Seorang ASN di Bapenda Kota Semarang, Paulus Iwan Boedi Prasetjo , hilang usai dirinya berpamitan kepada istrinya untuk bekerja. Ayah empat anak ini tidak kunjung pulang setelah seharian tidak ada kabar pada 24 Agustus 2022.
Setelah berita hilangnya Iwan dilaporkan sang istri, pihak kepolisian segera melakukan investigasi.
Beberapa hari kemudian polisi menemukan Iwan dalam keadaan dimutilasi dan dibakar bersama motornya di daerah Pantai Marina, Semarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iwan menghilang sehari sebelum dirinya hendak diperiksa sebagai saksi Ditreskrimsus untuk dimintai keterangan terkait dengan kasus penyelewengan aset. Hingga saat ini kasus menjadi misteri dan polisi belum menemukan perkembangan lebih lanjut.
Belakangan, dua saksi mencabut kesaksiannya. Meskipun kesaksian dicabut, pihak kepolisian mengatakan bahwa mereka masih memiliki berbagai bukti lain.
Pihak keluarga sendiri terus berusaha untuk mencari keadilan. Meskipun pengacara keluarga korban menduga pembunuhan sarat akan kepentingan politik yang sulit untuk diungkap, namun mereka tetap bersikukuh untuk mencari cara.
Salah satu upaya dilakukan oleh anak pertama Iwan bernama Theresia alfita Saraswati. Pada tahun 2022 dirinya mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi hingga Panglima TNI.
Munir Said Thalib, seorang aktivis HAM yang kerap memperjuangan keadilan HAM terhadap beberapa kasus besar di Indonesia meninggal usai diracun melalui minuman di dalam pesawat. Pembunuhan terjadi pada 6 September 2004 saat dirinya hendak berangkat ke Belanda untuk menimba ilmu.
Pada pukul 21.55 WIB, pesawat dengan nomor penerbangan GA-974 lepas landas dari Jakarta menuju Negeri Kincir Angin, Belanda. Pesawat itu sempat transit di Bandara Changi, Singapura.
Dalam perjalanan menuju Amsterdam, tiba-tiba Munir merasa sakit perut setelah menenggak segelas jus jeruk. Menurut kesaksian, setelah pesawat lepas landas dari transitnya di Bandara Changi, Munir sempat beberapa kali ke toilet dan terlihat seperti orang sakit.
Dirinya mendapat pertolongan dari penumpang lain yang berprofesi sebagai dokter. Munir pun dipindahkan ke sebelah bangku dokter dan mendapat perawatan. Tak lama, Munir dinyatakan meninggal pada ketinggian 40.000 kaki di atas tanah Rumania.
Dua bulan setelah kematian Munir, pihak kepolisian Belanda menyatakan bahwa Munir meninggal dunia karena diracuni oleh seseorang. Senyawa arsenik ditemukan di dalam tubuhnya usai autopsi dilakukan.
Pada 15 Maret lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melanjutkan proses penyelidikan kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir, dalam kerangka pelanggaran HAM berat, dengan memeriksa sejumlah saksi. Mereka memeriksa Suciwati, istri mendiang Munir, dan eks anggota Tim Pencari Fakta (TPF) kasus Munir, Usman Hamid.
Sementara, Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM) mendesak Komnas HAM untuk segera menetapkan kasus Munir sebagai pelanggaran HAM Berat.