Bern, CNN Indonesia -- Sekertaris Jenderal FIFA, Jerome Valcke, menepis dugaan diskriminasi gender di balik pemilihan lapangan artifisial untuk pelaksanaan piala dunia wanita di Kanada, dengan mengatakan piala dunia pria juga dapat dilakukan di lapangan sintetis.
"Mungkin saja, cepat atau lambat, piala dunia pria akan dilangsungkan di lapangan artifisial," ujar Valcke dalam wawancara di situs resmi FIFA.
Sebanyak 40 pesepakbola wanita internasional, termasuk pemain terbaik FIFA Nadine Angerer, telah mengajukan gugatan hukum kepada FIFA dan Asosiasi Sepakbola Kanada (CSA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mengatakan bahwa FIFA dan CSA telah melakukan diskriminasi kepada kaum wanita karena akan mengadakan turnamen piala dunia di lapangan rumput artifisial, yang dianggap tidak cukup aman dan juga dapat mengubah jalannya pertandingan. Sebelumnya, pelaksanaan piala dunia baik pria maupun wanita selalu dilakukan di lapangan rumput asli.
"Saya menjamin (lapangan) akan sesuai standar internasional tertinggi bagi stadion resmi, dan juga tiga lapangan latihan di setiap kota penyelenggara," ujar pria berusia 53 tahun tersebut.
"Itulah alasan mengapa kami mempekerjakan ahli lapangan independen dan juga akan ada peneliti lapangan yang akan memonitor dan mamastikan kualitas lapangan," ujar Valcke menambahkan.
Valcke juga menjelaskan, setiap penyelenggara kompetisi FIFA berhak untuk menentukan jenis lapangan yang digunakan dalam turnamen. Hal ini berlaku baik di dunia sepak bola pria, juga wanita.
Pemilihan lapangan artifisial di Kanada sendiri menurut Valcke juga lebih diakibatkan karena alasan kondisi iklim. "Mayoritas infrastruktur olahraga di Kanada berada di lapangan artifisial, terlebih mengingat kondisi iklim yang ekstrem. Akan sangat sulit untuk memastikan lapangan rumput asli berada dalam kondisi yang baik di semua lapangan pertandingan," ujar Valcke menjelaskan.
Menurut pria asal Perancis tersebut, semua ini bukan karena permasalahan dana maupun gender namun lebih diakibatkan kondisi alam Kanada.