SELUSUR POLITIK

Pensiun Muda dari TNI, Lanjut Perang di Politik

Bimo Wiwoho | CNN Indonesia
Jumat, 23 Jun 2023 13:05 WIB
Agust Jovan, Sugiono dan Ossy Dermawan memutuskan pensiun dari TNI di usia muda lalu lanjut ke politik. Sosok Prabowo dan SBY jadi faktor mereka masuk partai
Agust Jovan, Sugiono dan Ossy Dermawan memutuskan pensiun dari TNI di usia muda lalu lanjut ke politik. Sosok Prabowo dan SBY jadi faktor mereka masuk partai (CNNIndonesia/Fajrian)

Sugiono orang dekat Prabowo. Dia dipercaya sebagai sekretaris pribadi saat masih berseragam tentara. Tahun 2004, usai pensiun dengan pangkat letnan, Sugiono tetap menjadi sekretaris pribadi mantan Pangkostrad tersebut.

Alasannya keluar dari TNI karena melihat banyak kejanggalan di Indonesia. Negara yang kaya sumber daya alam namun rakyatnya tidak sejahtera. Dia mendapat pandangan itu berkat kedekatannya dengan Prabowo.

Alasan lain pensiun dini adalah kariernya sudah tertinggal dibanding rekan seangkatannya yang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika mengikuti jalur itu pasti akan ketinggalan di belakang. Harus mengejar mereka. Daripada itu, saya putuskan mengabdi kepada bangsa ini menjadi sipil," kata Sugiono.

Dia lalu menjadi kader Gerindra saat partai dibentuk pada 2008. Seiring berjalannya waktu, karier Sugiono cepat menanjak di politik. Salah satu kader muda di antara pejabat teras partai.

Di Pilpres 2019, Sugiono dipercaya menjadi direktur kampanye pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Kemudian kini menjabat Wakil Ketua Harian, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Dewan Pembina Partai Gerindra serta anggota Komisi I DPR RI.

"Anak ideologis Prabowo Subianto," mengutip situs fraksigerindra.id.

Ke depannya, Sugiono ingin lebih berperan dalam kemajuan negara lewat politik. Dia akan kembali menjadi caleg DPR dapil Jawa Tengah I di Pemilu 2024.

Dia mengaku siap dengan tugas yang diberikan oleh Prabowo dan Gerindra entah itu di legislatif maupun eksekutif. Sugiono percaya kepentingan partainya senantiasa bertujuan untuk kesejahteraan orang banyak.

"Bukan berarti menjadi politikus lebih baik ketimbang tentara. Pembangunan bangsa ini butuh kontribusi dari semua komponen, ya militer ya sipil dan seterusnya," kata Sugiono.

Insert - Reputasi Ossy Dermawan Reputasi Ossy Dermawan (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

Perwira Kavaleri Kepercayaan SBY

Ossy Dermawan, prajurit kavaleri TNI AD angkatan 2001. Seperti Sugiono, dia menempuh pendidikan di Norwich University sebelum masuk akademi militer Magelang.

Ossy memutuskan pensiun dini dari militer dengan pangkat terakhir mayor pada 2018 lalu. Partai Demokrat menjadi pilihan kariernya berpolitik.

Dia mengatakan ada faktor Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika memutuskan untuk terjun ke politik. Ossy, yang saat ini juga menjadi staf pribadi SBY, menyebut mantan presiden itu sebagai sosok penting dalam hidupnya.

"He is man of idea and man of action (dia adalah sosok yang memiliki ide dan juga aksi). Faktor SBY yang berpolitik secara santun dan penuh etika serta hasil kerjanya yang nyata bagi Indonesia juga semakin meneguhkan niat saya untuk berkarier politik," ucap Ossy kepada CNNIndonesia.com

Alasan utama Ossy memutuskan berpolitik karena ingin memberikan pengabdian yang lebih luas kepada negara. Dia merasa politik jalan yang tepat meski harus merelakan 18 tahun kariernya di militer.

Ossy pun tidak sulit beradaptasi dengan politik. Dia sempat dipercaya menjadi kepala badan komunikasi strategis, kini sebagai wakil sekjen Partai Demokrat.

Dia mengaku tidak sulit beradaptasi karena berbekal pengalaman dari kariernya sebagai tentara. Jiwa nasionalisme, berpikir cepat dan terstruktur, serta solidaritas. Tiga itu ia jadikan modal penting hingga kerasan di politik.

"Tujuan akhir atau endstate berpolitik kami adalah tetap berpegang teguh pada tegaknya NKRI. Tidak bisa ditawar jiwa nasionalisme ini," kata dia.

Ossy bakal menjadi Caleg DPR RI di pemilu 2024 daerah pemilihan Jawa Timur VII. Kembali mencoba usai gagal di pemilu 2019 lalu.

Menurut dia, sebenarnya dunia politik sama dengan ketentaraan yang sarat dengan tantangan. Perang di politik pun memiliki kesamaan dengan pertempuran militer. Oleh karena itu, dia merasa ada kesamaan pula dalam menentukan langkah di politik dan militer.

"Ada yang mengatakan bahwa perbedaan mendasar antara perang di militer dan di politik adalah dalam perang militer musuhnya jelas, sedangkan dalam perang politik musuhnya tidak jelas. Padahal sebenarnya dalam dunia militer juga ada masa-masa di mana musuh yang kita hadapi kita juga tidak jelas," kata dia.

(wis/vws)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER