Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengunduran diri Luca di Montezemolo sebagai presiden Ferrari menandakan rusaknya rantai sejarah yang menghubungkan tim Italia tersebut dengan sang pendiri, Enzo.
Keputusan ini juga sekaligus jadi penanda berakhirnya era tim tersukses dan termewah yang pernah ada dalam sejarah Formula 1.
Tanpa kehadiran Montezemolo di lapangan balap F1, yang biasanya lalu menarik kedatangan segerombolan media, Ferrari tak lebih dari merek mobil olahraga flamboyan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, baik Ferrari maupun F1 akan terus bertahan.
Dominasi Si Kuda Jingkrak di arena balap memang sudah berakhir sejak lama. Tim asal Italia tersebut tidak lagi memenangkan kejuaraan F1 sejak 2008. Mereka belum naik podium sejak Mei 2013 dan terakhir kali mendapatkan pole position adalah pada 2012.
Mantan Ketua Federasi Automobil Internasional (FIA), yang juga bekas rekan Montezemolo hingga 2009, Max Mosley, mengaku bahwa saat ini adalah masa berakhirnya kejayaan mereka di Formula 1.
"Kenyataannya, Ferrari tidak sama lagi dengan saat Jean Todt pergi. Jika mereka ingin menang lagi, maka mereka harus mencari manager lain," ujar Mosley setelah Montezemolo mengumumkan akan resmi pergi pada 13 Oktober nanti.
Di hari yang sama perusahaan induk Ferrari, Fiat Chrysler Automobiles (FCA) mendaftarkan diri di Wall Street.
"Saya bertanya-tanya apakah Marchionne akan mencoba membujuk Jean kembali ke Ferarri, dan jika iya apakah Jean akan menerimanya? Jujur, saya ragu, tapi mereka membutuhkan seseorang dengan fokus dan keinginan kuat seperti Jean."
Montezemolo terkenal ramah, memiliki gairah balap tinggi dan dengan banyak koneksi yang di kalangan elit serta politikus. Ia memenuhi semua syarat menjadi ikon pembuat mobil balap Italia.
Petinggi olahraga komersial F1, Bernie Ecclestone, berkomentar mengenai kepergian Montezemolo. "Saya bertemu Luca pertama kali tahun 1973. Tentu saja (pengunduran) ini menyedihkan. Kami akan merindukannya," ujar pria berusia 83 tahun tersebut.
"Kepergiannya seperti ketika Enzo meninggal. Ia adalah Ferrari itu sendiri. Jika Anda melihatnya, Anda melihat Ferrari. Tak ada yang lain, bukan Luca."
Montezemolo adalah tokoh yang mengubah olahraga menjadi ladang bisnis dunia bernilai miliaran dollar sejak 1970-an. Ia mengambil alih Ferrrari setelah kematian Enzo pada 1988. Ia juga seringkali memiliki "suara" berbeda dengan generasi setelahnya.
Seperti Ecclestone yang kurang menyukai mesin hibrida turbo V6 yang lebih halus suaranya, Montezemolo juga lebih menyukai balapan pada masa lalu dengan berbagai percobaan yang terhitung mahal.
Mesin yang digunakan di formula satu saat ini lebih disenangi oleh pabrikan mobil massal seperti Honda dan Renault.
Kini elit industri otomotif menjadi pengambil keputusan di formula satu, dengan posisi Montezemolo diambil alih oleh Marchionne dan mantan Presiden Ferarri Amerika Utara, Marco Mattiacci, sebagai kepala tim.
Ketika musuh lama Montezemolo, Ron Dennis, tetap memegang McLaren dan Frank William sedang menikmati kebangkitan dalam timnya, peta persaingan telah berubah dengan Mercedes dan Red Bull juga yang juga sering mencatat kemenangan.
Kurang BerwarnaJutaan penggemar Ferrari tentunya berharap pebalap mereka akan diberikan alat untuk kembali menjadi juara.
"Saya rasa masalah besarnya adalah mereka sudah begitu lama tidak memenangkan kejuaraan," ucap Ecclestone
Seberapa cepat Ferrari dapat berubah tetap menjadi sebuah pertanyaan.
Dengan kondisi tim yang telah banyak melewati banyak goncangan beberapa bulan terakhir, serta adanya pemotongan biaya untuk tim balap, Marchionne jelas akan membawa gaya manajerial yang berbeda. Apalagi ia memiliki beban tanggung jawab yang besar di tempat lain.
Mattiaci menggantikan Stefano Domenicali, karyawan Ferrari seumur hidup yang juga dekat dengan Montezemolo, April lalu. Kepala Teknik Luca Marmorini tak lama mundur setelahnya.
Terdapat spekulasi bahwa Mattiacci, yang telah mengatakan perlunya perubahan budaya dalam perusahaan, disiapkan untuk jabatan yang lebih tinggi di Fiat. Hal ini akan menjadi pekerjaan rumah untuk Ferrari mencari orang lain.
Todt, penerus Mosley di Federasi Otomobil Internasional, dapat memperhitungkan meskipun harus mengesampingkan saran dugal pendahulunya itu, tapi mantan Direktur Teknik dan Strategi Riss Brawn dapat menjadi sebuah pilihan.
Di bawah Todt dan Brawn, Ferrari pernah menjadi juara beruntun sejak 1999 hingga 2004.
Mendatangkan kedua orang Perancis itu akan menjadi pencapaian terbaik Montezemolo di dunia olah raga, apapun perselisihan yang terjadi antara keduanya pada kemudian hari.
Menggantikan posisi Enzo saat diangkat menjadi direktur tahun 1991 --sebelumnya menjadi manajer tim era 1970-an-- Montezemolo memulai perjalanan panjang membangunkan raksasa kebanggaan Italia.
Kedatangan Todt lalu berujung pada perekrutan Brawn dari Benetton, bersamaan dengan perancang Rory Byrne dan akhirnya Schumacher yang saat itu telah juara dunia dua kali.
Brawn lalu memenangkan kejuaraan dengan rancangannya sendiri, yang kemudian dijual ke Mercedes pada 2009 setelah tim terbaik Ferrari mengalami perpecahan.
Pria 59 tahun, yang lalu dengna rancangannya mendatangkan sukses pada tim Mercedes, itu telah mengatakan peluang untuk bekerja kembali dengan Ferrari.
"Ross Brawn adalah sosok terkenal di Maranello," ujar Mattiaci sebelum Grand Prix Akhir Pekan Italia di Monza. "Semua orang akan senang memiliki Ross, atau akan senang melihanya kembali ke Ferrari."
Matiacci berucap bahwa dengan rencana jangka panjang, mereka akan membangun sebuah tim yang sangat kuat.
"Tugas saya untuk sebisa mungkin mempersingkat rencana ini dan membuatnya efektif. Kami membangun fondasi untuk sebuah kisah yang akan sukses."