BNPB mencatat total korban meninggal akibat banjir lahar dingin dan longsor, dikenal sebagai galodo, yang menerjang enam kabupaten di Sumatera Barat (Sumbar) menjadi 62 orang per Kamis (23/5).
Jumlah korban bertambah setelah satu warga Agam yang sempat dilaporkan hilang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Korban yang merupakan warga Nagari Galuang, Kabupaten Agam, ditemukan oleh tim SAR gabungan di Jorong Taluak, Nagari Kubang Putih atau sekitar tujuh kilometer dari titik awal kejadian di Nagari Galuang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPBD Sumatera Barat menyatakan kerugian sementara akibat bencana banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di provinsi itu diperkirakan mencapai Rp108,38 miliar.
Sampai saat ini masih ada 10 orang warga Kabupaten Tanah Datar yang dilaporkan hilang dan masih dalam proses pencarian.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengakui pemerintah lengah dalam menangani bencana banjir bandang lahar dingin di
Anggota DPR RI meminta pemerintah pusat menetapkan status bencana banjir bandang di Sumatera Barat menjadi bencana nasional lantaran banyak korban jiwa dan akses jalan terputus.
Banjir juga melanda 35 kampung yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, sejak Senin (13/5) hingga Kamis (16/5).
Kepala Basarnas Kaltim Dody Setiawan mengatakan akses jalan dari Samarinda ke Kutai Barat masih normal. Namun, akses jalan dari Kutai Barat ke Mahakam Ulu banyak yang tertutup karena banjir cukup besar akibat luapan sungai. Banyak kawasan permukiman penduduk terendam banjir.
Berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkan, pada Senin lalu sekira pukul 08.30 WITA mulai terjadi banjir di Mahakam Ulu akibat limpahan arus deras bagian hulu Sungai Mahakam, yakni bersumber dari Sungai Long Apari (Kabupaten Mahakam Ulu) dan Sungai Boh (Kabupaten Malinau-Kalimantan Utara).
Ketinggian air di permukiman warga Mahakam Ulu yang terdampak banjir bervariatif, tergantung pada tingkat kerendahan lokasi yang ditempati. Ada yang terendam beberapa sentimeter, ada pula yang sampai atap rumah.
Banjir terjadi di Kabupaten Merauke pada Selasa (7/5) lalu disebut dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi.
Berdasarkan data yang diterima BNPB, sebanyak empat desa di Kecamatan Kurik terdampak. Adapun lokasinya terletak di Desa Sumber Mulya, Desa Telaga Sari, Desa Sumber Rejeki, dan Desa Wapeko.
Selain itu, sebanyak 851 KK atau 2.762 warga terdampak. Kerugian materiel yang terjadi akibat peristiwa ini yaitu sebanyak 836 unit rumah rusak ringan, enam unit rumah rusak sedang dan 485 ha lahan pertanian terdampak dengan tinggi muka air berkisar 20-80 cm.
BNPB mencatat sebanyak empat desa di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan terendam banjir imbas luapan Sungai Enim, Kamis (23/5).
"Kondisi mutakhir ketinggian muka air saat ini masih berada pada kisaran 40 sentimeter hingga dua meter," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan tertulis.
Ia merinci sebanyak 6.605 orang di empat desa terdampak, yakni Desa Keban Agung, Kelurahan Pasar Tanjung Enim; Desa Lingga, Desa Tegarejo, Kelurahan Tanjung Selatan; dan Desa Darmo, di Kecamatan Lawang Kidul.
Menurutnya, dari pendataan sementara yang dilakukan oleh BPBD setempat, sebanyak 1.237 unit rumah terendam banjir serta akses jalan yang masih belum bisa dilewati.
"Tim gabungan juga melakukan evakuasi dan penanganan dengan menyisir daerah terdampak banjir untuk mengevakuasi warga yang masih terjebak banjir menggunakan perahu karet," kata Abdul.
Saat ini Posko Penanganan Darurat Sementara sudah didirikan yang berlokasi di halaman Masjid As Sada, Kelurahan Pasar Tanjung, Kecamatan Lawang Kidul. Tim gabungan pun dilaporkan sudah mulai memberikan bantuan logistik berupa makanan dan kebutuhan lainnya.