ANALISIS

Pulau Jawa Jadi Medan Pertarungan Capres di Pilpres 2024

CNN Indonesia
Selasa, 04 Jul 2023 09:17 WIB
Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah mengatakan dengan kondisi yang tak jauh dari Pilpres 2019 lalu, Jawa masih menjadi medan pertempuran para capres.
Ketiga capres, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Basawedan bakal berebut suara pemilih di Pulau Jawa. (Diolah dari Dok. CNNIndonesia)

Direktur Eksekutif KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo berpendapat jumlah atau proporsi pemilih dalam Pemilu 2024 tidak jauh berbeda dengan Pemilu 2019. Ia menduga peta politik juga tidak banyak berubah di Pulau Jawa.

Meskipun begitu, ia menyoroti Jawa Barat dan Jawa Timur yang dalam beberapa Pemilu terakhir selalu tidak ada pemenang tetap alias terus berganti.

"Menurutku peta politiknya enggak akan berpengaruh besar kecuali ini kan dinamika di Jawa Barat, pertama karena Jawa Barat itu beberapa pemilu terakhir enggak ada pemenang partai tetap, jadi menarik melihat dinamika pemilih di Jawa Barat. Kedua Jawa Timur, ada potensi berganti-ganti," kata Kunto saat dihubungi melalui sambungan telepon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Teruntuk Jawa Tengah sangat sulit untuk mendongkel PDIP kecuali pakai money politics," sambungnya.

Kunto mengungkapkan sejumlah cara untuk partai politik meraih suara di Pulau Jawa. Dua di antaranya terkait bakal calon presiden dan wakil presiden yang mempunyai kedekatan dengan masyarakat serta dengan melibatkan tokoh-tokoh lokal yang berpotensi menjadi daya tarik tersendiri.

"Selain capres-cawapres, kekuatan tokoh-tokoh lokal memang harus dipoles," ucap Kunto.

Partai politik, kata Kunto, juga sudah harus memikirkan bagaimana memobilisasi pemilih agar datang ke TPS untuk mencoblos. Ia menekankan partai politik harus mencari alternatif lain selain melakukan serangan fajar.

"Menurut saya faktor yang penting itu faktor mobilisasi bukan kampanyenya ya, tapi mobilisasi di saat hari H bagaimana membuat orang yang suka caleg atau partai tertentu itu di hari H mau bangun pagi, datang ke TPS dan nyoblos. Konversi itu jadi penting. Selama ini teknik mobilisasi yang ada pakai serangan fajar," tutur Kunto.

"Menurut saya sejarahnya kan begini, dulu petani dikasih uang mengganti ongkos buruh taninya supaya dia datang ke TPS itu membuat petaninya ya 'orang Jawa kan enggak enakan ya', tapi sekarang malah jadi enak. Menurut saya, partai harus bisa mencari alternatif orang jadi enggak enak [dengan serangan fajar]. Masing-masing budaya atau daerah berbeda pendekatannya," ujarnya.

PDIP dan Jawa

Dalam beberapa survei, PDIP disebut menguasai Pulau Jawa. Dalam survei Litbang Kompas, partai berlogo banteng moncong putih tersebut menguasai suara elektoral di Pulau Jawa.

Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah menilai PDIP terlanjur dominan di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, tetapi kekuatannya tidak merata pada kota dan kabupaten. Kondisi ini, menurutnya, membuat partai politik lain mudah memetakan suara PDIP sehingga tidak perlu mengundi nasib.

"Keunggulan PDIP di Jateng dan Jatim kental nuansa historis, pengaruh Soekarno, Marhaenisme dan keluarga Megawati. Untuk itu, wilayah ini lebih banyak karena faktor Soekarno dan Megawati, bukan soal lain," tutur Dedi.

Sementara itu, Direktur Eksekutif KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo menyatakan hasil survei tidak melulu mencerminkan perolehan suara dalam Pemilu. Partai nasionalis seperti PDIP, terang dia, selalu lebih tinggi perolehan suaranya di survei dibandingkan di Pemilu.

"Ini kan kalau dari setiap survei sejak kita punya Pemilu, elektabilitas PDIP di survei selalu jauh lebih tinggi daripada suara sebenarnya di Pemilu, jadi ada over estimation istilahnya. Baik itu PDIP dan partai-partai nasionalis punya kecenderungan itu. Sementara partai islam sebaliknya: hasil surveinya biasanya enggak terlalu bagus tetapi suara di Pemilu jauh di atas survei," kata Kunto.

(fra/ryn/fra)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER