Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Benny K. Harman mengatakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah diminta untuk mengerahkan TNI, Polri, BIN di Pilpres 2014 lalu.
Benny menyebut momen itu terjadi di kediaman SBY di Cikeas. Ada seorang tokoh yang datang dan meminta agar SBY selaku presiden mengerahkan aparat untuk mendukung salah satu paslon.
"Salah satu tokoh yang mengusulkan, meminta kalau bisa Pak SBY dalam posisinya sebagai Presiden ikut membantu memobilisasi secara diam-diam TNI, Polri dan BIN," kata Benny dalam Podcast 'What the Fact! Politics' CNNIndonesia.com, Senin (12/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :WHAT THE FACT! POLITICS PODCAST: Benny K Harman, People Power dan Istana Jokowi |
Benny mengatakan saat itu SBY menolak dan ingin Pilpres 2014 berjalan sebagaimana mestinya. Dia menyebut sikap SBY itu bukti tidak pernah melakukan cawe-cawe di pilpres saat masih menjadi presiden.
SBY kala itu, kata Benny, meminta dengan tegas agar seluruh aparat penegak hukum bersikap netral sebagaimana aturan yang berlaku. SBY juga mengingatkan bahwa rakyat lah yang memiliki porsi terbesar dalam menentukan sosok pemimpin Indonesia.
"Pak SBY pada waktu itu secara tegas mengatakan, 'saya minta kepolisian, Kapolri, BIN, TNI, para menterinya juga tidak boleh ambil bagian ikut cawe-cawe dalam menentukan siapa Presiden dan Wakil Presiden' begitu," kata dia.
Benny juga mengingatkan seorang presiden haram ikut campur atau cawe-cawe dalam urusan Pilpres 2024.
Ia tidak mempermasalahkan jika Presiden Jokowi memiliki sosok yang dijagokan. Akan tetapi, tidak boleh menggunakan kuasanya untuk membantu sosok pilihannya memenangkan kontestasi di 2024 nanti.
Apabila kondisi itu terjadi, lanjut Benny, maka akan terjadi persaingan tidak sehat lantaran bisa mematikan suara lawan. Pemerintah pun harus bertanggung jawab agar pilpres terlaksana dengan jujur dan adil.
"Saya belum melihat itu ya, saya belum melihat apakah ada cawe-cawe begitu, tapi mungkin bukan Presiden. Tetapi kalau Presiden diam saja apabila ada anak buahnya, pembantu-pembantunya, para menterinya, aparat penegak hukum ikut cawe-cawe, itu sangat berbahaya," ujar Benny.
(khr/bmw)