Sebutan kota modern dan berbudaya tinggi lekat dengan Manchester. Bangunan-bangunan yang berdiri di kota ini menerapkan sentuhan arsitektur modern nan mewah.
Hotel-hotel bernuansa butik, apartemen, restoran bertaraf internasional, tak ketinggalan sarana tempat hiburan berkualitas muda-mudinya, menjadi ciri khas kota yang kini telah berkembang menjadi metropolitan ternama di Eropa.
Manchester memang bukan hanya soal sepakbola, tapi juga tentang budaya, bahasa, dan juga manusia.
![]() |
Merasakan Masa Lalu
Tren bangunan bergaya lampau memang identik dengan Eropa. Sebagian besar kota di negara-negara kawasan Benua Biru memelihara dengan baik bangunan-bangunan bersejarah mereka, termasuk Manchester.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di pusat kota, bangunan masa lampau dan baru berdiri berdampingan dengan kondisi yang masih terawat baik. Bagi setiap kota, bangunan tua yang terawat kebersihannya menawarkan daya tarik dan cerita tersendiri.
Sebut saja Manchester Town Hall, monumen terbesar yang ada di kota ini. Cantik gaya Victoria dengan ornamen batuan ghotic menyempurnakan menara jam dengan ketinggian 85 meter itu. Kini, monumen yang dibangun sejak abad ke-19 ini menjadi pusat kegiatan masyarakat Manchester.
Nuansa masa lalu pun terlihat pada pemandangan kanal-kanal yang melintasi pusat kota. Konon, kanal-kanal ini merupakan jalur perdagangan kapas yang banyak dihasilkan di Manchester dan daerah sekitarnya. Kini, di beberapa jalur kanal terlihat hilir mudik perahu-perahu kecil yang disewakan untuk wisata.
Kota 153 Bahasa
Penetapan kota kedua di sebuah negara biasanya merujuk pada wilayah setelah ibukota dengan populasi tertinggi. Di Inggris, kota kedua dengan populasi terbesar adalah Birmingham. Kota ini memiliki produk domestik bruto (PDB) dan jumlah populasi terbesar kedua setelah London.
Namun, sejak tahun 2000, Manchester justru sukses merebut gelar kota kedua di Inggris dari tangan Birmingham.
Tak heran, pertumbuhan kebudayaan, media massa, musik, olahraga dan transportasi di Manchester, sangat pesat. Sensus 2011 menunjukkan, Manchester memiliki pertumbuhan penduduk tercepat (di luar London) di Inggris.
Manchester mencatatkan pertumbuhan populasi sebesar 19 persen, sementara Birmingham hanya mencatatkan pertumbuhan populasi sebesar sembilan persen.
Yang menarik ditelisik terkait jumlah populasi Manchester adalah dengan penduduk yang hanya 503 ribu jiwa, mereka dapat berbicara dalam 153 bahasa berbeda.
Kota Manchester di Inggris dinobatkan sebagai kota yang paling banyak memiliki ragam bahasa, mengalahkan beberapa kota besar seperti New York, London, dan Paris. Maka, tak aneh jika Manchester dinilai sebagai kota berbudaya tinggi. Mancunian (sebutan masyarakat Kota Manchester) mewakili nyaris semua budaya di dunia.
Sebagian besar kaum pendatang yang akhirnya menjadi penduduk tetap Manchester, memilih bertahan pada budaya kampung asal masing-masing. Hal ini berperan besar pada perkembangan multikultur di kota tersebut.
Kini, seiring meningkatnya jumlah pendatang dan pelajar, secara tidak langsung akan menambah panjang daftar bahasa tersebut.
Kemalasan Penduduk Kota Sepak Bola
Tak ada sanggahan bahwa sepak bola merupakan olahraga yang mampu menyatukan masyarakat tanpa ada batasan apapun. Karena sepak bola pula sebuah kota, bahkan negara mampu dikenal dunia.
Contoh adalah Uruguay, Brasil, dan Argentina yang selalu diidentikkan dengan sepak bola lantaran prestasinya. Pun dengan Manchester yang dikenal memiliki dua klub raksasa, Manchester United dan Manchester City.
Uniknya, meski menjadi masrkas dua klub ternama di Liga Inggris, tak lantas mempengaruhi masyarakat kotanya untuk gemar berolah raga. Konon, penduduk Manchester lebih memilih tidur atau menghabiskan waktu di depan televisi sembari menyantap junk food seperti kentang goreng.