BNPB: Tsunami 0,5 Meter Bisa Membunuh, di 2011 Makan Korban

CNN Indonesia
Rabu, 30 Jul 2025 12:41 WIB
BNPB mengimbau masyarakat tak remehkan tsunami dengan ketinggian di bawah 50 cm.
BNPB mengimbau masyarakat tak remehkan tsunami dengan ketinggian di bawah 50 cm. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat tak remehkan tsunami dengan ketinggian di bawah 50 cm. Pasalnya, tsunami kecil serupa pada 2011 sempat memakan korban jiwa.

Saat ini beberapa wilayah di Indonesia menghadapi ancaman potensi tsunami dengan ketinggian kurang dari 0,5 meter imbas terjadinya gempa berkekuatan M8,7 di Kamchatka, Rusia, pada Rabu (30/7). Wilayah terdampak meliputi Sulawesi Utara, Gorontolo, Maluku Utara, Papua, hingga Papua Barat.

Masyarakat diimbau untuk tidak lengah, karena gelombang kecil bisa menjadi berbahaya dalam situasi tertentu.

"Tsunami yang dangkal di laut dalam, belum tentu seperti itu ketika sampai di laut dangkal," ujar Abdul Muhari Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam konferensi pers hari ini.

Abdul lantas menyinggung tsunami Jepang pada 2011 yang sampai ke wilayah Papua dan memakan satu orang korban jiwa.

"Kalau kita bicara tsunami, tsunami 50 cm pun itu bisa membunuh. Kita bisa lihat pengalaman kita di 2011, itu ada 1 korban jiwa di Jayapura," katanya.

Abdul menjelaskan saat itu gelombang di tide gauge di Jayapura hanya terdeteksi 33 sentimeter. Namun, gelombang ini memiliki tinggi maksimum 3,8 meter ketika mencapai daratan.

Menurutnya, amplifikasi tinggi tsunami tersebut bisa terjadi di wilayah teluk, seperti yang terjadi di Teluk Youtefa, Jayapura pada 2011.

"Jadi untuk formasi-formasi daerah pantai yang sifatnya teluk, ini gelombang panjang yang datang itu berpotensi mengalami amplifikasi," ujar Abdul.

Ia kemudian memaparkan formasi teluk semacam ini banyak terdapat di wilayah pantai 5 provinsi yang berpotensi dihantam tsunami imbas gempa Rusia, sehingga masyarakat diimbau untuk menghindari wilayah pantai sejak 1 jam sebelum waktu perkiraan tsunami hingga 2 jam setelahnya.

Wilayah pantai harus dikosongkan beberapa jam setelah waktu tsunami, kata Abdul, dikarenakan gelombang pertama tsunami yang melintasi samudera tidak selalu yang terbesar.

Gelombang terbesar bisa terjadi pada gelombang lanjutan, mulai dari gelombang ketiga hingga kelima.

"Jadi antara gelombang pertama, dan gelombang kedua, dan gelombang ketiga itu bisa durasi jeda satu hingga tiga jam. Sehingga ini yang kita harus waspadai, bahwa masyarakat tidak hanya menjauhi pantai pada saat estimasi waktu tsunami-nya datang. Tetapi juga tetap harus menjauhi pantai sampai beberapa waktu setelah peringatan dini tsunami atau waktu tiba tsunami itu datang," katanya.

Berikut daftar wilayah yang berpotensi terkena tsunami:

1. Talaud (ETA 14:52:24 WITA)
2. Kota Gorontalo (ETA 16:39:54 WITA)
3. Halmahera Utara (ETA 16:04:24 WIT)
4. Manokwari (ETA 16:08:54 WIT)
5. Rajaampat (ETA 16:18:54 WIT)
6. Biaknumfor (ETA 16:21:54 WIT)
7. Supiori (ETA 16:21:54 WIT)
8. Sorong bagian Utara (ETA 16:24:54 WIT)
9. Jayapura (ETA 16:30:24 WIT)
10. Sarmi (ETA 16:30:24 WIT)

Sementara itu, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebut data terkini menunjukkan tsunami dengan ketinggian di atas 50 sentimeter hanya terjadi di wilayah Kamchatka, Rusia, yang merupakan pusat gempa.

"Memang hanya di Kamchatka saja yang berstatus siaga di atas setengah meter. Selain itu di bawah 50 sentimeter," ujar Daryono.

Data rekaman tide gauge di wilayah Rusia hingga Jepang menunjukkan hingga pukul 08.45 WIB ketinggian gelombang berkisar antara 16 hingga 39 sentimeter.

Sementara itu, data perekaman buoy di wilayah Alaska, Jepang, dan Rusia hingga pukul 07.57 WIB menunjukkan ketinggian gelombang bervariasi antara 8-84 sentimeter. Ketinggian 84 sentimeter sendiri tercatat di Kamchatka, Rusia.

(lmy/vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER