Di tengah rentetan kasus anggota Polri yang mencoreng nama Bhayangkara, masih ada sosok yang memegang prinsip mengayomi dan melindungi masyarakat.
Ia adalah Aipda Purnomo, seorang polisi berusia 43 tahun yang tulus merangkul orang terlantar dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Polisi ini rela menyulap rumah pribadinya yang berada di Desa Nguwok, Kecamatan Modo, Lamongan, menjadi tempat perlindungan mereka yang diabaikan dan terbuang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak enam tahun lalu, Purnomo dengan tangan terbuka telah menampung dan merawat ratusan orang terlantar dan ODGJ.
Purnomo menyadari, ada banyak orang yang terpaksa hidup di jalanan, kehilangan kasih sayang dan keluarga. Melihat kondisi mereka, Purnomo tak mampu berpaling. Sejak itu, pintu rumahnya terbuka lebar untuk mereka yang kehilangan tempat tinggal.
"Enam tahun lalu, saya tidak sengaja dipertemukan dengan dua ODGJ, saya merawat mereka di rumah saya, tiga bulan, mereka sembuh dan kembali ke keluarganya. Sejak saat itu saya terpanggil. Ini masuk tahun keenam saya merawat ODGJ dan orang-orang terlantar," kata Purnomo kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Kepala Unit Pembinaan Perpolisian Masyarakat (Kanitbinpolmas) Polres Lamongan ini mengaku, misi sosialnya ini dilakukan di sela dinasnya sebagai polisi.
Setiap harinya, ia bekerja di balik seragam cokelat. Tapi pada saat bersamaan, di sudut-sudut jalanan yang berdebu, di bawah terik atau gelap, mata Purnomo tak luput mencari keberadaan orang-orang terlantar dan ODGJ yang butuh pertolongan.
Dalam pelukannya, Purnomo membawa mereka pulang ke dunia baru yang penuh harapan dan pengertian.
Saat libur dari dinas, ia juga menggunakan waktu itu sepenuhnya untuk merawat para ODGJ. Tak jarang ia juga berkunjung ke beberapa daerah untuk menjemput mereka yang membutuhkan pertolongan.
"Setiap saya libur, setiap saya di rumah, aktivitas saya bisa dikatakan full untuk merawat mereka karena kami tinggal satu rumah," tutur Purnomo.
Kapolres Lamongan, Kapolda Jawa Timur, bahkan sampai Kapolri mengapresiasi apa yang dilakukan Purnomo ini. Dia pun diberi kesempatan menempuh pendidikan dan diklat lanjutan untuk naik pangkat jadi perwira Polri.
"Saya dapat bantuan dari Bapak Kapolres Lamongan, Bapak Kapolda sampai Bapak Kapolri. Kami benar-benar didukung," ucap Purnomo, yang sudah berkarier di Kepolisian sejak 2000 ini.
Tapi, karena masa liburnya digunakan penuh untuk merawat ODGJ, hal ini ternyata sempat menimbulkan percikan masalah keluarga. Di awal-awal sang istri merasa waktu Purnomo tersita hanya untuk merawat ODGJ. Waktu untuk keluarga jadi tak ada.
"Pertama kali saya merawat ini, istri saya sempat tidak mendukung. Masalahnya saya dinas, kalau waktunya libur harusnya untuk keluarga, namun saya pakai untuk mencari ODGJ," ucapnya.
![]() Aipda Purnomo, Polisi Penyelamat ODGJ dan Mereka yang Terlantar |
Tapi, lama kelamaan istri Purnomo lah justru yang paling banyak mencurahkan waktunya untuk merawat para ODGJ ini, dibanding dirinya. Ia pun bersyukur keluarganya bisa mengerti.
"Tapi lama-lama karena kebiasaan saya begitu, sekarang malah istri saya yang terjun langsung dan lebih lama merawat mereka dari pada saya. Karena saya harus dinas," katanya.
Lihat Juga : |
Tak berhenti di situ, tantangan merawat ODGJ di rumahnya sendiri ini, juga sedikit menyita kenyamanan keluarganya. Itu terjadi bila ODGJ mengamuk dan hilang kendali. Anak dan istrinya kerap jadi sasaran.
"Pada saat ODGJ ini berontak dan tidak sadar, mengamuk, anak saya, istri saya, ditempeleng, diludahi, dilempar batu juga sering," ungkap Purnomo.
Tapi itu tak masalah bagi Purnomo dan keluarganya. Dia menganggap kejadian-kejadian itu adalah pengorbanan serta tantangan dari tuhan, yang akan membuat mereka makin kuat.
"Namun Alhamdulillah itu tantangan saja yang memang dihadirkan Allah untuk membuat kami kuat," tuturnya.
![]() Aipda Purnomo, Polisi Penyelamat ODGJ dan Mereka yang Terlantar |
Berlanjut ke halaman berikutnya...