Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama-nama seperti Misagh Bahadoran, Manuel Ott, hingga Phil Younghusband merupakan deretan nama 'asing' yang menjadi aktor di balik keberhasilan Filipina melumat Indonesia empat gol tanpa balas dalam lanjutan Piala AFF 2014, Selasa (25/11).
Ketiganya dinilai mantan pemain tim nasional Indonesia, M. Nasuha, demikian berjaya dalam mengobrak-abrik lini pertahanan Indonesia.
Selain itu sosok pelatih Thomas Dooley tentunya juga merupakan sosok yang pantas dipuji atas kebangkitan prestasi Filipina di Piala AFF kali ini. Keberhasilannya meracik tim menjadi demikian padu dan terorganisasi menjadikan Filipina tak hanya sekadar merepotkan Indonesia, namun juga mampu mendominasi permainan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak sedikit yang menganggap keberhasilan Filipina tersebut 'hanyalah' sekedar efek jalan pintas dari banyaknya pemain naturalisasi di tubuh tim
Azkals -- meski sebenarnya istilah ini kurang tepat, karena pemain asing yang bermain untuk Filipina memiliki darah Filipina.
Kebijakan ini diadopsi Filipina sejak menjelang Piala AFF 2010 lalu untuk membangkitkan persepakbolaan mereka di tingkat Asia Tenggara. Sosok di balik kemunculan "strategi" ini adalah Dan Palami, manajer timnas Filipina saat ini.
Sebelum Dan Palami muncul di dunia sepakbola Filipina, negara ini hanyalah sekedar negara 'pelengkap' di ranah kompetisi sepakbola Asia.
Namun, sejak pria berusia 43 tahun ini hadir di persepakbolaan Filipina,
The Azkals telah dua kali menembus babak semifinal Piala AFF 2010 dan 2012, sebelum menjadi juara tiga di debut mereka pada Piala AFC Challenge 2012 silam.
Pada 2009 silam, Palami sendiri diminta oleh Federasi Sepak Bola Filipina untuk menangani satu tugas tak populer -- mengatur tim nasional Filipina. "Saat itu tak ada yang mau mengambil tugas ini. Tak ada seorang pun yang ingin mengurusi persepakbolaan yang selalu kalah di level Internasional," kata Palami.
Kunci keberhasilan Palami mengubah peruntungan sepakbola Filipina tidak lepas dari kesuksesannya menemukan talenta Filipina di luar negeri dan merekrut banyak pemain Eropa dengan darah Filipina, untuk bergabung dengan timnas.
Palami berharap dengan 'kesuksesan lewat jalur instan' yang didapatkan timnas melalui pemain asing berdarah Filipina, perlahan-lahan sepakbola Filipina akan semakin banyak peminatnya dan terus berkembang.
Selain itu Palami juga berharap dengan standar tinggi yang dibawa pemain asing akan turut memperbaiki standar liga domestik dan juga memacu para pemain-pemain lokal untuk berkembang.
Tak berhenti sampai di sana, meski disibukkan oleh kegiatannya memimpin perusahaan konstruksi raksasa di Filipina, Palami pun selalu hadir di setiap latihan tim nasional untuk mengawasi The Azkals.
Memimpin dengan Tangan DinginDibutuhkan prestasi untuk menarik perhatian rakyat Filipina --negara yang gila dengan basket-- terhadap sepak bola. Oleh karena itu target pertama yang dipasang oleh Palami adalah lolos ke Piala Asia 2015 mendatang, dengan cara menjuarai turnamen AFC Challenge 2014 pada bulan Mei lalu.
Dalam usaha untuk menjuarai AFC Challenge tersebut, Palami melakukan sebuah keputusan yang terbilang berani dengan mengganti pelatih kepala timnas, hanya empat bulan sebelum turnamen dimulai.
Pilihan Palami jatuh kepada Thomas Dooley.
"Kami membutuhkan sebuah katalis dan saya rasa mendapatkan seorang pelatih baru akan membantu," ujar Palami dalam wawancaranya bersama Gulf News. "Saya rasa pengalamannya (Dooley) sebagai pemain di Piala Dunia dan Bundesliga akan membuatnya langsung mendapatkan respek dari para pemain."
"Hal tersebut sangat penting bagi pelatih yang hanya memiliki waktu terbatas untuk mendapatkan tempat dan hormat dari para pemain di tim.
Fakta bahwa ia dapat berbicara dalam bahasa Jerman, Inggris, dan Spanyol juga merupakan sisi positif, karena dia akan dapat berkomunikasi dengan seluruh pemain dengan baik," ujar Palami melanjutkan.
Pilihan Palami terbukti tidak salah, meski gagal menjuarai AFC Challenge, Filipina berhasil mencapai babak final, sebelum ditaklukkan oleh Palestina.
Selain itu jika melihat penampilan Filipina di Piala AFF 2014 sejauh ini, 'perjudian' Palani tampaknya membuahkan hasil yang positif bagi The Azkals dan sepakbola Filipina.
Terlepas dari masalah pro-kontra soal naturalisasi, keberhasilan Filipina dua kali menembus semifinal Piala AFF menjadi bukti keberhasilan Palani dalam merencanakan dan mewujudkan rencananya dengan langkah-langkah yang jelas untuk membawa sepakbola Filipina ke tingkatan yang lebih tinggi.