Hanya satu penghalangnya meraih posisi tersebut: Novak Djokovic, petenis Kroasia yang merebut gelar nomor satu dari tangan Federer di Paris Masters 2012.
Kesempatan menggeser Djokovic sebenarnya ada di turnamen Paris Masters. Federer dipastikan kembali menjadi petenis nomor satu dunia jika menang di turnamen ini dan Djokovic gagal ke final.
Namun hasilnya justru bertolak belakang. Federer kandas di perempat final dan Djokovic menjadi juara.
Mempertimbangkan usianya yang menginjak 33 tahun dan "hanya" berada di posisi delapan dunia setelah Australia Terbuka berakhir, kesempatan yang dimiliki oleh Federer cukup menakjubkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Posisi nomor satu dunia tentu saja baru akan diputuskan saat final ATP World Tour, namun Paris Master sangat berpengaruh mengingat prestasi Federer tahun ini terus membayangi Djokovic dengan ketat.
Melihat peta persaingan keduanya, sebenarnya peluang Federer jauh lebih besar saat Paris Master.
Lawan Federer di semi final di Paris adalah Milos Raonic yang tidak pernah mengalahkannya dalam enam kali pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan undian, di semifinal akan berhadapan dengan Tomas Berdych atau Kevin Anderson. Berdych memang selalu memberi perlawanan keras tetapi rekor Federer melawan petenis Ceko ini adalah 12-6.
Sayangnya, skenario ini gagal total karena Raonic yang bisa dianggap bukan lawan berat Federer, justru menyingkirkannya dari Paris Masters sekaligus memupus peluang untuk menjadi petenis nomor satu dunia sebelum ke Final ATP.
Peluang petenis kelahiran 8 Agustus 1981 di Final ATP yang menerapkan sistem setengah kompetisi cukup terbuka.
Djokovic sendiri tidak pernah memandang rendah Federer.
"Saya tak pernah menganggap remeh kemampuannya. Federer adalah salah satu petenis terbaik di dunia. Saya pikir, usia bukan masalah baginya. Ia sudah tunjukkan yang terbaik tahun ini," kata Djokovic.
Prestasi Federer memang meningkat sejak pertengahan 2014, setelah berhasil maju ke final Wimbledon dan Cincinnati Terbuka, meski kalah dari Djokovic dan Jo-Wilfried Tsonga dan menang di Piala Rogers serta masuk semi final AS terbuka.
Sejak AS terbuka dia kembali tancap gas dan memenangkan dua gelar setelah menang dalam 14 pertandingan berturut-turut.
Jadi Federer memiliki kemampuan untuk kembali menjadi petenis nomor satu dunia pada akhir tahun ini.
Pertanyaannya adalah: apakah dia akan benar-benar mewujudkannya?
Jawabannya adalah dia bisa melakukannya.
Faktor kesehatannya, ditambah penampilannya yang prima, sementara inkonsistensi masih membayangi permainan Djokovic dan juga pemain lain menjadi alasan kuat Federer bisa kembali berjaya di usianya saat ini.
Tetapi ini hanyalah perkiraan semata dan jawaban sebenarnya bisa ditunggu ketika Final ATP Tour dipertandingkan.