Tradisi Mbrandu Diduga Penyebab Sebaran Antraks di Gunungkidul

CNN Indonesia
Rabu, 05 Jul 2023 16:55 WIB
Mbrandu adalah sebuah tradisi masyarakat, di mana warga membeli ternak mati milik tetangga di desanya.
Wabup Gunungkidul, Heri Susanto di Kantor Bupati Gunungkidul, Rabu (5/7). (CNN Indonesia/ Tunggul)
Gunungkidul, CNN Indonesia --

Sebuah tradisi bernama mbrandu ditengarai menjadi sarana penyebaran penyakit antraks di wilayah Dusun Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta baru-baru ini.

Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Retno Widyastuti menyebut mbrandu adalah sebuah tradisi masyarakat, di mana warga membeli ternak yang mati milik tetangga di desanya.

Tradisi ini hidup di tengah masyarakat dengan asas gotong royong dan kepedulian dengan maksud meringankan warga yang mengalami kesusahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu adalah salah satu hal membikin kita tidak berhenti-berhenti ada antraks itu mergane (karena) kalau dipotong itu kan bakteri yang ada di darah itu mengalir keluar berubah menjadi spora. Spora itu yang tahan puluhan tahun," kata Retno ditemui di Kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (5/7).

Dia menerangkan pada kasus di Dusun Jati, seekor ternak berupa sapi mati karena sakit. Kemudian tanpa sepengetahuan warga, hewan itu ternyata telah terjangkit antraks.

Pemiliknya, kata Retno, adalah pasien yang kemudian meninggal pada 4 Juni 2023 lalu dan dinyatakan terkonfirmasi antraks kemudian.

"Kalau saya tanya (ke warga) memang tujuannya baik, membantu warga yang kesusahan biar tidak terlampau rugi itu dibagi-bagi, satu paketnya itu Rp45 ribu. Dijual, uangnya dikumpulkan dikasihkan yang kesusahan," ujar Retno.

Bagaimanapun, pihaknya menyayangkan karena tradisi yang dijalankan tanpa kewaspadaan ini ujung-ujungnya membahayakan kesehatan warga setempat.

"Pas saya di sana bilang kalau mau mbrandu ya mbrandu barang sehat gitu. Barang bermutu jadi tidak membahayakan manusia," tegasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto mengklaim pemkab telah mengedukasi dan menyosialisasikan potensi bahaya dari tradisi mbrandu tersebut.

"Kalau sosialisasi saya pikir sudah terus menerus ya. Kawan-kawan dari dinas peternakan sudah mengedukasi mensosialisasikan agar yang sakit itu tidak di-mbrandu, tidak dikonsumsi. Kalau itu sudah berulang-ulang. Tapi kembali lagi faktor masyarakat itu sehingga eman-eman ya," ujar Heri di Kantor Bupati Gunungkidul, Rabu.

"Tapi yang jelas terus akan kita melakukan sosialisasi selain itu mungkin akan kita nanti upaya-upaya ke depan yang bisa meringankan beban saudara-saudara kita yang punya hewan ternaknya sakit atau mati. Kita harus ada upaya karena itu resiko tinggi karena seperti antraks itu dampaknya luar biasa dampaknya," katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memastikan jumlah warga yang meninggal karena paparan penyakit antraks hanya satu orang saja atau bukan tiga orang sebagaimana laporan Kementerian Kesehatan.

Heri menyebut pasien merupakan warga Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul yang meninggal pada 4 Juni 2023 lalu.

"Satu yang betul-betul karena antraks," kata Heri.

Petugas BBVet mengambil sampel tanah dari lokasi penyembelihan hewan ternak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DIY, Rabu (5/7).Petugas BBVet mengambil sampel tanah dari lokasi penyembelihan hewan ternak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DIY, Rabu (5/7). (CNN Indonesia/ Tunggul)

[Gambas:Video CNN]

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul Sidig Hery Sukoco menambahkan, pasien meninggal itu didiagnosis terpapar antraks lewat uji laboratorium RSUP Dr. Sardjito. Sementara, dua pasien lainnya pada catatan diagnosis penyebab kematiannya bukanlah antraks.

Menyampaikan konfirmasi bahwa yang meninggal untuk kasus suspek antraks ini satu. Dengan diagnosis konfirmasi laboratorium oleh rumah sakit dr Sardjito karena meninggalnya di rumah sakit dr Sardjito.

Namun demikian, kedua pasien meninggal itu tidak menjalani tes untuk mengetahui apakah mereka terjangkit antraks atau tidak. Meski, kata Sidig, keduanya mengonsumsi daging ternak terpapar antraks.

"Informasinya juga mengonsumsi," sebutnya.

Sementara untuk jumlah warga positif terpapar berdasarkan tes serologi antraks ada 87 orang dari total 143 diperiksa. Mereka adalah warga Candirejo dan masih menjalani masa inkubasi 90 hari sejak sampel pertama muncul.

"Tidak ada yang bergejala semua sekarang dalam pemantauan kondisi sehat," tambahnya.

(kum/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER