FINAL ATP

Memperebutkan Gengsi Tenis di Kota London

CNN Indonesia
Minggu, 16 Nov 2014 10:51 WIB
Setiap tahunnya, delapan petenis papan atas dunia akan berkumpul dan saling berebut gengsi dengan London sebagai tuan rumah ajang pertarungan.
Sejak 2009, pelaksanaan turnamen ATP Final diselenggarakan di O2 Arena, London. (Reuters/Stefan Wermuth)
Jakarta, CNN Indonesia -- "London calling to the faraway towns/
Now war is declared and battle come down"

Lagu punk yand dibuat pada 1979 oleh The Clash, London Calling, menjadi musik pembuka seri penutup turnamen Asosiasi Tenis Profesional (ATP) pria.

Gema musik ini didendangkan bersama sekitar 17 ribu penggemar tenis yang memadati 02 Arena, London, Inggris, pada awal pekan lalu saat mereka akan menyaksikan 16 petenis peringkat atas ATP akan berlaga menjadi yang terbaik dalam kejuaraan tenis dunia versi ATP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Delapan petenis tunggal dan delapan pasangan petenis ganda bertempur di lapangan keras (hard court) O2 Arena, tempat yang juga kerap dipakai untuk pertunjukan musik.

ATP World Tour Finals sendiri adalah turnamen pamungkas dari seri tur dunia dalam setahun.

Ada 60 seri turnamen ATP yang berlangsung dalam setahun. Jumlah 60 itu belum termasuk empat turnamen tingkat grand slam. Namun, ini dengan catatan bahwa grand slam bisa diikuti petenis yang bukan dari anggota ATP.

Dimulai Sejak 1970an

Pelaksanaan Final ATP pertama kali digelar pada 1970. Idenya berasal dari Direktur Eksekutif pertama ATP, Jack Kramer, untuk menerapkan struktur grand prix selama setahun penuh.

Turnamen final pertama digelar di Tokyo, Jepang pada Desember 1969. Berikutnya tempat pelaksanaan turnamen berganti-ganti dari mulai Barcelona, Boston, Melbourne, Stockholm, dan Houston.

Setelah pelaksanaan di Houston, mulai 1977, pelaksanan turnamen penutup tahun ini mulai memberlakukan sistem kontrak dengan tuan rumah. Pada kurun waktu 1977-1989, turnamen itu digelar di Madison Square Garden, New York.

Setelah itu turnamen kembali berpindah-pinah dari Frankfurt-Hannover, Lisbon, Sydney, Houston, dan Shanghai.

Sejak 2009 lalu pelaksanaan final ATP menjadi jatah bagi O2 Arena, london.

Round Robin

Turnamen final ATP World Tour lebih berbeda dibandingkan seri turnamen ATP lain. Di turnamen lain, para peserta bertanding dengan sistem gugur pada babak pertama.

Pada turnamen final ini, delapan petenis dibagi ke dalam dua grup. Mereka akan bertanding dengan sistem round robin atau setengah kompetisi.

Peringkat satu dan kedua klasemen akhir fase grup lalu akan melaju ke semifinal. Juara grup A akan bertemu runner up Grup B dan sebaliknya.

Tetapi, dalam sejarahnya, seperti dilansir dari situs ATP, pada pelaksanaan 1970 dan 1971, juara turnamen tidak ditentukan lewat sistem round robin dan sistem partai final.

Saat itu pemain terbaik ditentukan lewat poin hasil akhir.

Pemenang dari turnamen ini secara keseluruhan akan mendapatkan total 1500 poin untuk menentukan peringkat mereka dalam klasemen ATP dunia.

Berebut Jadi Kota Penyelenggara

Sejak 2009 lalu, penyelenggaran putaran final ATP selalu digelar di O2 Arena. Tempat ini akan menjalani kontrak menyelenggarakan turnamen final hingga tahun ini.

London akan menjadi tuan rumah dari penutup seri turnamen ATP hingga tahun depan. Setelah itu, New York dan Rio den Janeiro mengantri untuk mendapatkan jatah sebagai tuan rumah.

New York alias The Big Apple adalah salah satu kota yang berpengalaman sebagai tuan rumah dari final ATP.

Foto-foto dan rekaman pun mencatat sejarah pertarungan final ATP di Madison Square Garden, New York pada era 1970an sampai 1980an.

Selain itu, Brasil dalam kurun waktu setahun hingga tahun mendatang menjadi tuan rumah bagi turnamen olahraga tingkat dunia. Tahun ini Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia sepak bola.

Berikutnya, Negeri Samba itu akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas juga turnamen tenis kelas menengah di ibu kota, Rio de Jainero.

Namun, seperti dikutip CNN, Direktur Turnamen Andre Silva menilai final ATP akan tetap digelar di Inggris setelah 2015.

ATP, kata Silva, memiliki tujuan yang berbeda dengan FIFA--badan dunia sepak bola--yang mengurus penyelenggaraan Piala Dunia ataupun Komite Olimpiade Internasional.

"Turnamen (final ATP) ini merupakan bagian yang penting dari bisnis ATP. Lebih penting untuk merebut perhatian warga di dunia dibanding melakukan uji coba (pindah ke negara baru)," katanya.

Hal itu diakui pula mantan CEO Properti ATP Richard Davies.

Davies, yang meninggalkan jabatannya pada akhir 2010, mengatakan London telah terbukti dua kali lebih sukses memberi keuntungan bagi ATP dibanding kota-kota lain.

"Orang-orang ingin menjadi bagian dari turnamen ini. Mereka telah melihat bagaimana suksesnya ini (di London)," kata Davies. "Mereka telah melihat tur telah beroperasi sangat sukses selama bertahun-tahun dan ingin menjadi bagian dari mitra dunia."

Hingga 2015 nanti London akan menjadi tuan rumah final ATP selama tujuh tahun berturut-turut.

Kalau diteruskan lagi oleh ATP, London akan mengejar kota New York yang pernah menyelenggarakan final ATP berturut-turut dari 1977-1989.

Perebutan menjadi tuan rumah dari final ATP itu menjadi pertanda bahwa turnamen penutup itu merupakan pagelaran paling bergengsi dari tenis pria.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER