London, CNN Indonesia -- Mantan wasit Liga Primer, Graham Poll, berkata bahwa wasit harus lebih memperhatikan para pemain yang sering 'bergumul' di kotak penalti, yang seringkali lolos dari pengawasan wasit.
Kasus terakhir yang tampak dari 'kecurangan' ini terjadi pada lanjutan Liga Primer yang mempertemukan Manchester United dan Chelsea, di Old Trafford, Minggu (26/10).
Para pemain Manchester United tertangkap kamera menjatuhkan dua pemain Chelsea, saat terjadi pergumulan di kotak penalti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wasit pada laga itu, Phil Dowd, tidak mengindahkan protes yang dilakukan oleh John Terry dan Branislav Ivanovic, sehingga pelanggaran yang dilakukan Chris Smalling dan Marcos Rojo lepas dari hukuman.
Poll, yang menjadi wasit di Liga Primer selama 14 tahun hingga pensiun pada 2007 silam, mengatakan sudah waktunya para penegak hukum di lapangan hijau lebih pro-aktif dan berani mengeluarkan kartu kuning pada pemain belakang yang menahan penyerang, pada saat terjadi skema bola mati.
"Ini saatnya untuk mengatasi insiden pergumulan di kotak penalti," tulis Poll dalam tulisannya di Daily Mail, Senin (27/10).
"Isu ini sudah seringkali tertunda. Ini bukan tentang cara mengubah hukum pertandingan, melainkan mengenai tindakan yang pantas dilakukan di lapangan," ujar Poll menambahkan.
Menurut Poll, menahan, menarik baju, bergumul, bagaimanapun sebutannya, merupakan sebuah tindakan kecurangan.
"Memberikan penalti memang merupakan beban tersendiri bagi seorang wasit, namun menginterupsi pertandingan sebelum sepak pojok atau sebelum tendangan bebas dilakukan untuk memberikan kartu kuning kepada para pelanggar, sangatlah mudah untuk diterapkan," ujar pria berusia 51 tahun tersebut.
Fenomena Modern"Kita telah melihat para wasit menunda sepak pojok untuk memberikan peringatan kepada para pemain. Ini saatnya menghentikan peringatan dan mengeluarkan kartu," ujar wasit yang pernah dipanggil pada dua ajang Piala Dunia.
Dowd mungkin saja telah melewatkan pelanggaran yang dilakukan oleh pemain United, namun salah satu rekan sejawatnya telah berani menindak aksi 'kecurangan' para pemain di kotak penalti tersebut.
Dua minggu lalu, sebuah penalti diberikan saat pemain bertahan Stoke City, Ryan Shawcross, menahan penyerang asal Swansea, Wilfred Bony, di kotak penalti saat terjadi tendangan penjuru.
Pelanggaran Shawcross tidak sekeras pelanggaran yang dilakukan oleh pemain United di Old Trafford, namun mungkin hal ini disebabkan karena Shawcross sendiri telah menjadi perhatian wasit.
Pemain berusia 27 tahun ini memiliki rekor paling sering mengakibatkan penalti bagi klubnya di liga sejak musim 2008/2009 lalu. Hingga kini, ia telah menyebabkan tujuh penalti bagi klub yang ia bela.
Saat para wasit di Liga Primer bertemu dengan klub pada awal musim untuk mendiskusikan interpretasi terhadap hukum pertandingan, tidak ada pemain atau manajer yang melihat 'pergumulan' di kotak penalti sebagai masalah yang perlu ditangani serius.
Jika klub menginginkan masalah ini diatasi, mereka dapat mengangkat isu tersebut di asosiasi wasit. Akan tetapi, jika tidak ada dukungan terhadap para wasit, maka pihak liga tidak akan mengubah cara insiden seperti ini ditangani.
Mantan kapten Chelsea, Ron Harris, yang mencatatkan 795 penampilan di klub mengatakan 'pergumulan' di kotak penalti merupakan fenomena modern yang seharusnya dapat dihentikan jika para wasit mulai memperikan hukuman penalti.
"Ini terjadi di Liga Primer setiap minggunya," ujar Harris kepada Reuters dalam sebuah interview, Senin (27/10). "Ini merupakan penyakit yang terjadi di setiap pertandingan dalam beberapa musim terakhir, dan ini semakin memburuk setiap tahunnya."
"Jika anda melakukan pergumulan tersebut di luar kotak penalti, pelanggaran akan diberikan. Mayoritas wasit tidak cukup berani untuk memberikan penalti, tetapi jika mereka melakukannya para pemain bertahan akan berhenti melakukan hal itu," ujar Harris melanjutkan.
"Pada masa kini, mayoritas pemain bertahan tidak lagi melihat bola. Mereka terlalu sibuk menangani lawan mereka. Hal seperti ini tidak terjadi di masa saya bermain, kami terlalu sibuk mempertahankan bola," ujar pria berusia 69 tahun tersebut.