harus naik saat lebaran untuk menutupi biaya pengeluaran perusahaan otobus (PO).
"Saat momen libur lebaran, bus-bus yang dari arah Jakarta ke wilayah Timur memang bakal penuh penumpang, tapi kan bus-bus yang akan balik ke Jakarta kosong enggak ada penumpang. Sementara bus-bus yang kosong itu juga perlu biaya solar, maintenance (perawatan), dan lain-lain," ungkapnya.
Selain itu, ada pengeluaran tambahan untuk kesejahteraan para karyawan PO, termasuk Tunjangan Hari Raya (THR) para karyawannya.
(can/arh)