Jakarta, CNN Indonesia -- Manajer baru Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, gagal untuk menyembunyikan kemarahannya setelah timnya ditekuk 1-0 oleh West Bromwich Albion di kandang sendiri. Seharusnya keadaannya bukan seperti ini.
Sebulan lalu, setelah mengawali musim dengan kemenangan atas West Ham United dan Queens Park, Spurs masih duduk di puncak klasemen.
Namun, setelah kalah di kandang sendiri dari Liverpool dan West Brom dan imbang melawan Sunderland, mereka duduk di peringkat sembilan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laga selanjutnya mereka akan menghadapi klub divisi pertama (Championship) Nottingham Forest, sementara pada akhir pekan akan dijamu Arsenal. Di kandang The Gunners, Spurs belum pernah menang selama 21 tahun terakhir.
Pada musim panas, Pochettino mengambil alih kursi kepemimpinan dengan harapan tinggi dari para pendukung Spurs. Musim 2013/2014, ia membawa Southampton meraih pencapaian tertinggi dalam 11 tahun terakhir, yaitu peringkat delapan Liga Inggris.
Ironisnya, Southampton kini bertengger di peringkat dua klasemen sementara, setelah ditinggalkan Pochettino dan beberapa pemain kuncinya. Padahal, pada awal musim The Saints diprediksi akan terjerembab ke jurang degradasi.
"Ini bukan hari yang baik. Kami sangat buruk ketika mendapatkan bola, juga buruk tanpa bola," ujar pelatih asal Argentina itu setelah West Brom mendapatkan kemenangan pertama musim ini sekaligus kemenangan pertama di White Hart Lane dalam 30 tahun terakhir.
Meski saat ini adalah periode awal musim, tanda-tanda bahwa Spurs mendapatkan harapan kebangkitan palsu, sebagaimana terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, mulai terlihat.
Pochettino menggantikan Tim Sherwood di akhir musim lalu. Sherwood hanya memegang jabatan pelatih sementara Spurs selama enam bulan, menggantikan Andre Vllas-Boas yang dipecat setelah hanya memegang tim selama 17 bulan.
Pemilik klub, Daniel Levy dikenal tidak memiliki kesabaran cukup untuk menghadapi para manajer.
Jika melihat sisi baik, Spurs bermain baik di awal-awal musim dengan mendapatkan empat kemenangan beruntun di liga domestik dan Eropa, dan terlihat bagus saat ditahan imbang di kandang Sunderland.
Sayangnya mereka harus melepaskan tiga poin di Stadion Cahaya saat harus kebobolan gol bunuh diri di menit-menit akhir pertandingan. Ketika ditahan imbang 0-0 oleh Partizan Belgrade di Liga Eropa pun para pemain tampil disiplin.
Pochettino harus menerapkan konsistensi dan gairah bermain pada timnya, sebagaimana ditunjukkan oleh Southampton musim lalu.
Spurs memang belum sampai pada tahap krisis. Namun, jika mereka kembali mendapatkan kegagalan dalam dua pertandingan ke depan, maka kursi Pochettino dipastikan tidak akan senyaman saat ini.