Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Terpuruk di peringkat ke-12 di Liga Inggris membuat kritikan mengalir deras ke kubu Liverpool. Padahal, musim sebelumnya Liverpool mampu bersaing dengan Manchester City untuk merebut gelar juara liga hingga ke laga-laga akhir liga.
Mulai dari mantan kapten Liverpool, Jamie Carragher, hingga mantan penjaga gawang, Bruce Grobelaar, menyampaikan kritik tentang lemahnya mental Liverpool dan juga keroposnya lini pertahanan tim di musim ini.
Kritik tak akan muncul tanpa pemicu dan nyatanya lini pertahanan The Reds menunjukkan kelemahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 12 pertandingan yang sudah mereka lakoni di liga, kiper Liverpool, Simon Mignolet, telah 18 kali memungut bola dari gawangnya. Sebagai perbandingan, pemimpin klasemen sementara, Chelsea, baru kebobolan 11 kali sementara Southampton di peringkat dua baru dijebol lawan enam kali.
Angka ini berarti bahwa Mignolet di musim ini rata-rata kebobolan 1,5 gol pada tiap pertandingan, lebih buruk jika dibandingkan dengan musim lalu, saat 'hanya' kebobolan 1,3 gol setiap pertandingan.
Namun kesalahan tidak bisa semata-mata ditimpakan kepada Mignolet seorang. Lini belakang Liverpool juga patut dipertanyakan setelah statistik menunjukkan bahwa Liverpool sering kali 'membiarkan' tim lawan melakukan tendangan atau mencetak peluang.
Dari 12 pertandingan di liga musim ini, lini belakang Liverpool membuat Mignolet harus menghadapi 50 tendangan yang mengarah ke gawangnya, atau rata-rata 4,1 tendangan mengancam gawang Mignolet dalam setiap laganya.
Rataan ini kurang lebih sama dengan musim lalu, saat Mignolet harus menghadapi 158 tendangan lawan dari 38 pertandingan di liga. Artinya, tak ada perbaikan sama sekali di lini pertahanan Liverpool.
Rapuh di Awal dan Akhir PertandinganSelain buruknya catatan statistik di lini belakang, Liverpool juga tampak kesulitan untuk menjaga konsentrasi selama 90 menit pertandingan berjalan.
Dari 18 gol yang telah bersarang di gawang Mignolet, periode waktu 15 menit terakhir menjadi saat-saat dimana Liverpool paling sering kebobolan (enam gol).
Hal tersebut terlihat jelas saat Liverpool ditahan imbang Ludogorets Razgrad 2-2 di Liga Champions, Kamis (27/11). Unggul 2-1 hingga menit ke-88, Liverpool gagal mendulang tiga poin setelah kecolongan di dua menit terakhir.
Kejadian di Sofia, Bulgaria tersebut bukan kali pertama terjadi pada musim ini. Contohnya adalah dua gol yang bersarang di gawang Mignolet pada 15 menit terakhir pertandingan saat Liverpool dipermalukan Crystal Palace 1-3, Minggu (23/11).
Namun tidak hanya 15 menit terakhir yang krusial bagi Liverpool. Data juga menunjukkan Liverpool rapuh di 15 menit awal pertandingan.
Sejauh ini sebanyak empat gol telah bersarang di gawang Mignolet di paruh awal babak pertama tersebut.
Selain itu, konsentrasi pemain Liverpool juga perlu dipertanyakan, karena sering kali membiarkan lawan menyamakan kedudukan. Dari 12 pertandingan, Liverpool telah mampu unggul lebih dahulu dalam 11 kesempatan. Namun, tujuh di antaranya berakhir dengan lawan bisa menyamakan kedudukan.
Angka-angka ini menunjukkan, bahwa meski masih ada 26 pertandingan yang akan dilalui Si Merah di Liga Inggris, pekerjaan rumah Rodgers untuk membenahi lini pertahanan Liverpool akan menjadi kunci dalam menentukan prestasi Liverpool di akhir musim.