Caleg PDIP Masinton Masaribu adalah anggota DPR yang berhasil mendapat kursi di Pemilu 2019 dari Dapil Jakarta II. Jumlah uang yang ia keluarkan sangat besar hingga berhasil mendapat kursi.
Masinton mengklaim tak menghitung berapa besar dana kampanye yang dikeluarkannya belakangan ini. Namun, ia memperkirakan pada Pemilu 2019 lalu menghabiskan sekitar Rp5-7 miliar lantaran jangka waktu kampanye yang tergolong lama.
Ia mengatakan dana sebesar itu dikeluarkan untuk kebutuhan operasional di lapangan. Masinton mengklaim dana itu dikeluarkan dari koceknya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya enggak total-total habis berapa. Ya yang kita persiapkan, masyarakat kita fasilitasi kan. Ya itu Rp5-7 miliar menurut saya ya. Itu kan sudah lain-lain operasional tim di lapangan gitu lah. Kisarannya segitu. Tapi saya enggak paham," kata dia.
Lihat Juga : |
![]() |
Masinton berupaya meraih kursi DPR untuk ketiga kalinya usai terpilih sebagai anggota Dewan selama dua periode sejak 2014 dan 2019. Misi yang ditempuh adalah mengoptimalkan pertemuan langsung dengan masyarakat ketimbang via media sosial.
Dia mendirikan 'Rumah Aspirasi' di beberapa titik di kawasan Jakpus dan Jaksel.
Ia mengatakan 'Rumah Aspirasi' ini sebagai wadah 'jalan pintas' bagi konstituennya yang ingin mengadu langsung kepada wakil rakyatnya. Sebab, jika warga ingin mengadu langsung ke DPR pasti terbentur proses administrasi yang cukup rumit.
"Rumah aspirasi itu sejak dilantik sejak periode pertama dan kedua. Itu terus saya lakukan. Rumah Aspirasi ini sebagai pertanggungjawaban politik saya sebagai anggota DPR terhadap konstituen saya di Dapil II Jakarta," kata Masinton, Rabu pekan lalu.
'Rumah Aspirasi' tak cuma jadi tempat bagi konstituennya untuk menyampaikan aspirasi maupun berkeluh kesah, tetapi juga fasilitas bagi Masinton untuk mensosialisasikan dirinya.
'Rumah Aspirasi' itu menyediakan program bantuan modal bagi UMKM, bantuan pendidikan seperti beasiswa melalui Kartu Indonesia Pintar, membantu masyarakat yang kesulitan berobat hingga mengakses layanan kesehatan.
Tak ketinggalan program bantuan sosial juga kerap dilakukan untuk membantu warga miskin.
"Itu juga masyarakat yang ingin peroleh akses kesehatan dan lain-lain saya bantu. Ya saya kan anggota DPR. Kan janji saya kepada masyarakat jika saya pertama nyalon adalah membuka diri. Tidak hanya dipilih lalu dilupakan. Jadi membangun relasi yang continue. Jadi bukan berarti saya di situ, tapi rumah aspirasi itu saya bisa dekat dengan masyarakat," kata dia.
Lihat Juga :SELUSUR POLITIK Riwayat Prabowo Dijuluki 08 Sejak Berpangkat Kapten TNI |
![]() |
Sementara itu, Ade Armando, caleg dari PSI, mengaku tak khawatir bila harus berhadapan dengan nama-nama caleg populer lainnya yang maju di Dapil DKI Jakarta II.
Dia tak gentar meski baru pertama kali menjadi caleg dalam pemilu.
"Tentu bagus lah ada banyak orang yang terkenal berada di Dapil yang sama dengan saya," kata Ade kepada CNNIndonesia.com, Rabu pekan lalu.
Ade memiliki cara unik untuk memenangkan persaingan menuju Senayan. Salah satunya dengan lebih mengandalkan media sosial ketimbang harus turun ke lapangan bertemu masyarakat untuk berkampanye.
Ade mengaku gencar kampanye di medsos demi mengincar segmen suara para pemilih rasional dari kalangan menengah ke atas. Dia menilai kawasan Jaksel, Jakpus dan Luar Negeri kebanyakan berkarakter pemilih rasional.
"Saya punya masalah untuk bisa turun lapangan langsung, karena saya punya pengalaman di keroyok di depan DPR itu. Itu khawatir jika saya harus berada di lapangan dan bertemu banyak orang. Saya bakal memanfaatkan Medsos saya untuk sampaikan aspirasi saya," kata Ade.
Ade mengklaim kampanye di media sosial lebih efektif untuk membidik suara dari kalangan tersebut. Melalui medsos, kata dia, lebih leluasa untuk menyebarkan aspirasi, gagasan dan idenya selama ini.
Lihat Juga :SELUSUR POLITIK Pensiun Muda dari TNI, Lanjut Perang di Politik |
![]() |
Selain via media sosial, Ade mengandalkan relawan-relawan PSI untuk turun ke lapangan secara langsung. Ia juga kerap menghadiri undangan dari pelbagai kelompok untuk bicara mengenai isu-isu ke-Indonesia-an belakangan ini.
Selain itu, Ade mengklaim belum mengeluarkan uang dari kocek pribadi untuk kebutuhan pencalegannya. Bahkan, ia mengaku belum memanfaatkan dana yang disediakan oleh DPP PSI bagi para caleg untuk memasang alat peraga kampanye.
Ia menyebut biaya untuk membuat alat peraga kampanye seperti baliho hingga spanduk yang dipasang di beberapa titik di kawasan Jakpus dan Jaksel merupakan sumbangan dari donatur atau simpatisannya.
"Ada donatur, simpati, dan mendonasikan untuk memasangkan billboard saya di sana. Nah, jadi itu bukan dari budget saya. Tapi dari budget orang lain. Dan saya katakan tadi. Saya lebih percaya pada kekuatan medsos," kata dia.
"Kita kan anti politik uang, jadi saya enggak mau keluar uang bayar publik atau masyarakat. Saya juga belum bagi-bagi sembako seperti caleg-caleg lain," tambahnya.
(rzr/bmw)