SELUSUR POLITIK

Kacamata Gen Z & Milenial, Bagaimana Mereka Memilih Capres di 2024?

CNN Indonesia
Jumat, 11 Agu 2023 08:51 WIB
Milenial dan Generasi Z mengutamakan karakter jujur antikorupsi ketimbang merakyat sederhana dalam memilih capres. Isu lapangan pekerjaan juga jadi sorotan.
Ilustrasi. Survei menyatakan kalangan milenial dan Gen Z cenderung menyukai karakter presiden yang jujur dan anti korupsi di 2024 nanti. (Diolah dari Dok. CNNIndonesia)

Tingkat ketertarikan generasi muda untuk mencoblos di pemilu pun cenderung tinggi. Mereka ingin menggunakan hak suaranya.

Akan tetapi, tak sedikit juga yang masih minim informasi mengenai pelaksanaan Pemilu 2024. Bahkan, menurut survei Indopol, generasi muda sebenarnya tidak terlalu antusias inisiatif mencari informasi politik terbaru.

Jika menerima link berita, hanya 10,63 persen yang membaca hingga tuntas. Kemudian ada 13,78 persen yang sekadar membaca judul dan cuma 3,94 persen yang mencari sumber pembanding.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Survei Indopol ini dilakukan dengan melibatkan 1.230 responden berusia 17 tahun ke atas di 34 provinsi. Hasil survei dirilis pada Desember 2021 lalu.

ISU YANG MENARIK PEMILIH MUDAFoto: CNN Indonesia/ Agder Maulana

Pelajar asal Jakarta Timur Darma Andika (16) tak berbeda jauh. Cenderung sangat jarang inisiatif mencari berita politik setiap hari.

Informasi tentang politik hanya ia peroleh secara tidak sengaja dari media sosial. Pengetahuan tentang pemilu 2024 yang digelar serentak belum ia ketahui.

Meski demikian, sudah ada calon presiden yang ditentukan untuk dipilih di 2024 nanti.

"Pertama sih karena tahu. Kedua karena janji-janjinya dia sudah ditepati ke warga-warga masyarakat miskin," ucapnya.

Vania Dwi Thalita Arizon (20) mahasiswa asal Riau yang kuliah di Yogyakarta pun sama. Inisiatifnya minim untuk mencari tahu kebaruan informasi tentang politik.

"Sebagian besar pendorong saya untuk membaca politik adalah untuk kepentingan organisasi, dan sebagian lainnya karena kebetulan muncul di beranda sosial media saya dan sedang viral," ucap Vania.

Dia mengaku sering mengakses informasi politik dari Quora. Soal jumlah peserta pemilu, tanggal pencoblosan dan surat suara, Vania sudah mengetahui.

Kandidat calon presiden pun sudah ia kenali. Akan tetapi belum ada pilihan yang ditentukan karena setiap kandidat belum memiliki calon wakil presiden.

"Untuk saat ini saya masih ragu untuk memilih, karena cawapres belum pasti," kata Vania.

Sinta (29), dokter gigi domisili Kota Bekasi dari kalangan milenial lebih paham dari tiga narasumber sebelumnya yang lebih muda. Tak lepas dari pengalamannya melalui beberapa kali pemilu.

Dia mengetahui tiga bakal calon presiden yang sejauh ini menjadi pembicaraan. Pula, sudah memiliki pilihan capres untuk dicoblos.

"Tegas berwibawa dan merakyat sederhana. Isu kesejahteraan masyarakat dan pemberantasan korupsi," ucap Sinta menjelaskan karakter capres dan isu strategis yang ia soroti.

SUMBER INFORMASI PEMILIH MUDAFoto: CNN Indonesia/ Agder Maulana

Sumber informasi politik anak muda

Tak seperti dulu, pencarian dan penggalian informasi kini dipermudah berkat teknologi.

Internet menjadi pembuka cakrawala kawula muda untuk mengulik, mencari tahu, kritis dan memahami isu-isu penting nasional maupun internasional.

Menurut Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), 215.626.156 orang terkoneksi internet pada 2022 hingga 2023.

Untuk mengetahui jumlah pengguna media sosial dan media chat, lembaga tersebut menggunakan metode pengumpulan data dengan multiple answers.

Hasilnya, pengguna Youtube di Indonesia mencapai 65.41 persen, YouTube, Facebook 60,24 persen, Instragram 30,51 persen, TikTok 26,80 persen, dan Twitter 0,91 persen.

APJII juga memisahkan penggunaan media chat dengan media sosial. Dalam surveinya, tercatat pengguna WhatsApp mencapai 98,63 persen dan Facebook Messenger 46 persen.

Selain itu, ada pula pengguna Telegram sebanyak 12,91 persen, Instagram Direct Message 10,72 persen, Line 2,07 persen, dan TikTok 0,10 persen.

Survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia mencatat 59 persen kawula muda memanfaatkan media sosial sebagai media untuk mendapat dan mencari informasi baru.

CSIS mencatat sebanyak 32 persen kawula muda pun masih menonton televisi untuk mendapat informasi.

CSIS yakin kepemilikan akun media sosial yang meningkat signifikan juga seirama dengan peningkatan perspektif serta cara pikir.

WhatsApp menjadi media sosial penyedia informasi paling sering digunakan kawula muda sebanyak 98,3 persen pada 2022 dibandingkan 2017 sebanyak 70,3 persen.

Media sosial seperti YouTube, Instagram, dan TikTok juga kerap digunakan sebagai sumber informasi terbaru. Hanya saja, popularitas Twitter tak seperti empat media sosial lainnya.

Namun keberlimpahan teknologi komunikasi dan informasi tak serta merta membuat para pemilih muda antusias mencari informasi seputar politik dan Pemilu 2024. 

Masih ada sebagian kalangan yang selektif. Mereka butuh pemantik untuk inisiatif menggali isu atau informasi politik di media sosial. Salah satu pemantiknya adalah: viral.

Pelajar asal Surabaya, Annisa Amalia (19), mengaku sudah tahu 3 orang kandidat calon presiden yang beredar sejauh ini. Tetapi dia belum menentukan pilihan. Mengenai cara mencoblos pun dia juga belum mengetahui.

Anissa mengaku sangat jarang mencari informasi tentang politik. Tetapi apabila sudah viral, dia akan inisiatif mencari dan mendalaminya.

"Tanggal 14 Februari 2024, saya ingat karena sama dengan hari valentine dan pasti akan mencoblos karena itu jadi pengalaman pertama," ucap Anissa.

(psr/bmw/bmw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER