Tekanan pekerjaan, tenggat waktu yang ketat, dan ekspektasi berlebihan sering kali memicu respons fisik dari tubuh, salah satunya berupa rasa nyeri di dada. Kondisi ini bukan sekadar dampak stres sesaat, sebaliknya, keluhan tersebut bisa menjadi sinyal awal gangguan kesehatan serius, termasuk serangan jantung.
Tekanan pekerjaan, ekspektasi tinggi, hingga ritme kerja yang padat kerap membuat tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Peningkatan hormon ini dapat memicu jantung berdebar, otot menegang, serta napas menjadi dangkal, kombinasi yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri di dada.
Jika tidak dikelola dengan baik, stres dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan atau bahkan memicu serangan panik dengan gejala yang menyerupai serangan jantung, seperti nyeri dada, sesak napas, keringat dingin, dan pusing.
Selain itu, stres juga bisa menyebabkan ketegangan otot dada akibat postur tubuh yang buruk atau duduk terlalu lama, sehingga memicu rasa tidak nyaman. Pada sebagian orang, stres justru bisa menutupi gejala awal penyakit jantung seperti angin duduk (angina), yang bisa muncul tanpa aktivitas fisik apa pun.
Agar terhindar dari risiko penyakit jantung, dr. Vireza Pratama, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FSCAI dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan menekankan pentingnya mengenali kapan nyeri di dada perlu diwaspadai sebagai tanda bahaya.
"Nyeri dada akibat stres umumnya bersifat sementara, mereda saat tubuh mulai tenang, dan tidak menjalar ke lengan, rahang, atau punggung, serta tidak disertai gejala berat seperti pingsan, mual hebat, atau keringat dingin berlebihan," ujarnya.
Meski begitu, dia mengingatkan, bahwa jika keluhan tersebut berlangsung lebih dari 15 menit maka wajib waspada.
"Apalagi jika disertai seperti terasa ditekan benda berat di tengah dada, menjalar ke lengan kiri atau rahang, disertai nyeri napas hebat, pingsan, atau muncul saat istirahat, hal ini perlu diwaspadai karena bisa jadi tanda serangan jantung," jelasnya.
Nyeri dada sendiri memiliki banyak kemungkinan penyebab, evaluasi yang cepat dan akurat sangat diperlukan. Hospital Director Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Fiktorius Kuludong MM memaparkan, Mayapada Hospital memiliki layanan Chest Pain Unit untuk membantu mengevaluasi penyebab nyeri dada.
Masyarakat dapat memanfaatkan layanan ini sebagai bagian dari program promotif-preventif tanpa dipungut biaya, apabila setelah evaluasi awal tidak ditemukan tanda gangguan jantung.
"Bagi pasien yang terindikasi memiliki masalah jantung akan mendapat rujukan cepat ke dokter spesialis atau subspesialis untuk penanganan lebih lanjut sesuai protokol medis," tuturnya.
Jika gejala mengarah pada serangan jantung, tim Cardiac Emergency Mayapada Hospital 24 Jam siap memberikan tindakan Primary PCI dengan protokol door to wire di bawah 60 menit, sebagai standar emas dalam penyelamatan nyawa pada serangan jantung akut.
Cardiac Emergency merupakan bagian dari layanan Cardiovascular Center Mayapada Hospital yang menangani masalah jantung ringan hingga kompleks secara komprehensif dan berstandar internasional. Mulai dari pencegahan, deteksi dini, diagnosis, intervensi jantung, bedah jantung, dan rehabilitasi jantung, didukung tim dokter multidisiplin berpengalaman dan teknologi mutakhir.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi call center 150770 atau melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital.
Untuk membantu Anda menjaga kesehatan jantung, MyCare juga memiliki fitur Health Articles & Tips serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, untuk memantau jumlah langkah harian, kalori, detak jantung, hingga BMI.
(adv/adv)