KOLOM

Konflik Internal di Pembuka Musim 'The Saints'

CNN Indonesia
Jumat, 08 Agu 2014 15:18 WIB
Lima pemain bintang dan pelatih Southampton kini telah pergi dari klub. Mereka adalah tulang punggung 'The Saints' yang membawa klub tersebut ke papan atas Liga Inggris.
Beberapa pemain Southampton yang telah dijual. Adam Lallana (paling kiri) dan Rickie Lambert (ketiga dari kiri) kini menjadi pemain Liverpool.
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketika berita tentang salah satu pentolan klub Southampton, Calum Chambers, resmi bergabung Arsenal, pendukung setia klub tersebut mulai gerah dengan eksodus pemain penting mereka.

Bagaimana tidak. Chambers merupakan pemain bintang kelima yang dilepas oleh Southampton setelah Luke Shaw (Manchester United), Adam Lallana, Dejan Lovren, dan Rickie Lambert (Liverpool). Selain itu, Southampton juga harus rela kehilangan figur pemimpin dalam diri manajer Mauricio Pochettino yang pindah ke Tottenham Hotspur. Padahal, keenam pemain ini adalah tulang punggung klub yang membawa “The Saints” ke papan atas Liga Inggris.

Para suporter pun akhirnya menyerukan boikot terhadap pertandingan persahabatan melawan Bayern Leverkusen pada 9 Agustus 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain kepergian nama-nama tersebut, Southampton juga kembali terancam kehilangan Morgan Schneiderlin dan Jay Rodriguez. Keduanya diincar klub asal London, Tottenham.

Nama terakhir bahkan merupakan tulang punggung Southampton pada musim lalu. Dalam 39 penampilannya di berbagai ajang pada musim lalu, Rodriguez menjadi pencetak gol terbanyak di Southampton dengan total 17 gol.

Memang, reaksi suporter atas penjualan besar-besaran itu akhirnya membuat Ralph Krueger selaku presiden klub melakukan tindakan. Krueger memutuskan Schneiderlin tidak akan dijual dengan harga berapa pun pada jendela transfer musim ini. Keputusan yang sama juga berlaku bagi Rodriguez.

Akan tetapi keputusan Krueger untuk menghalangi kepergian Schneiderlin ini berpotensi merusak suasana di ruang ganti. Terlebih lagi Schneiderlin sudah mengungkapkan kekecewaannya melalui media sosial.

“Enam tahun petualangan fantastis #saintsfc hancur dalam satu jam!!!” demikian kicauan Schneiderlin melalui akun twitter resminya @SchneiderlinMo4.

Kondisi ini membuat munculnya satu pertanyaan besar mengenai pihak yang harus bertanggung jawab atas situasi ini.

Mayoritas suporter Southampton mengarahkan jari mereka ke Katharina Liebherr, pemilik klub yang mengambil alih klub sejak kematian ayahnya, Markus Liebherr, pada tahun 2010.

Sejak kematian Markus, sebenarnya kendali klub diberikan kepada Nicola Cortese, seorang bankir asal Italia. Walau sempat mendapatkan kritik karena memecat pelatih Nigel Adkins yang disukai suporter, Cortese akhirnya mendapatkan tempat di hati pendukung Southampton ketika ia memilih Mauricio Pochettino sebagai pelatih baru Southampton. Keputusan yang berbuah manis, dengan bertenggernya Southampton di peringkat delapan Liga Inggris.

Akan tetapi, ketidaksepahaman antara Liebherr dan Cortese, berujung pada kepergian bankir tersebut pada Januari tahun ini.

Hal ini berimbas pada pengunduran Pochettino dari klub, karena mantan bintang Argentina tersebut memiliki kedekatan dengan Cortese. Terbukti, pada musim panas 2014, Pochettino akhirnya resmi meninggalkan Southampton dan bergabung dengan Tottenham.

Walau pun isu keretakan internal Southampton merupakan salah satu faktor yang dianggap berperan besar, pada kenyataannya figur Pochettino dan Corteselah yang mendorong eksodus pemain penting Southampton.

Kepergian Cortese, yang berujung pada kepergian Pochettino, mengakibatkan para pemain dengan ambisi besar untuk tampil di Liga Champions kehilangan sosok yang dianggap dapat memimpin mereka. Tawaran dari klub-klub besar seperti Tottenham, Arsenal, maupun Liverpool –klub-klub yang memiliki target untuk bermain di kancah Eropa—membuat para pemain tergiur untuk meninggalkan klub.

**

Secara ekonomis, penjualan pemain-pemain penting “The Saints” sebenarnya dapat dianggap sebagai keputusan bisnis yang baik.

Penjualan bek muda Luke Shaw ke United dengan banderol 30 juta euro, misalnya. Gaji Shaw sebesar 120 ribu poundsterling per-minggu (rata-rata pemain muda Inggris di kisaran 80 ribu poundsterling/minggu) berarti klub bisa melakukan penghematan hingga 1,9 juta poundsterling per-tahun.

Belum lagi jika berbicara perilaku Shaw yang sempat membuat kesal pelatih di klub barunya, Manchester United. Bisa diasumsikan jika Southampton telah menyingkirkan satu sosok yang berpotensi merusak harmoni di ruang ganti. Apalagi banderol 30 juta yang dibayarkan United untuk pemain berusia 19 tahun ini bisa digunakan Southampton untuk memenuhi kas.

Tapi, mendapatkan suntikan dana dari penjualan pemain bukan berarti kondisi klub baik-baik saja. Ronald Koeman, yang ditunjuk sebagai pelatih baru Southampton, kini dihadapkan pada situasi yang kurang mendukung. Pemain-pemain penting telah hilang dan situasi ruang ganti Saint Mary pun kerap dipertanyakan.

**

Meski masih ada waktu untuk berbenah menghadapi musim depan, para penggawa baru, seperti Dusan Tadic, dianggap belum bisa menggantikan kreativitas Lallana. Pemain yang direkrut dari Liga Belanda, Graziano Pelle, juga dianggap sebagai pemain beresiko oleh sebagian fans.

Secara statistik, Pelle yang menciptakan 26 gol dalam 33 penampilan bersama Feyenoord sebenarnya jauh melewati pencapaian Lambert yang 'hanya' menciptakan 14 gol dari 39 kali bermain untuk Southampton. Akan tetapi perbedaan kualitas antara liga Belanda dan liga Inggris membuat sebagian fans khawatir.

Liga Belanda sebenarnya pernah menyumbang pemain seperti Luis Suarez dan Wilfried Bony, yang berhasil menunjukkan taji di liga Primer.

Tapi, patut dicatat bahwa Liga Belanda juga menghasilkan pemain-pemain seperti Alvonso Alves (31 gol dalam 34 pertandingan bersama Heerenveen, tetapi hanya menciptakan 4 gol dari 31 penampilan bersama Middlesbrough) maupun Jozy Altidore (31 gol dari 41 laga bersama AZ Alkmaar, tetapi hanya 2 gol dari total 38 laga bersama Sunderland).

Masih ada nama Ryan Bertrand yang didatangkan dari Chelsea dengan status pinjaman. Tapi ia juga bukan tanpa resiko. Walau pernah dianggap sebagai salah satu pemain muda Inggris berpotensi besar, di klub lamanya Bertrand hanya berstatuskan pemain spesialis pinjaman.

Sejak membela Chelsea pada 2006, Bertrand telah dipinjamkan ke berbagai klub seperti Bournemouth, Oldham Athletic, Norwich City, Reading, Nottingham Forest, Aston Villa, dan terakhir Southampton.

Menjelang digelarnya pertandingan perdana Liga Inggris pada 16 Agustus nanti, para fans setia hanya dapat berharap Koeman dapat mendapatkan hasil yang positif. Terlebih mereka akan menghadapi salah satu klub yang 'merampok' pemain-pemain mereka, Liverpool.

Waktu yang akan menunjukkan efek buruk atau baik kekisruhan internal yang terjadi di tubuh Southampton. Bisa jadi mereka mampu bangkit dari keterpurukan setelah ditinggal figur-figur penting. Tapi, bukan tak mungkin juga kinerja tim semakin memburuk dan akhirnya malah terperosok ke jurang degradasi.

LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER