Sejumlah perguruan tinggi ramai-ramai membuka fakultas kedokteran (FK). Perguruan tinggi itu antara lain Institut Pertanian Bogor (IPB University), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Negeri Padang, dan Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Rektor IPB Arif Satria mengungkapkan beberapa alasan didirikan FK di kampusnya, salah satunya yakni menjawab kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia.
Selain itu kata dia, selama ini bidang kesehatan atau biomedis menjadi topik penelitian terbanyak di IPB setelah bidang pangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam sepuluh tahun terakhir, sebanyak 1.825 publikasi IPB University adalah dalam bidang kesehatan dan biomedis. Ini menunjukkan bahwa concern (perhatian) kita di bidang kesehatan sudah sangat banyak," kata Arif dikutip dari Antara, Rabu (2/8).
Wali Kota Bogor Bima Arya pun menyambut baik pembukaan FK di kampus tersebut. Menurutnya, IPB memiliki modal kuat untuk membuka FK karena telah memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas, manajemen yang baik, inovasi, kolaborasi, dan sekolah kedokteran hewan serta biomedis.
"IPB sudah cukup pantas memiliki fakultas kedokteran, tentu ini akan menjadi kebanggaan warga Kota Bogor juga, tenaga kesehatan juga meningkat, jadi kalau ada faktultas kedokteran bisa memberi kontribusi ke depan," ujarnya.
Kemudian, ITS juga secara resmi membuka Program Studi (Prodi) Kedokteran. Bahkan, ITS telah membuka pendaftaran seleksi mahasiswa baru jalur mandiri umum Prodi Kedokteran, pada 1 hingga 6 Agustus 2023.
Rektor ITS Mochamad Ashari menyampaikan alasan dibukanya Prodi Kedokteran itu lantaran jumlah dokter masih terbatas dan sebagian besar berdomisili di kota-kota besar di Indonesia.
"Jumlah dokter di Indonesia masih belum memenuhi standard WHO, idealnya 1:1000," jelas Ashari melalui keterangan tertulis.
Selain itu, kata Ashari, dokter-dokter milenial pada era Revolusi Industri saat ini dituntut untuk memiliki kompetensi di bidang teknologi seperti Artificial Intelligence, Teknologi Nano, data analytics dan teknologi 3D printing pada bidang medis.
"Itu yang menjadi keunggulan kedokteran di ITS," ujar dia.
Sementara itu, Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat, secara resmi membuka pendaftaran mahasiswa baru FK secara perdana pada 1 Agustus 2023. Rektor UNP Ganefri meyakini adanya Fakultas Kedokteran ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Sumatera Barat.
Ia mengatakan UNP bekerjasama dengan Universitas Andalas yang telah menyiapkan total 26 tenaga dosen untuk mengajar berbagai mata kuliah. Selain itu, UNP juga bekerjasama dengan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai rumah sakit praktik utama.
UNNES juga resmi membuka pendaftaran mahasiswa baru Prodi Kedokteran pada 1 hingga 10 Agustus 2023.
Dekan Fakultas Kedokteran UNNES Mahalul Azam mengatakan pendaftaran itu dibuka seiring dengan turunnya rekomendasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Konsuil Kedokteran Indonesia (KKI), dan telah dilakukannya sidang majelis Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) tentang akreditasi minimal Prodi Kedokteran UNNES.
Azam menjelaskan rekomendasi Kemenkes telah diterima pada 20 Juni 2022 dan rekomendasi KKI telah diterima pada Januari 2023. Adapun visitasi akreditasi LAM-PTKes telah dilakukan pada 5 Juli 2023.
Pemerintah sempat melakukan moratorium pembukaan FK pada 2016. Namun, pada 2022, moratorium FK dibuka kembali dan kapasitas ditambah. Pencabutan moratorium itu disahkan melalui Kepmendikbudristek Nomor 471/P/2022.
Setiap provinsi mulai diwajibkan untuk memiliki FK. Hal ini bertujuan agar jumlah dokter umum maupun spesialis di tanah air kian bertambah.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan FK bisa dibuka baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mereka akan diberikanntanggung jawab untuk menciptakan dokter umum maupun spesialis berkualitas.
Kemenkes pun kini merealisasikan program collegium based bagi Peserta Program Dokter Spesialis (PPDS). Artinya lulusan kedokteran yang berniat melanjutkan pendidikan spesialis bisa memilih pendidikan dengan skema praktik langsung di Rumah Sakit dan dibayar. Program ini dituangkan dalam UU Kesehatan.
Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya menyebut program ini sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan dokter spesialis di Indonesia yang menurutnya masih minim.
Indonesia saat ini menurutnya hanya memiliki 51.949 dokter spesialis dengan target rasio 0,28: 1.000. Dengan demikian, Indonesia masih kekurangan 30 ribu dokter spesialis di 21 penyelenggara program studi spesialis.
Pun dalam lingkup provinsi, Arianti menyebut 40 persen RSUD belum memiliki tujuh jenis dokter spesialis dasar lengkap, seperti dokter spesialis obgyn, dokter spesialis anak, dokter spesialis anestesi, dan bedah, radiologi, kemudian patologi klinik.
(lna/tsa)