Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dalam rangka meningkatkan sistem keselamatan hingga pelatihan dalam melakukan evakuasi insiden di Taman Nasional atau gunung.
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Karenanya, banyaknya Taman Nasional tersebar di berbagai wilayah perlu dikelola dengan baik.
Raja Juli berharap dengan kerja sama bersama Basarnas ini dapat meningkatkan potensi SAR agar pencarian atau penanganan kecelakaan di gunung atau taman nasional dapat dilakukan lebih baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Didedikasikan memang untuk mendidik lebih banyak lagi potensi-potensi SAR di kalangan masyarakat termasuk di Polisi Hutan, di Kepala-kepala taman nasional kita, sehingga kalau terjadi sesuatu kita akan lebih dapat menangani lebih baik," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (5/8).
Penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan oleh Menhut Raja Juli Antoni dan Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii di Kantor Kementerian Kehutanan.
"Kerja sama ini menjadi sangat penting, seprofesional apapun Basarnas kita tapi dengan rentan kendali yang panjang kompleksitas persoalan yang juga luar biasa, itu potensi kedaruratan itu juga membutuhkan spirit volunteerism dari berbagai pihak," kata Raja Juli.
Sementara itu, Kabasarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menyampaikan kerjasama ini menjadi landasan dalam kolaborasi terkait pemanfaatan sumber daya hingga peningkatan sistem keselamatan.
"Meliputi pengembangan dan peningkatan sistem keselamatan, latihan pencarian dan pertolongan, peningkatan kapasitas manusia dan kerjasama lain yang disepakati bersama," ucap dia.
Beberapa waktu lalu diketahui sempat terjadi sejumlah insiden pendaki terjatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Salah satu yang menarik perhatian masyarakat, bahkan dunia internasional adalah insiden jatuhnya pendaki asal Brasil, Juliana Marins pada 21 Juni lalu.
Jenazah korban baru ditemukan setelah dua hari pencarian atau pada 23 Juni dan berhasil dievakuasi pada keesokan harinya dari kedalaman 600 meter.
Buntut insiden tersebut, pihak keluarga sempat menyatakan tim penyelamat Indonesia lalai dalam menyelamatkan Marins. Mereka menegaskan akan mencari keadilan.
"Juliana menerima kelalaian serius dari tim penyelamat. Jika mereka tiba tepat waktu, Juliana mungkin bisa selamat," demikian menurut keluarga.
"Juliana layak menerima lebih! Sekarang kita akan berjuang untuk keadilan dia. Jangan lupakan Juliana," imbuh mereka.