Menkes Ungkap Deteksi Dini Kanker Serviks Penting Untuk Kesembuhan

Kemenkes | CNN Indonesia
Selasa, 19 Des 2023 18:44 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan deteksi dini terhadap kanker serviks merupakan langkah penting untuk kesembuhan dan menyelamatkan hidup seseorang.
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam dalam kegiatan talkshow dan launching Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi kanker leher rahim atau serviks di Djakarta Theater. (Foto: Kemenkes).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan peran penting deteksi dini terhadap kanker serviks yang bisa menyelematkan hidup seseorang.

Budi mengatakan, kanker serviks disebabkan oleh virus dan itu dapat dieliminasi. Sebab, 80 persen hingga 90 persen kanker serviks dapat dieliminasi apabila terdeteksi secara dini.

"Untuk kanker, kalau stadiumnya masih dini, sekitar 80 persen hingga 90 persen bisa sembuh kembali. Tapi, kalau stadium lanjut, 80 persen-90 persen itu fatal dan mengakibatkan kematian," kata Budi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu dikatakan Budi dalam kegiatan talkshow dan launching Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi kanker leher rahim atau serviks di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu (15/12) lalu.

Kegiatan yang digelar Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan itu bertujuan untuk mengakselerasi eliminasi kanker leher rahim di Indonesia dengan tema 'Bersama Selamatkan Perempuan Indonesia dari Kanker Leher Rahim'.

Budi melanjutkan, kanker merupakan pembunuh ketiga di Indonesia. Sedangkan kanker serviks menjadi pembunuh wanita kedua terbanyak di Tanah Air.

"Sekitar 234.000 masyarakat Indonesia yang meninggal karena kanker, dan kanker serviks adalah pembunuh kedua wanita di Indonesia," kata Budi.

Menkes menjelaskan program untuk mengeliminasi kanker leher rahim. Program pertama, melakukan imunisasi HPV untuk anak usia kelas 5 dan 6 SD dan remaja.

Setelah program imunisasi dilakukan, program kedua yang akan dilakukan adalah membuat vaksin HPV. Vaksin HPV di Indonesia masih sangat kurang dibandingkan dengan populasi penerima vaksin.

"Vaksin HPV Itu harganya mahal karena ketersediaan vaksin tidak sebanding dengan populasi yang ada. Sekarang sudah ada namanya (vaksin HPV) Nusagard," kata dia.

"Kita harap ke depannya lebih banyak lagi yang bisa kita produksi di Bio Farma. Karena vaksinnya di level dunia juga kurang," kata Menkes Budi.

Menurutnya, teknologi deteksi dini saat ini telah berkembang dengan adanya pemeriksaan HPV DNA yang menggunakan teknologi Polymerase chain reaction (PCR). Karena itu, Budi menyampaikan rencana selanjutnya, yakni menyediakan fasilitas untuk melakukan pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR.

Saat ini, sudah terdapat 16 provinsi yang akan difasilitasi PCR. Sementara Kementerian Kesehatan menargetkan semua kabupaten/kota akan mendapatkan fasilitas pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR sebelum 2030, agar deteksi dini kanker bisa dengan mudah dilakukan.

Program berikutnya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, yakni terapi. Seluruh puskesmas akan diberi alat bernama thermal ablation (ablasi termal) yang mudah digunakan.

"Dengan adanya alat tersebut, apabila terdapat lesi maka bisa diterapi langsung dan dirawat di puskesmas," kata Menkes Budi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dalam sambutannya menyampaikan, WHO telah mencanangkan strategi global untuk eliminasi kanker leher rahim pada 2018 sampai 2030. Strategi ini meliputi tiga intervensi.

"Intervensi yang dilakukan yaitu imunisasi, skrining menggunakan tes performa tinggi, serta pengobatan sesuai standar," kata Dirjen Maxi.

WHO sendiri, katanya, menargetkan 90 persen wanita harus diimunisasi. Sebelum 2030, imunisasi HPV juga dilakukan untuk remaja pria.

"Indonesia menargetkan hal yang sama," lanjut Maxi.

Adapun kegiatan talkshow ini turut dihadiri oleh sejumlah peserta dari berbagai kalangan, termasuk penyintas kanker serviks. Salah satu penyintas kanker serviks, Santi (47) menceritakan bagaimana dia bisa terjangkit.

Awalnya ia mengalami pendarahan dan sakit yang luar biasa. Selanjutnya, Santi langsung berkonsultasi ke rumah sakit di daerah Jakarta.

"Awalnya, itu adalah miom dan kista. Saya dianjurkan untuk melakukan pengangkatan miom dan kista tapi nyerinya nggak hilang. Jadi, saya konsultasi lagi ke dokter, dibiopsi, dan hasilnya keluar setelah 14 hari," katanya.

"Setelah hasilnya keluar, dicurigai adanya sel tumor ganas dan dinyatakan terkena kanker serviks stadium 1 B," ungkap Santi.

Dengan semangat dan dorongan dari keluarga, Santi tidak membiarkan penyakitnya begitu saja. Santi terus datang ke rumah sakit untuk berkonsultasi, menjalani pengobatan, dan melakukan operasi pengangkatan rahim.

"Saya ikhtiar, saya bismillah, mungkin dengan diangkat rahimnya saya akan sehat saya akan sembuh," kata Santi saat menceritakan perjuangannya melawan kanker dalam kegiatan tersebut.

Setelah melakukan operasi dan menjalani pengobatan radioterapi, Santi saat ini telah dinyatakan sembuh dari kanker serviks.

(ory)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER