Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai wacana duet Ganjar-Anies sebagai pasangan dalam Pilpres 2024 memang tidak sepenuhnya mustahil.
Namun, ia menilai peluang kedua sosok tersebut dapat bersatu memang relatif kecil. Mengingat keduanya selama ini kerap digambarkan sebagai sosok yang saling berseberangan.
Agung mengatakan selama ini Anies kerap dilihat sebagai sosok pembawa perubahan dari pemerintahan yang ada sementara Ganjar dicitrakan sebagai penerus pembangunan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu keduanya juga tercatat berada di gerbong koalisi yang berbeda. Ganjar merupakan bacapres yang diusung oleh PDIP, PPP, Hanura dan Perindo. Sementara Anies diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari NasDem, Demokrat, dan PKS.
"Kemungkinan koalisinya ada, walaupun kecil. Karena dari Anies dan KPP sudah bersepakat untuk maju ke gelanggang dengan paket perubahan," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Meski begitu, Agung memandang wacana pemasangan Ganjar dan Anies tidak mungkin lahir secara tiba-tiba dan hanya inisiatif dari Said Abdullah semata. Menurutnya, PDIP pasti telah mempunyai hitung-hitungan tersendiri apabila duet pasangan itu benar-benar terwujud.
Selain itu, ia menduga wacana Ganjar Anies dimunculkan sebagai salah satu solusi bagi PDIP untuk membendung elektabilitas bacapres Prabowo Subianto yang terus tercatat meningkat.
"Karena internal PDIP butuh solusi untuk bisa mengimbangi elektabilitas Prabowo yang memasuki tren naik (full rebound) sejak Mei 2023 pasca kejadian batalnya penyelenggaraan sepakbola U20," ujarnya.
Oleh karenanya Agung menilai wacana duet Ganjar Anies yang dimunculkan elite PDIP sengaja dilakukan untuk melihat respon dari publik serta masing-masing koalisi yang telah terbentuk.
"Saat nama Anies digulirkan ke publik oleh pengurus teras PDIP lebih sebagai ikhtiar elektoral untuk melihat bagaimana penerimaan KPP sebagai pengusung Anies maupun publik secara keseluruhan," imbuhnya.
Sementara Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebut bahwa penggabungan Ganjar dan Anies bisa merusak kedua belah pihak.
"PDIP akan ditinggalkan pemilih karena sejauh ini loyalis mereka anti pada Anies Baswedan, sebaliknya Anies akan kehilangan dukungan karena mereka juga anti PDIP," kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Dedi menilai wacana PDIP untuk menduetkan Anies dengan Ganjar hanya merupakan sikap putus asa. Menurutnya, PDIP sudah merasa ditinggal pemilih yang pro Jokowi.
"Anies sudah benar saat ini berada di kubu kontra kekuasaan, Anies sendiri tidak berbagi ceruk suara dengan siapapun, sementara Ganjar harus berbagi dan berebut dengan Prabowo. Jika harus ada dua kubu, maka dipastikan Anies tetap jadi salah satunya," ujarnya.
Selain tak berdampak baik bagi keduanya, menurut Dedi, wacana duet Ganjar Anies ini hanya propaganda semata.
Dedi mengatakan belum tentu koalisi besar itu akan benar-benar mengatasi koalisi gemuk pendukung Prabowo. Diketahui Prabowo diusung oleh Gerindra, PKB, PAN, dan Golkar.
Bisa jadi, kata Dedi, peluang terbesar untuk membendung Prabowo justru ada pada saat Ganjar dan Anies berada di 'ceruk' masing-masing seperti saat ini.
"Jika koalisi Anies Ganjar terbentuk, justru bisa melemahkan kekuatan yang saat ini mereka miliki. Prabowo bisa saja terbesar saat ini, tetapi tidak lantas mereka punya peluang menang lebih besar," ucapnya.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas terbaru, elektabilitas Ganjar berada di angka 24,9 persen, Prabowo Subianto 24,6 persen dan Anies Baswedan 12,7 persen.
Sementara dalam survei Indikator, Ganjar unggul dengan elektabilitas mencapai 35,2 persen. Sedangkan Prabowo di angka 33,2 persen dan Anies 23,9 persen.
Salah satu pengusung Anies, Juru Bicara PKS Muhammad Iqbal mengatakan mimpi koalisi itu bisa saja terealisasi asalkan Anies tetap menjadi capres dalam kontestasi politik 2024 mendatang.
"PKS tentu saja partai yang siap berkoalisi dengan partai yang memiliki visi yang sama dan siap mengusung perubahan, asal Anies jadi capres dan Ganjar menjadi wapres, sangat mungkin terjadi," kata Iqbal saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (22/8).
(fra/del/fra)