FORMULA 1

Ajang Balap Mesin atau Pebalap?

CNN Indonesia
Selasa, 23 Sep 2014 15:12 WIB
Balap formula 1 (F1) pada masa lalu dinilai lebih ramai karena menghadirkan kejutan lewat kemampuan pebalap
Balap formula 1 (F1) pada masa lalu dinilai lebih menarik karena mengandalkan kemampuan pebalap bukan tenaga mesin mobil atau pun instruksi dari pit. Tingkat keseruan balap F1 diharapkan kembali terjadi setelah otoritas balap FIA membatasi komunikasi radio (Pablo Sanchez/Reuters).
Jakarta, CNN Indonesia -- Tingkat keseruan balap jet darat Formula 1 (F1) dinilai membosankan dan mudah ditebak. Selain itu, kritikus juga mengatakan kemampuan mesin mobil-lah yang menentukan hasil balapan, bukan kemampuan mengemudi sang pebalap.

Pada era modern, penguasa lintasan balapan adalah pebalap yang memiliki mesin mobil yang superior.

Contoh kecil adalah juara dunia F1 tahun 1997, Jacques Villeneuve. Saat memulai balap F1 pada 1996, pria asal Perancis itu menciptakan rekor mampu meraih empat kemenangan pada debutnya. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang menjadi juara dunia pada musim balap 1997 bersama tim Williams itu gagal mengulang sukses pada musim selanjutnya. Permasalahan mesin menghalanginya menampilkan penampilan terbaiknya.

Villeneuve lalu pindah dan bergabung dengan tim balap British American Racing (BAR) pada 1999. Bersama BAR, ia kesulitan mendobrak dominasi persaingan mesin tim McLaren-Mercedes dan Ferrari yang lebih superior.

Pada dasawarsa ini, sejak 2010, pebalap tim Red Bull yang menggunakan mesin Renault, Sebastian Vettel adalah raja di arena F1. Andil mesin Renault dan instruktur teknik jempolan dinilai sebagai faktor utama keberhasilan pebalap Jerman itu dalam arena F1. 

Balap F1 masa kini akhirnya dinilai sebagai ajang legenda mesin, bukan pebalap. Lain halnya dengan masa lalu ketika penggunaan teknologi mesin F1 belum sehebat sekarang.

Satu contoh adalah pebalap yang ternama pada dasawarsa 1930an, Tazio Nuvolari. Pebalap asal Italia itu secara mengejutkan berhasil mengalahkan tim lan yang memiliki mesin dengan tenaga lebih kuat di Nurburgring, Jerman. Pebalap asal Italia itu menggunakan Alfa Romeo P3 yang memiliki kekuatan setara 265 tenaga kuda.

Mobil Nuvolari itu dinilai ketinggalan zaman dibandingkan kompetitor-kompetitornya yang menggunakan mesin Mercedes Benz W25s dan Auto Union Bs yang memiliki 375 tenaga kuda. Dua mesin saingan P3 itu dikenal sebagai mesin yang merajai balap di era 1930-an. Akhirnya, kemenangan spektakuler Nuvolari itu sampai saat ini dikenang sebagai "kemenangan yang mustahil".

"Nuvolari... merupakan pembalap nekat - paling memiliki kemampuan - dan paling gila diantara kami semua," ujar Achille Varzi, salah satu rival terbesar Nuvolari saat itu.

Sempat terhambat di pit, Nuvolari terus melaju sampai di urutan kedua dibelakang Manfred von Brauchitsch. Von Brauchitsch yang ditempel ketat Nuvolari pun tumbang karena terlalu memaksa rodanya.

Lebih Seru dengan Peraturan Baru

Kenangan akan 'kemenangan mustahil' Nuvolari diperkirakan akan bangkit kembali dari buku sejarah setelah otoritas balap F1 (FIA) mengeluarkan aturan pembatasan komunikasi radio dengan mobil. Pembatasan komunikasi radio itu akan membuat para pebalap harus mengandalkan insting dan pengetahuannya di tengah balap.

''Sekarang kami adalah tuan dari takdir kami sendiri!,'' tukas pebalap Inggris, Jenson Button, seraya tertawa seperti dikutip dari situs resmi F1. ''Saya suka dengan gagasan yang akan memberi kendali pada tangan saya. Saya harap para pebalap berpengalaman dapat memetik keuntungan dari (aturan) ini!"

Beberapa pebalap seperti Nico Rosberg dari Mercedes dan Valtteri Bottas dari Williams menilai balap F1 akan lebih ramai dengan aturan baru tersebut. Tanpa kehadiran instruksi radio teknisi tim, hasil balap akan tergantung dari kelincahan dan strategi pebalap.

Kejutan-kejutan yang terjadi di arena balapan juga tentunya akan membantu menaikkan popularitas F1 yang cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Pasalnya, dominasi Vettel bersama Red Bull dari musim balap 2010, telah menurunkan jumlah penonton F1 di beberapa negara seperti Perancis, Jerman, Polandia, Spanyol, Brazil, Tiongkok, Jepang, dan juga Rusia.

Sehingga akan menarik untuk disimak implikasi dari pembatasan komunikasi radio dengan tensi persaingan ajang balap jet darat itu.

Musim balap 2014 sendiri kini tinggal menyisakan lima seri lagi, dengan Lewis Hamilton masih memimpin di puncak klasemen pebalap dengan skor 241 dan ditempel ketat Nico Rosberg (238). Sedangkan di klasemen konstruktor, untuk sementara ini Mercedes masih kokoh di puncak, unggul 174 poin dari peringkat kedua, Red Bull Racing-Renault.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER