Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli di bidang hukum dan pemerintahan, Asep Warlan Yusuf, berpendapat bahwa pemain dan tim yang terlibat dalam drama lima gol bunuh diri dalam pertandingan antara PSS dan PSIS harus diberi hukuman seberat-beratnya hanya jika mereka terlibat dalam kasus suap, judi, atau pengaturan skor.
Namun, menurutnya, jika gol-gol bunuh diri itu tercipta hanya karena strategi tim, maka hukuman yang diambil cukup untuk memberi jera dan tidak untuk menakut-nakuti.
Sepakbola lawak untuk hiburan memang ada, tapi ini kan olahraga prestasi bukan hiburanAsep Warlan |
"Bukan berarti menggunakan strategi mengalah itu benar, tapi hukuman harus dilihat sesuai motif," ujar Asep saat dihubungi melalui telepon oleh CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil sidang Komisi Disiplin PSSI pada Selasa (28/10) sendiri menyatakan bahwa PSS Sleman dan PSIS Semarang didiskualifikasi dari Divisi Utama musim 2014. Selain itu, komdis meminta PT Liga untuk menghentikan kompetisi Divisi Utama hingga semua penyelidikan selesai.
Saat ditanyai apabila hukuman ini sudah tepat diberikan untuk PSS dan PSIS, Asep menyatakan persetujuan.
"Kalau memang mereka melakukan ini sebagai strategi, maka hukumannya adalah hukuman untuk tim, sementara pemain bisa dibina untuk lebih memahami arti sportivitas," katanya lagi. "Tapi, kalau sudah melibatkan (penyuapan) uang, maka harus diambil hukuman seberat-beratnya, yaitu larangan bertanding seumur hidup."
"Hukuman itu harus menimbulkan tiga efek, yaitu efek jera bagi yang melakukan, efek takut bagi yang ingin melakukan, dan efek adil sebagai penghargaan bagi yang tidak melakukan," tambahnya lagi.
Soroti Peran WasitSelain masalah hukuman, Asep juga menyoroti peran wasit yang tidak berbuat apa-apa dalam pertandingan tersebut.
Ia mencontohkan pertandingan tinju, ketika wasit memperingatkan para petinju agar tidak merangkul lawan terlalu lama karena mengganggu jalannya pertandingan.
"Kalau melihat para pemain tidak ingin menang, seharusnya wasit panggil saja kapten kedua tim. Panggil pelatihnya. Beri peringatan bahwa hal tersebut menggangu roh pertandingan," tegasnya lagi.
Asep juga menjelaskan bahwa dalam pertandingan normal, hal-hal seperti ini bisa menimbulkan kerugian bagi pihak penyelenggara atau pun penonton.
"Mereka kan sudah mengeluarkan uang untuk datang dan menonton. Pertandingan yang menarik bisa merugikan mereka," ujarnya.
"Sepakbola lawak untuk hiburan memang ada, tapi ini kan olahraga prestasi bukan hiburan."