Kesaksian Presiden BEM Unisba soal Gas Air Mata Polisi di Area Kampus
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Bandung (Unisba) buka suara terkait kericuhan hingga penembakan gas air mata kepolisian ke area kampus.
Presiden BEM Unisba Kamal Rahmatullah tidak menampik adanya pemblokiran Jalan Tamansari, Bandung, pada Senin (1/9) malam. Pemblokiran jalan, kata Kamal, untuk jalur evakuasi.
"Terkait pemblokiran jalan itu kan sebenarnya dari atas karena jalur evakuasi untuk kawan-kawan, di KBMU (Keluarga Besar Mahasiswa Unisba) pun harus steril begitu, karena agar mempercepat mobilitas daripada evakuasi untuk akhirnya bisa diambil dan diamankan di Unisba begitu," kata Kamal saat menggelar konferensi pers di Unisba, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Selasa (2/9).
Kamal pun tidak membantah adanya pelemparan bom molotov saat kericuhan terjadi. Namun ia mengaku tidak mengetahui asal bom molotov tersebut. Meski begitu ia menyebut jika bom molotov yang terlihat ada dari luar area Unisba.
"Kalau misalnya sepenglihatan memang ada, cuma itu di luar dari kampus Unisba," katanya.
Kamal mengaku tidak mengetahui awal mula kericuhan terjadi. Saat itu, kata Kamal, tiba-tiba datang aparat keamanan dari arah Taman Radio. Massa yang ada bertebaran di area luar pun langsung masuk ke dalam kampus Unisba.
"Kami mahasiswa Unisba juga beristirahat di depan pagar Unisba, tiba-tiba ada sekelompok atau segerombol polisi dan TNI itu tiba-tiba menyerang begitu ke arah bawah, otomatis massa aksi yang dari atas itu berlarian ke dalam (Unisba)," katanya.
Menurutnya gas air mata pun terlihat ditembakkan di luar kampus.
"Gas air mata begitu dari depan, kurang lebih dua meter dari gerbang," katanya.
Kamal menuturkan ada yang terluka pada kericuhan semalam. Berdasarkan catatan BEM Unisba, korban saat kericuhan terjadi ada 10 sampai 20 orang.
"Ini menyebabkan juga ada satpam yang terluka juga beberapa orang yang sesak nafas akibat daripada gas air mata," katanya.
Atas kejadian itu pun, BEM Unisba menyampaikan beberapa pernyataan sikap yakni mengutuk keras tindakan represif, brutal, dan tidak berperikemanusiaan aparat TNI dan Polri di dalam lingkungan kampus.
"Kami menegaskan bahwa kampus adalah ruang aman dan bebas dari kekerasan negara," katanya.
Selain itu BEM Unisba menuntut pertanggungjawaban Kapolda Jawa Barat, Pangdam III/Siliwangi, dan aparat terkait atas serangan ini. Mereka juga mendesak Komnas HAM, Ombudsman, dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) segera turun tangan menyelidiki pelanggaran berat ini.
"Kami menegaskan akan menempuh langkah hukum dan menggalang solidaritas nasional untuk melawan praktik militeristik yang menjijikan yang membungkam mahasiswa," tegasnya.
Polda Jawa Barat mengklaim petugas tidak menembakkan gas air mata ke dalam kampus Unisba. Polisi mengklaim menembak gas air mata ke jalan, kemudian gasnya tertiup angin hingga ke kampus Unisba.
Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Hendra Rochmawan mengatakan saat itu kelompok anarko melakukan provokasi dari dalam kampus Unisba dengan melempar bom molotov ke tim patroli kendaraan roda dua dan roda empat mobil rantis Brimob.
"Tim kemudian menembakkan gas air mata di jalan raya yang kemudian tertiup angin ke parkiran Unisba," kata Hendra kepada wartawan, Selasa.
(csr/isn)