Jakarta, CNN Indonesia -- Terakhir kalinya Liverpool bertanding di Liga Champion, mereka menelan kekalahan 2-1 dari Fiorentina. Tepatnya pada Desember 2012.
Meski membutuhkan waktu lima tahun, kini Si Merah akan kembali merasakan panasnya atmosfer kompetisi teratas di Eropa tersebut.
Setelah selalu terlempar dari zona kualifikasi Liga Champion pada empat tahun terakhir, musim lalu anak-anak asuh Brendan Rodgers mampu memastikan posisi kedua musim ini untuk lolos langsung ke putaran final Liga Champion.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski telah lama absen dari Liga Champions, klub yang telah berdiri sejak 1892 ini memiliki sejarah panjang di Eropa.
Selain menjadi satu dari empat tim di seluruh daratan Eropa yang memiliki jumlah trofi Eropa terbanyak, Liverpool juga merupakan klub Inggris tersukses di Eropa dengan meraih lima gelar Liga Champions dan tiga gelar Piala UEFA (Liga Eropa).
"Eropa adalah taman bermain kami," jadi ucapan yang sering diucapkan para pendukung Si Merah.
Menjadi "Merah" di EropaPerjalanan panjang Liverpool di kompetisi Eropa dimulai nyaris lima puluh tahun lalu. Tepatnya pada musim kompetisi 1964/1965, di bawah kepemimpinan Bil Shankly.
Menaklukan wakil Islandia, Knattspyrnufelag Reykjavikur dengan skor agregat 11-1 di babak pertama, Liverpool melaju ke babak selanjutnya dan bertemu dengan klub asal Belgia, Anderlecht.
Ketika bertemu dengan Anderlecht inilah Si Merah benar-benar menjadi 'merah' untuk pertama kalinya. Kala itu Liverpool memutuskan untuk mengubah kostum tim menjadi merah-merah, dari sebelumnya menggunakan baju merah-celana putih.
"Pertandingan melawan Anderlecht di Anfield merupakan malam bersejarah. Kami menggunakan seragam merah-merah untuk pertama kali. Demi Tuhan, para pemain terlihat seperti raksasa, dan mereka bermain bagaikan raksasa," ujar Shankly.
Setelah menaklukan Anderlecht, Liverpool bertemu dengan wakil Italia, Internazionale Milan. Meski sempat unggul 3-1 di leg pertama, Liverpool tumbang 3-0 di leg kedua, sehingga Inter mengungguli Si Merah dengan skor agregat 4-3.
Setelah tersingkir di debut mereka di Piala UEFA (kini Liga Eropa), Liverpool melaju hingga babak final setahun berikutnya. Namun, lagi-lagi mereka pulang dengan tangan hampa.
Pada empat musim berikutnya, Liverpool selalu bermain di ajang Liga Champions. Namun, klub asal kota kelahiran The Beatles ini selalu gagal lolos dari babak ketiga.
Gelar pertama Liverpool di Eropa sendiri datang bukan dari ajang Liga Champion, tapi Liga Eropa (dulu Piala UEFA). Tepatnya pada musim 1972/1973.
Berlaga di Piala UEFA, melaju hingga babak final dan lagi-lagi bertemu dengan klub dari Jerman.
Menghadapi Borussia Mönchengladbach, Si Merah meraih kemenangan 3-0 pada leg pertama. Kemenangan tersebut membuat Liverpool bermain defensif di leg kedua.
Strategi tersebut membawa hasil setelah Mönchengladbach hanya mampu menciptakan dua gol di leg kedua, sehingga Liverpool unggul agregat 3-2.
Kemenangan ini membuat Liverpool berhasil mengangkat trofi Piala UEFA untuk pertama kalinya dalam sejarah klub ini.
Era Dominasi PaisleySetelah Shankly memutuskan untuk pensiun, Bob Paisley mengambil alih kursi kepelatihan Liverpool pada 1974.
Paisley memulai dominasi Liverpool di Eropa setelah mengantarkan Si Merah menuju final ketiga mereka pada musim 1975/1976.
Bertemu dengan wakil Belgia, Club Brugge, Liverpool berhasil mengangkat trofi Eropa yang kedua setelah menang dengan skor agregat 4-3.
Pada musim 1976/1977, berstatuskan sebagai juara Inggris, Liverpool berlaga di Liga Champions dan terus melaju hingga babak final.
Kembali bertemu dengan Mönchengladbach, Liverpool akhirnya mengangkat trofi Liga Champions pertama mereka setelah menang dengan skor 3-1.
Setahun berikutnya, dengan status juara bertahan, Liverpool kembali melaju ke babak final setelah menyingkirkan finalis musim lalu, Mönchengladbach dengan skor agregat 5-1.
Di babak final, gol semata wayang Kenny Dalglish mengantarkan Liverpool menjadi tim Inggris pertama yang berhasil mempertahankan gelar Liga Champions.
Pada musim 1980/1981, Paisley kembali mengantarkan Liverpool meraih gelar Liga Champions setelah mengungguli raksasa Spanyol, Real Madrid, di babak final.
Di hadapan para suporter di Parc des Princess, Paris, Alan Kennedy menciptakan satu-satunya gol yang mengantarkan Liverpool meraih gelar Liga Champions mereka.
Era Fagan dan Tragedi HayselSetelah Paisley memutuskan untuk pensiun, posisinya digantikan oleh asistennya, Joe Fagan.
Pada musim pertamanya, Fagan berhasil mendapatkan hasil yang memuaskan. Selain memenangkan Liga Inggris dan Piala Liga, Si Merah juga melaju hingga babak final Liga Champions di Roma.
Bertemu dengan AS Roma, Liverpool memenangi drama adu penalti dan berhasil meraih trofi Liga Champions ke empat mereka.
Akan tetapi, pada musim 1984/1985, ketika bertemu dengan Juventus pada final Liga Champions di Stadion Haysel, Brussels, Belgia, terjadi kericuhan antar suporter yang menyebabkan 39 penonton meninggal dunia.
Kala itu, pertandingansendiri tetap berlangsung dan diakhiri dengan kemenangan bagi Juventus dengan skor 1-0.
Dampak dari kericuhan antar suporter itu adalah hukuman dilarangnya klub-klub Inggris berpartisipasi di Eropa selama lima tahun. Hal ini juga yang mengakhiri masa-masa dominasi Liverpool di Eropa.
Liverpool baru kembali bersaing di ajang Eropa pada musim 1991/1992, setelah lolos ke Piala UEFA karena menjadi peringkat kedua di Liga Inggris.
Akan tetapi baru pada musim 2000/2001 Liverpool kembail berprestasi di kancah Eropa. Mereka memenangkan laga 5-4 atas Alaves di ajang Piala UEFA.
Era Rafael BenitezNama besar Liverpool di kancah Eropa kembali bersinar setelah kedatangan mantan pelatih Valencia asal Spanyol, Rafael Benitez.
Pada musim 2003/2004, walaupun memulai langkah mereka di babak penyisihan dengan buruk, Liverpool berhasil lolos setelah menaklukkan Olimpiakos dengan skor 3-1.
Liverpool terus melaju setelah mengalahkan Bayer Leverkusen dan Juventus untuk mencapai babak semifinal.
Bertemu dengan sesama wakil Inggris, Chelsea, Liverpool melaju ke final setelah gol kontroversial Luis Garcia menjadi satu-satunya gol yang tercipta baik di Anfield maupun Stamford Bridge.
Pada babak final yang dilangsungkan di Istanbul, Turki, Liverpool menghadapi AC Milan yang telah mengoleksi enam gelar juara Liga Champions.
Tertinggal tiga gol di babak pertama, Liverpool berhasil menyamakan kedudukan dalam tempo waktu enam menit dan keluar sebagai juara di babak adu penalti.
Dengan gelar ke lima ini, Liverpool berhak membawa pulang trofi Liga Champions secara permanen.
Benitez juga kembali membawa Si Merah ke final Liga Champions pada musim 2006/2007, setelah berhasil mengalahkan Barcelona, PSV Eindhoven, dan Chelsea.
Pada babak final, Liverpool yang kembali dipertemukan dengan Milan, akhirnya takluk setelah dua gol Filippo Inzaghi hanya mampu dibalas sekali oleh Liverpool melalui Dirk Kuyt.
Lama Absen di EropaSetelah mengalami penurunan prestasi di liga, Benitez akhirnya pergi meninggalkan Liverpool. Posisinya digantikan oleh Roy Hodgson pada musim 2009/2010.
Akan tetapi, buruknya penampilan Si Merah bersama pelatih yang kini melatih tim nasional Inggris ini, membuat manajemen Liverpool mengambil keputusan untuk memecatnya dan menggantinya dengan Kenny Dalglish.
Sayangnya, keberadaan Dalglish juga belum mampu mengembalikan nama besar Liverpool di Eropa.
Walaupun tampil di ajang Liga Eropa pada musim 2012/2013, Liverpool tersingkir di babak 32 besar setelah kalah ketika bertemu Zenith Saint Petersburg.
Liverpool juga mengakhiri musim di Liga Primer dengan buruk setelah hanya mampu bertengger di posisi ke tujuh, yang berarti Liverpool tidak akan tampil di Eropa pada musim berikutnya.
Akan tetapi di bawah asuhan Brendan Rodgers, Liverpool diluar dugaan berhasil bertengger di peringkat kedua pada musim lalu, sehingga berhak mendapatkan satu tiket otomatis ke Liga Champions.
Kini Steven Gerrard sebagai satu-satunya pemain yang masih tersisa dari skuat yang meraih trofi Liga Champions 2005, akan memimpin tim yang kini didominasi oleh pemain muda.
Juara lima kali Liga Champions ini akan mengawali langkah mereka di Liga Champions musim ini, ketika menghadapi wakil Bulgaria, Ludogorets Razgrad di Anfield, Rabu (17/9) dinihari nanti.