KASUS PSS-PSIS

Akhir Drama Lima Gol Bunuh Diri

CNN Indonesia
Rabu, 29 Okt 2014 12:55 WIB
Komisi Disiplin PSSI mengambil keputusan untuk mendiskualifikasi PSS dan PSIS karena drama lima gol bunuh diri. Namun, penyelidikan masih dilakukan.
Pemain PSIS Semarang ketika mengikuti sidang Komisi Disiplin PSSI. Komaedi disidang karena melakukan gol bunuh diri pada laga antara PSS dan PSIS yang berakhir 3-2 untuk kemenangan PSS. (CNN Indonesia/Haryanto Tri Wibowo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tragedi lima gol bunuh diri yang terjadi pada laga PSS dan PSIS hampir menemui titik penyelesaian. Sidang Komisi Disiplin PSSI di Kantor PSSI, Senayan, Selasa (28/10) memutuskan bahwa PSS dan PSIS didiskualifikasi dari kompetisi Divisi Utama.

Keputusan ini, menurut Ketua Komdis PSSI, Hinca Pandjaitan, bersifat mutlak sehingga PSS dan PSIS tidak bisa melakukan banding.  

"Dengan berat hati, untuk menegakkan sepakbola Indonesia. Maka Komdis memutuskan mendiskualifasi keduanya. Artinya, kedua tim ini berhenti dan tidak bisa bermain di semifinal, atau final dan naik ke ISL," ujar Hinca.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hukuman bagi PSS dan PSIS tidak sampai di sini. Kedua klub terancam didegradasi, jika dalam penyelidikan lanjutan Komdis ditemukan fakta-fakta yang memberatkan kedua klub.

"Komdis meminta PT Liga menghentikan sementara kompetisi Divisi Utama setidaknya dua pekan ke depan agar Komdis bisa melakukan penyelidikan lebih dalam," ucap Hinca.

"Komdis akan menyelidiki seluruh pemain, ofisial, manajemen PSS dan PSIS. Jika terbukti bersalah, maka akan ada hukuman lebih berat. Bagi klub, bisa terdegradasi dan pemain hukuman seumur hidup," sambungnya.

"Jadi lebih baik saya menyelesaikan pertandingan, nanti baru PP (pengawas pertandingan) menindaklanjuti setelahnya.Hulman Simangunsong (wasit)
Wasit Tak Bisa Buat Apa-Apa

Selain menghukum PSS dan PSIS, Komdis juga menonaktifkan wasit dan semua perangkat pertandingan pada laga tersebut dan hukuman ini berlaku hingga Komdis PSSI menemukan bukti lain.

Setelah mengikuti proses sidang PSSI, wasit yang memimpin laga 'sepak bola gajah' PSS dan PSIS, Hulman Simangunsong mengatakan tidak bisa menghentikan pertandingan karena tidak melanggar peraturan.

"Pertandingan tidak bisa dihentikan kecuali jika ada force majeur, atau kesebelasan bermain dengan pemain kurang dari tujuh," kata Hulman.

Hulman menyatakan bahwa gelagat bermain tidak benar baru terlihat pada menit ke-87, dan bahwa pada awal-awal laga, permainan masih berjalan normal.

Keputusan untuk tidak menghentikan pertandingan juga, menurut Hulman, diambil karena ada pertandingan lain yang sedang berlangsung di daerah lain (Martapura - PSC, red).

"Jadi lebih baik saya menyelesaikan pertandingan, nanti baru PP (pengawas pertandingan) menindaklanjuti setelahnya."

"Karena hasil itu sangat menentukan kedua tim."

Salah satu asisten wasit dalam pertandingan itu, Arif Zainal, menegaskan dalam laga itu tidak ada peraturan yang dilanggar. Namun, Arif mengakui bahwa sikap yang dipertontonkan kedua kesebelasan dalam laga tersebut tidak sportif.

Namun, Komdis memiliki pendapat lain. Hinca mengatakan bahwa seorang wasit memiliki senjata berupa peluit, kartu kuning, dan kartu merah. Sehingga wasit seharusnya bisa menghentikan pertandingan.

Mencederai Sportivitas

Hinca berujar bahwa alasan hukuman adalah PSS dan PSIS sudah melakukan tindakan yang merusak sepak bola nasional.

"Keputusan ini tidak bisa dibanding karena kejadian ini jelas mencederai integritas sepak bola. Ini pelanggaran yang tidak bisa ditoleransi. Inti permainan sepak bola adalah mencari kemenangan. Namun mereka justru mencari kekalahan," ujar Hinca.

Hukuman ini diambil menyusul drama lima gol pada pertandingan terakhir Grup N babak 8 Besar, Minggu (26/10). Keduanya diduga sengaja mengalah karena ingin menghindari Pusamania Borneo FC.
Kalau mau mengalah, lebih baik kami tidak datang ke Yoygakarta. Tidak perlu capai-capai ke sanaKairul Anwar


Kedua tim terkesan enggan mencetak gol. Di babak kedua, PSS hanya melakukan umpan di daerah pertahanan sendiri, sedangkan PSIS sama sekali tak melewati garis tengah lapangan.

Seperti dikutip dari situs resmi Liga Indonesia, parade gol bunuh diri dimulai pada menit ke-78. PSS dua kali melakukan gol bunuh diri melalui Agus Setyawan dan Hermawan Putra Jati. PSIS pun unggul 2-0 atas tuan rumah.

Tidak mau mengakhiri pertandingan dengan kemenangan, PSIS akhirnya melakukan tiga gol bunuh diri. Penyerang PSIS, M. Fadli, melakukan gol bunuh diri pada menit ke-89.

Kemenangan PSS akhirnya ditentukan lewat dua gol bunuh diri bek PSIS, Komedi, pada menit ke-90 dan 90+1. Hasil ini membuat PSS menjadi juara Grup N dan bertemu Borneo FC di babak semifinal, sedangkan PSIS akan menghadapi Martapura FC.

Menolak Dikatakan Ingin Kalah

Meski santer dikabarkan ingin menghindari Borneo FC pada babak selanjutnya, Manajer Umum PSIS, Kairul Anwar, mengatakan, timnya tidak pernah berencana kalah untuk menghindari Borneo FC.

Kairul mengaku timnya terprovokasi dengan tindakan pemain PSS yang lebih dulu melakukan gol bunuh diri.

"Kalau mau mengalah, lebih baik kami tidak datang ke Yoygakarta. Tidak perlu capai-capai ke sana. Kami terprovokasi. Emosi kami terpancing. Suporter tuan rumah juga memanas-manasi," ujar Kairul sebelum menjalani sidang Komdis di kantor PSSI, Senayan, Selasa (28/10).

"Kami tidak takut lawan Borneo FC. Kami siap menghadapi siapapun. Hanya saja kami terprovokasi. Kondisi lapangan juga tidak layak untuk menggelar pertandingan. Semua faktor itu membuat pemain kami emosional," sambungnya.

Usai pertandingan, pikiran kami kosong dan baru berbicara sesampainya di SemarangKomaedi
Sementara itu manajer PSS, Suparjiono, mengaku para pemain tim berjuluk Elang Jawa itu tidak sengaja melakukan gol bunuh diri.

"Gol bunuh diri kami tidak sengaja. Lihat saja gol bunuh diri kedua kami dari sudut sempit. Justru PSIS yang tidak mau jadi juara grup dengan berusaha mencetak tiga gol bunuh diri. Kami tidak takut menghadapi Borneo FC," ucap Suparjiono.

Komaedi, pemain PSIS yang dua kali melakukan gol bunuh diri, pun mengaku tidak punya niat untuk melakukan gol bunuh diri. Pemain asli Semarang itu terprovokasi dengan sikap pemain PSS yang lebih dulu melakukan gol bunuh diri.

"Kami emosi melihat sikap mereka. Kami sempat ingin main aman, biarkan seperti itu. Tapi kami terprovokasi. Suporter PSS juga memprovokasi kami. Mereka bilang 'syukur PSIS' lawan Borneo FC'," ujar Komaedi sebelum menghadap Komdis PSSI.

"Kami spontan melakukan itu. Tidak ada instruksi melakukan gol bunuh diri dari pelatih atau manajemen. Usai pertandingan, pikiran kami kosong dan baru berbicara sesampainya di Semarang," sambungnya.

Di waktu berbeda, Manajer Borneo FC, Tommy Ermanto, menunjukkan keheranannya tentang alasan tim lain  menghindari Borneo FC.

"Saya bingung, kenapa mereka ingin menghindari kami. Kami bukan tim superior dan pernah kalah. Kami juga belum pernah bertemu dengan PSS dan PSIS," ujar Tommy.

Persoalan mengalah dalam pertandingan, atau memilih lawan sendiri bukan hal baru dalam dunia olah raga. Persebaya pernah dengan sengaja "mengandangkan" PSIS pada musim kompetisi 1987/1988 dengan cara membiarkan Persipura menang mudah 12-0. Persipura lalu lolos ke babak selanjutnya karena menang selisih gol dari PSIS.

Di dunia bulutangkis, Greysia Polii/Meiliana Jauhari dengan sengaja bermain buruk ketika menghadapi pasangan asal Korea Selatan, Ha Jung Eun/Kim Min Jung pada ajang Olimpiade 2012 demi menghindari lawan pada babak selanjutnya.

Akhirnya pihak Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) memberikan sanksi keras kepada pasangan Indonesia, beserta tiga pasangan ganda putri lain yang terlibat insiden tersebut, juga melarang mereka terus berpartisipasi di Olimpiade.

Hukuman Terbesar

Hukuman yang diterima PSS dan PSIS ini bisa dikatakan sebagai hukuman terbesar yang dijatuhkan PSSI sejak menghukum Persebaya terdegradasi ke Divisi Utama pada 2005 lalu.

Ketika itu, Persebaya menolak untuk bertanding pada babak empat besar Divisi Utama Liga Djarum Indonesia 2005 dan lalu dihukum tidak boleh bertanding dua tahun pada panggung sepakbola profesional.

Namun, setelah mengajukan proses banding, PSSI mencabut larangan bertanding tersebut dan Persebaya didegradasi dan harus bermain di Divisi I.

Meski demikian, hukuman lain yang diterima manajer lama Persebaya, Saleh Mukadar, dan Ketua Harian Persebaya, H. Susanto kala itu tetap berlaku. Saleh dinon-aktifkan dalam kegiatan persepakbolaan nasional selama dua tahun, sedangkan Susanto selama tiga tahun.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER